Obituari Unabomber Ted Kaczynski, Matematikawan Pengebom Berantai yang Mati di Balik Jeruji
Kompas dunia | 11 Juni 2023, 19:31 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Theodore "Ted" Kaczynski atau si Unabomber, matematikawan lulusan Harvard yang pilih menyendiri di sebuah gubuk kumuh di belantara Montana, Amerika Serikat (AS), lalu meluncurkan serangkaian pengeboman selama 17 tahun yang menewaskan tiga orang dan melukai 23 lainnya meninggal dunia pada Sabtu (10/6/2023) lalu. Ted Kaczynski tewas di dalam penjara pada usia 81 tahun.
Unabomber tewas di pusat kesehatan penjara federal di Butner, negara bagian North Carolina. Otoritas penjara menyebut Ted ditemukan tak sadarkan diri di selnya pada Sabtu (10/6) pagi dan dinyatakan tewas sekitar Pukul 08.00. Penyebab kematiannya belum diketahui.
Sebelum dikirim ke Butner, Ted Kaczynski ditahan di penjara federal Supermax di Florence, Colorado sejak Mei 1998. Ia divonis empat hukuman seumur hidup ditambah 30 tahun karena gelombang teror yang ditebarnya ke universitas-universitas Amerika.
Saat diadili, Ted Kaczynski mengakui 16 pengeboman antara 1978 hingga 1995. Sebagian korban luka akibat tindakannya cacat permanen.
Aksi soliter Unabomber menggegerkan AS dan memaksa negara itu mengakali cara berkirim surat, penerbangan, dan menutup penerbangan ke kawasan West Coast pada Juli 1995.
Baca Juga: Unabomber Ted Kaczynski Ditemukan Meninggal Dunia di Penjara, Siapa Dia?
Ia pun memaksa media besar AS, The Washington Post menerbitkan manifestonya sepanjang 35.000 kata, berjudul "Masyarakat Industrial dan Masa Depan." Karena manifesto itu terlalu panjang, The Washington Post mencetaknya dengan bantuan dana patungan The New York Times.
Melalui manifesto tersebut, Ted Kaczynski beranggapan masyarakat modern dan teknologi hanya akan berujung ke ketidaberdayaan dan keterasingan.
Melacak Manifesto
Manifesto "Masyarakat Industrial dan Masa Depan" meninggalkan jejak yang kemudian dilacak hingga tempat persembunyian Unabomber. Semuanya berawal dari adik Ted, David dan istrinya, Linda Patrik yang mengenali corak bahasa risalah tersebut.
David dan Linda kemudian melapor ke FBI yang telah bertahun-tahun melacak si Unabomber dalam perburuan terpanjang dan termahal sepanjang sejarah Amerika.
Linda mengaku sudah punya rasa tidak nyaman tentang kakak iparnya bahkan sebelum manifesto Unabomber dicetak. Setelah berselisih pendapat selama dua bulan, Linda dan David sepakat menyerahkan surat-surat Ted Kaczynski kepada teman masa kecil Linda, Susan Swanson yang menjadi detektif swasta di Chicago.
Swanson lalu meneruskan temuan itu kepada eks pakar ilmu perilaku FBI, Clint Van Zandt. Kemiripan bahasa teks-teks itu pun segera terlacak.
"Itu adalah mimpi buruk. Saya berpikir, 'Kakak saya seorang pembunuh berantai, orang paling dicari di Amerika'," kata David pada 2005 silam.
Baca Juga: TNI Tangkap Puluhan Pemberontak dan Orang Paling Dicari, Mahfud MD: Ini Bukan Prestasi Main-main
Investigasi dan penuntutan terhadap Ted Kaczynski dimulai oleh otoritas AS. Investigasi ini dipimpin oleh Merrick Garland, pria yang kini menjadi Jaksa Agung AS.
David Kaczynski meminta perannya dalam investigasi dirahasiakan, tetapi identitasnya bocor dan Ted bersumpah tidak akan memaafkan sang adik.
Ted Kaczynski mengabaikan surat-surat David, memunggunginya di pengadilan, dan mendeskripsikan adiknya dalam sebuah draf buku yang ditulis pada 1999 sebagai seorang "Yudas Iskariot... (yang) bahkan tidak punya keberanian untuk menggantung dirinya sendiri."
Pada April 1996, aparat menemukannya di gubuk kumuh seluas 3x4 meter di dekat Lincoln, Montana. Gubuk tripleks dan terpal itu dipenuhi jurnal-jurnal, buku harian yang ditulis dengan sandi, bahan peledak, dan dua bom yang siap diledakkan.
Walaupun berulangkali meluncurkan pengeboman, penangkapan Unabomber disamput berbagai pihak dengan simpatik. Bahkan, ia dibanding-bandingkan dengan Daniel Boone, Edward Abbey, dan Henry David Thoreau.
Akan tetapi, setelah pengakuannya, Ted Kaczynski lebih terlihat sebagai penyendiri yang menyedihkan dibanding sosok antihero yang dikagumi. Ia penuh dendam dan sakit mental.
Dalam jurnal-jurnalnya, Ted Kaczynski tak pernah mendaku diri sebagai seorang revolusioner, sebatas individu penyendiri yang penuh dendam atas kecemburuan-kecemburuan kecil.
"Saya jelas tak akan mengeklaim menjadi seoranga altruis atau bertindak untuk 'kebaikan' (apa pun itu) umat manusia. Saya beraksi karena hasrat balas dendam," tulis Kaczynski pada 6 April 1971.
Pendendam Cerdas yang Sakit
Ketika ditahan, Ted Kaczynski sempat diperiksa psikiater yang mendiagnosis matematikawan itu sebagai seorang skizofrenik paranoid.
"Delusi-delusi Tuan Kaczynski sebagian besar bersifat aniaya. Tema-tema intinya terkait keyakinannya bahwa ia difitnah dan dirisak oleh keluarga dan masyarakat modern," kata psikiater tersebut, Sally Johnson dalam laporannya.
Baca Juga: Raja Narkoba Inggris Ditangkap di Dubai Setelah Menjadi Buronan Internasional Selama 8 Tahun
Sakit mental Ted Kaczynski sebenarnya membukakan peluang lepas dari peradilan. Namun, si Unabomber benci dianggap sebagai seorang yang sakit mental.
Bahkan, ketika pengacara hendak membelanya dengan alasan sakit mental, Ted Kaczynski berupaya memecat tim kuasa hukumnya. Ketika usaha itu gagal, ia berusaha gantung diri dengan celana dalam, tetapi gagal lagi.
Ted Kaczynski kemudian mengaku bersalah dan tak membiarkan kuasa hukumnya mengajukan pembelaan dengan alasan sakit mental.
"Saya yakin saya waras. Saya tidak punya delusi atau apa pun lainnya," kata si Unabomber kepada majalah Time pada 1999.
Ted Kaczynski sendiri dikenal sebagai ilmuwan brilian. Ia masuk Harvard pada usia 16 tahun dan mempublikasikan artikel ilmiah di jurnal matematika prestisius.
Bomnya dibuat secara cermat dan melalui pengujian yang hati-hati. Ia memasang bom di dalam kotak kayu berpasir yang dibuat secara teliti untuk menghilangkan jejak sidik jari. Pada akhir kampanye pengeboman, Unabomber kerap memarkahi bom-bomnya dengan huruf "FC" yang berarti "Freedom Club."
Teror Unabomber
FBI menjuluki Ted Kaczynski sebagai "Unabomber" karena target-target awalnya adalah universitas dan pesawat terbang. Pada 1979, ia mengirim paket bom ke penerbangan American Airlines. Bom ini dilengkapi pemicu yang merespons tingkat ketinggian dan menyebabkan sepuluh penumpang pesawat mengalami inhalasi asap.
Kaczynski juga membunuh seorang pemilik rental komputer, Hugh Scrutton, eksekutif perusahaan iklan, Thomas Mosser, dan pelobi di industri perkayuan, Gilbert Murray.
Dua ilmuwan, ahli genetika, Charles Epstein dan pakar komputer Universitas Yale, David Gelernter turut menjadi korbannya pada Juni 1993 dan mengalami cacat permanen.
Mosser dibunuh di rumahnya di North Caldwell, New Jersey pada 10 Desember 1994, pada hari ketika ia sedianya akan menjemput pohon Natal bersama keluarga. Istri Mosser, Susan menemukan korban dengan luka parah akibat hantaman pisau cukur, pipa, dan paku yang dimuntahkan bom.
"Dia menggumam sangat pelan. Jari-jari di tangan kanannya menggantung. Saya memegang tangan kirinya. Saya bilang kepadanya pertolongan akan datang. Saya bilang kepadanya bahwa saya mencintainya," kata Susan ketika pengadilan Kaczynski pada 1998.
Baca Juga: Kesaksian Jurnalis Internasional Terakhir di Mariupol: Kami Diburu Rusia, Melihat Langsung Derita
Ted Kaczynski kemudian meningkatkan intensitas pengeboman dan menyurati koran-koran dan ilmuwan pada 1995. Saat itu, kalangan pakar berspekulasi bahwa Unabomber cemburu dengan perhatian yang didapatkan pengebom Oklahoma City, Timothy McVeigh.
Pada tahun yang sama, ia mengancam akan mengebom sebuah pesawat yang bertolak dari Los Angeles sebelum akhir pekan kemerdekaan AS. Ancaman Unabomber membuat layanan penerbangan dan pos di kawasan West Coast kacau. Ted Kaczynski lalu menyebut ancaman itu gurauan belaka.
Pada 1995 pula Unabomber memperingatkan bahwa ia akan berhenti meneror jika manifestonya diterbitkan media nasional. The Washington Post, atas desakan pemerintah federal, kemudian menerbitkannya.
Profil Unabomber Ted Kaczynski
Ted Kaczynski lahir di Chicago pada 22 Mei 1942, keturunan dari Katolik Polandia generasi kedua di AS. Orang tuanya berprofesi sebagai pembuat sosis.
Semasa sekolah, Ted bergabung dengan band sekolah, memainkan trombon. Hobinya dulu adalah mengoleksi koin. Ia melewatkan kelas enam dan 11 sekolah karena kelewat pandai.
Teman-temannya di SMA menyebut sosok Ted Kaczynski berperilaku ganjil, khususunya usai ia mengajari seorang pegulat sekolah cara membuat bom mini yang meledak saat pelajaran kimia.
Teman-temannya di Harvard menyebutnya penyendiri, bocah kurus yang kumuh. Kamar Ted Kaczynski disebut bau susu basi, makanan busuk, dan bedak kaki.
Setelah merampungkan pendidikan di Universitas Michigan, Ted Kaczynski bekerja sebagai pengajar matematika di Universitas California di Berkeley. Namun, ia merasa pekerjaan ini sulit dan mendadak mengundurkan diri.
Pada 1971, Ted Kaczynski membeli sepetak tanah seluas 1,5 hektare, sekitar enam kilometer dari Lincoln. Ia membangun gubuk di sana, tanpa pemanas, tanpa saluran air, tanpa listrik.
Di gubuk kumuhnya, Ted Kaczynski belajar berkebun, berburu, merakit perakas, dan menjahit. Ia hidup menghabiskan beberapa ratus dolar per tahun.
Ia meninggalkan Montana pada akhir 1970-an dan bekerja di pabrik karet busa bersama adik dan ayahnya. Namun, ketika seorang pengawas perempuan memutuskannya usai berkencan dua kali, Ted Kaczynski mengganggu wanita itu dengan sajak-sajak penghinaan dan tak mau berhenti.
Ted Kaczynski kemudian dipecat adiknya lalu kembali ke belantara Montana, menyusun rencana teror berlumur dendam yang berlangsung antara 1978 hingga 1995.
Baca Juga: Profil Almarhum Sarwono Kusumaatmadja, Birokrat Era Soeharto sampai Gus Dur
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press