Mahasiswi Ini Berani Kritik Israel dalam Pidato Kelulusan, Malah Panen Hujatan dari Politikus AS
Kompas dunia | 1 Juni 2023, 15:12 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Seorang mahasiswi Amerika Serikat (AS) panen hujatan setelah berani mengkritik Israel saat menyampaikan pidato kelulusan.
Tak tanggung-tanggung, para politikus AS baik dari Republik dan Demokrat, kompak menghujat mahasiswa tersebut.
Fatima Mohammed, warga AS kelahiran Yaman, merupakan mahasiswi yang baru lulus dari fakultas hukum City University of New York (CUNY), New York.
Dalam acara kelulusan angkatan 2023 yang digelar pada Mei lalu, Mohammed berpidato dan mulai menjadi sorotan setelah viral pada pekan lalu.
Baca Juga: Adik Kim Jong-Un Ungkap Korea Utara akan Luncurkan Banyak Satelit Mata-Mata, Padahal Sempat Gagal
Pada pidatonya selama 12 menit, Mohammed menyentuh berbagai kasus keadilan sosial, menyoroti aktivitas badan kemahasiswaan dan kemudian mengkritik perlakukan Israel terhadap Palestina.
"Saya ingin merayakan fakultas hukum CUNY sebagai satu dari sedikit, kalau bukan satu-satunya sekolah hukum, yang menyatakan secara terbuka membela hak-hak mahasiswanya untuk berkumpul dan berbicara menentang kolonialisme pemukim Israel," ujarnya dalam pidatonya, seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (31/5/2023).
“Israel terus tanpa pandang bulu menghujani para jemaah (di Masjid Al Aqsa, red) dengan peluru dan bom, membunuh para orang tua, kaum muda, bahkan menyerang pemakaman dan kuburan serta mendorong massa untuk menargetkan rumah dan usaha milik warga Palestina,” katanya.
Tuduhannya terkait dengan serangan Israel baru-baru ini, termasuk penyerangan terhadap jemaah di Masjid Al-Aqsa pada bulan Ramadan lalu.
Juga kebrutalan tentara Israel yang membunuh jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, tahun lalu, serta bagaimana para pemukim ilegal Israel menyerang kota Huwara di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Anggota Parlemen AS dari Partai Demokrat, Ritchie Torres, menyebut lulusan CUNY itu sebangai sosok yang "gila".
Mantan kandidat gubernur dari Partai Republikan, Lee Zeldin, menggambarkan pidato tersebut "memicu anti-semitisme."
Sementara itu, Wali Kota New York Eric Adams menyebut pernyataan Mohammed tersebut sebagai "kata-kata negatif yang menimbulkan perpecahan."
CUNY sendiri menyebut pidato tersebut sebagai "ekspresi kebencian secara terbuka terhadap orang-orang dan komunitas berdasarkan agama, ras, atau afiliasi politik mereka."
Baca Juga: Ulah Putin di Ukraina Buat Moskow Diserang Drone, Warga Semakin Ketakutan
Tetapi banyak pembela hak asasi Palestina tampak bingung dengan kecaman tersebut.
Mereka menekankan apa yang dikatakan Mohammed bukanlah kebencian atau fanatisme.
Mereka mengatakan fitnah terhadap Mohammed sesuai dengan pola serangan publik yang lebih luas terhadap mereka yang mengkritik Israel dan bertujuan untuk mencegah kritik lebih lanjut terhadap kebijakan negara tersebut.
Menurut Adam Shapiro, direktur advokasi untuk Israel-Palestina di Democracy for the Arab World Now (DAWN), para organisasi dan politikus pro-Israel ingin kecaman terhadap Mohammed akan mendorong para aktivis solidaritas Palestina agar tutup mulut.
“Tapi saya pikir itu sebenarnya memiliki efek sebaliknya. Saya pikir ini sebenarnya akan membuat lebih banyak orang untuk bicara,” tutur Shapiro.
Jewish Voice for Peace atau Suara Yahudi untuk Perdamaian, sebuah kelompok Yahudi anti-pendudukan, juga memuji Mohammed dan mengecam para pengkritiknya.
"Kami mengutuk karakterisasi yang salah terhadap pidatonya sebagai anti-semitisme hanya karena dia menggambarkan dengan akurat kondisi rakyat Palestina setiap hari. Kami tidak bisa tidak setuju dengannya bahwa 'Palestina tidak bisa lagi menjadi pengecualian dalam upaya kita mewujudkan keadilan'," kata Jewish Voice for Peace cabang Kota New York.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Al-Jazeera