Pemberontakan Wagner Disebut Membuat Posisi Vladimir Putin Melemah di Rusia
Kompas dunia | 25 Juni 2023, 21:06 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Kendati Wagner Group membatalkan pemberontakan per Sabtu (24/6/2023), pengamat menyebut aksi koboi bos perusahaan militer tersebut, Yevgeny Prigozhin, bakal menerakan efek jangka panjang bagi kekuasaan Vladimir Putin yang telah berlangsung dua dekade di Rusia.
Banyak pengamat menilai pemberontak Wagner yang sempat melaju hingga 200 kilometer dari ibu kota Moskow, mengekspose lebih lanjut kelemahan Putin.
Citra Putin sebagai pemimpin kuat dan berkuasa sendiri sejauh ini telah dicoreng oleh situasi perang Rusia-Ukraina.
Perang yang diduga awalnya diniatkan selesai dalam beberapa hari ini telah berlangsung 16 bulan dan menelan banyak korban di pihak Rusia.
Prigozhin sendiri secara umum tidak mendapat gangguan berarti ketika memimpin pasukannya menuju Moskow.
Walaupun mengeklaim pasukannya tidak “mengeluarkan satu tembakan pun”, sejumlah helikopter dan pesawat Rusia dilaporkan ditembak jatuh.
Baca Juga: Hentikan Pemberontakan, Bos Wagner Yevgeny Prigozhin Bakal Pindah ke Belarusia dan Tak Akan Didakwa
Prigozhin baru mau berhenti usai mendapat jaminan keamanan dan janji bahwa Moskow tidak akan memproses pidana Wagner Group. Perjanjian ini dimediasi oleh Presiden Belarusia Aleksander Lukashenko.
Sebelum Prigozhin mengumumkan mundur, Putin menyebut tindakan Wagner sebagai “pengkhianatan” dan janji bertindak tegas. Namun, Putin kemudian memberi amnesti kepada semua kombatan Wagner yang terlibat.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut langkah ini ditempuh sang presiden untuk “menghindari pertumpahan darah dan konfrontasi internal.”
Prigozhin kemudian sepakat mengasingkan diri ke Belarusia dan kombatan Wagner yang tidak ikut pemberontakan, dijanjikan akan direkrut Kementerian Pertahanan Rusia.
Akan tetapi, analis menyebut solusi yang dicapai tersebut bersifat jangka pendek. Analis pun menilai akan ada efek jangka panjang dari pemberontakan ini.
“Bagi kediktatoran yang dibangun atas gagasan kekuatan tak tertandingi, ini sangat memalukan,” kata profesor studi strategis di Univesitas St. Andrews, Skotlandia, Phillips O’Brien, seperti dilansir Associated Press, Minggu (25/6).
“Jadi, jika Prigozhin mungkin kalah dalam jangka pendek, Putin sepertinya akan menjadi pihak yang kalah secara jangka panjang,” lanjutnya.
Sementara itu, Institute for the Study of War memperkirakan saat ini “Kremlin menghadapi kesetimbangan yang sangat tidak stabil.”
Lembaga wadah-pemikir asal Amerika Serikat itu juga menegaskan pengasingan Prigozhin merupakan solusi sementara.
Publik Rusia pun secara umum tidak menunjukkan penentangan ketika pasukan Wagner mendatangi kota-kota mereka. Garnisun yang berjaga di Rostov dan Voronezh juga dilaporkan tidak menghalangi Wagner.
Sebelumnya, otoritas Rusia telah memasang pos jaga dengan kendaraan tempur dan senapan mesin di jalan raya menuju Moskow. Rusia juga memanggil sekitar 3.000 pasukan Chechnya dari Ukraina.
Setelah Prigozhin mengumumkan mundur, televisi-televisi nasional Rusia menyiarkan rekaman penarikan pasukan Wagner dari Rostov.
Warga setempat bersyukur kotanya tidak menjadi medan tempur berdarah dan penyiar televisi memuji kebijaksanaan Putin.
Warga yang diwawancarai oleh saluran televisi Channel 1 juga menyanjung peran Putin dalam mengatasi pemberontakan Wagner.
Saat memberontak, Prigozhin menuntut Kremlin memecat Menteri Pertahanan Sergey Shoigu karena dituduh inkompeten dan merugikan Wagner. Namun, Putin memutuskan untuk berdiri bersama jajarannya saat pemberontakan pecah.
Prigozhin sendiri sejauh ini belum muncul ke hadapan publik usai mengumumkan akan pergi ke Belarusia. Ketika dikontak, biro pers Prigozhin menjawab bahwa bos tentara bayaran itu baru bisa menjawab ketika mendapat “koneksi normal.”
Baca Juga: Upaya Kudeta Wagner Bikin Tegang, KBRI Sempat Keluarkan Imbauan Untuk WNI di Rusia
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press