Ini Alasan Belarus Membantu Rusia dalam Perang di Ukraina
Kompas dunia | 27 Juni 2023, 07:15 WIBMINSK, KOMPAS.TV - Setelah memisahkan diri dari Uni Soviet yang runtuh pada awal 1990-an, Belarus semakin menyatu dengan Rusia, berbeda dengan negara tetangganya Ukraina. Hubungan tersebut semakin kuat dengan serangan Rusia ke Ukraina.
Seperti laporan Bloomberg, Senin (26/6/2023), Presiden Belarus Alexander Lukashenko membiarkan Belarus digunakan sebagai pangkalan dan basis senjata nuklir Rusia, sementara ia sendiri tidak mengirim pasukannya untuk ikut berperang.
Hubungan erat ini merupakan balasan atas dukungan Presiden Rusia Vladimir Putin yang membiayai pemerintahannya selama bertahun-tahun dan memberikan bantuan kepada Lukashenko setelah terjadinya pemilu tahun 2020 yang dianggap kontroversial oleh Barat sehingga memicu pemberontakan, represi, dan sanksi.
Hubungan ini juga terlihat ketika Lukashenko mengatakan ia secara pribadi ikut campur tangan atas persetujuan Putin dalam mengatur kesepakatan dengan komandan pemberontak kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner Group, Yevgeny Prigozhin. Lukashenko dilaporkan menawarkan perlindungan di Belarus saat pasukannya bergerak menuju Moskow.
Inilah beberapa alasan Belarus selalu dekat dengan Rusia dalam berbagai kebijakan luar negerinya, termasuk dalam perang Ukraina.
Baca Juga: Mantan Petinggi CIA Sebut Prigozhin Berpeluang Mati secara Misterius di Belarusia, Ini Alasannya
Mengapa Belarus penting bagi Rusia dalam konflik Ukraina?
Secara geopolitik dan militer, negara dengan jumlah penduduk 9,3 juta orang ini terletak di sebelah utara Ukraina, dan perbatasan mereka memiliki panjang ratusan kilometer.
Wilayah selatan Belarus berdekatan dengan Kiev, yang menjadikannya sebagai basis yang berguna bagi pasukan Rusia dalam upaya mereka yang gagal untuk secepat kilat merebut ibu kota Ukraina pada awal konflik.
Belarus berbatasan dengan Polandia, Lituania, dan Latvia, yang semuanya adalah anggota aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO, sehingga memiliki arti strategis bagi Moskow.
Belarus juga merupakan bagian dari jalur terpendek antara daratan Rusia dan Kaliningrad, wilayah yang dikuasai Rusia yang terisolasi di sebelah barat Laut Baltik.
Baca Juga: Bos Wagner Yevgeny Prigozhin Bisa Dihabisi di Belarusia, Putin Benci Pengkhianat
Mengapa Belarus membantu Rusia dalam perang Ukraina?
Di masa lalu, Lukashenko pernah menguji kesabaran Putin dengan mencitrakan Belarus sebagai negara yang independen meskipun sangat bergantung pada energi Rusia dan bantuan keuangan.
Minsk tidak mengakui aneksasi Krimea oleh Rusia tahun 2014, dan mencoba menjadi mediator dalam krisis tersebut.
Hubungan ini mulai berubah tahun 2020 saat Putin mendapatkan pengaruh yang lebih besar atas Lukashenko saat kekuasaannya terancam, dengan mendukung tindakan kerasnya terhadap gerakan oposisi yang terorganisir dengan baik yang mengancam untuk menjatuhkannya.
Moskow memperoleh pengaruh yang lebih besar dengan memberikan pinjaman sebesar 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp21 triliun) dan mencapai kesepakatan preferensial untuk memasok minyak dan gas ke negara tetangganya yang lebih kecil itu.
Sanksi yang diberlakukan oleh pemerintah Barat terhadap Minsk mendorong Belarus lebih mendekat ke Rusia.
Putin mengunjungi Lukashenko di Belarus pada Desember 2022, menunjukkan seberapa dekat kedua negara tersebut. Lukashenko mengatakan ia turun tangan untuk mengatur kesepakatan untuk mengakhiri pemberontakan Wagner pada bulan Juni.
Baca Juga: Dibuang ke Belarusia Usai Batalkan Kudeta Wagner, Keberadaan Yevgeny Prigozhin Tak Diketahui
Bagaimana hubungan militer Rusia dan Belarus?
Pasukan militer Rusia mengadakan latihan bersama dengan Belarus dalam beberapa minggu sebelum serangan Rusia ke Ukraina. Hal ini memungkinkan Rusia mengangkut peralatan dan pasukan ke wilayah Belarus yang dekat dengan perbatasan Ukraina.
Sekitar 30.000 tentara Rusia mungkin berada di Belarus saat itu, menjadikannya penumpukan militer terbesar di sana sejak Perang Dingin, menurut Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
Pasukan-pasukan tersebut tetap berada di Belarus setelah latihan selesai, dan banyak dari mereka ikut serta dalam serangan ke Ukraina.
Beberapa hari setelah perang dimulai, Belarus mencabut status netralnya, memberikan perlindungan hukum bagi kehadiran pasukan dan senjata Rusia di wilayahnya.
Pada Maret tahun ini, Putin mengatakan Rusia akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus, sambil tetap mengendalikan senjata tersebut. Tiga bulan kemudian, ia mengatakan senjata nuklir pertama telah diserahkan.
Sebagai informasi, Belarus dan dua republik bekas Uni Soviet lainnya, Ukraina dan Kazakhstan, sepakat pada tahun 1994 untuk menyerahkan senjata nuklir yang berada di wilayah mereka kepada Rusia sebagai imbalan jaminan keamanan.
Rusia juga mengirimkan rudal balistik jarak pendek Iskander, yang mampu membawa hulu ledak nuklir, dan sistem pertahanan udara S-400. Mereka juga menempatkan pesawat tempur MiG yang mampu membawa senjata hipersonik di negara tersebut.
Baca Juga: Presiden Lukashenko: Senjata Nuklir Rusia Tiba dan Siap Pakai di Belarusia Beberapa Hari ke Depan
Bagaimana lawan Rusia memperlakukan Belarus?
Untuk menghukum pemerintah Minsk atas keterlibatannya dalam konflik ini, Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) mengencangkan sanksi yang diberlakukan setelah represi pasca-pemilihan oleh Lukashenko.
Uni Eropa memblokir ekspor barang dan teknologi yang dapat digunakan oleh militer Belarus.
Sanksi keuangan yang diberlakukan oleh AS dan Inggris terhadap Rusia setelah serangan ke Ukraina juga diterapkan pada Belarus, sementara Uni Eropa menargetkan individu-individu Belarus yang membantu upaya perang Rusia.
Anggota Uni Eropa, Polandia dan Lituania, yang menawarkan perlindungan bagi tokoh oposisi dari Belarus, menuduh Lukashenko membalas dengan mengalihkan ribuan imigran, banyak dari Timur Tengah, melintasi perbatasan mereka.
Baca Juga: Putin Telah Tempatkan Senjata Nuklir Rusia di Belarusia, AS: Tak Ada Indikasi akan Serang Ukraina
Apakah sanksi-sanksi tersebut berhasil?
Sanksi-sanksi Barat menguji model ekonomi yang mapan di Belarus, yang didasarkan pada ekspor bahan bakar yang dihasilkan dari impor minyak Rusia dan penjualan pupuk kalium ke pasar utama seperti China, India, dan Brasil.
Namun, sanksi-sanksi tersebut tidak cukup untuk membuat Lukashenko, yang berkuasa sejak pemilihan presiden pertama Belarus sebagai negara republik independen pada tahun 1994, berpikir ulang tentang aliansinya dengan Putin.
Ada demonstrasi protes yang kembali terjadi ketika Lukashenko membiarkan pasukan Rusia membanjiri Ukraina.
Setidaknya 1.500 orang ditangkap dalam sebulan pertama perang, sementara beberapa aktivis bawah tanah mulai merusak infrastruktur rel, mengganggu beberapa pengiriman militer Rusia.
Namun, pemimpin berusia 68 tahun tersebut tetap memegang kendali kekuasaannya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Bloomberg / Straits Times