Calon Pemimpin Timur Tengah, Putra Mahkota Yordania Pangeran Hussein akan Segera Menikah
Kompas dunia | 31 Mei 2023, 18:44 WIBAMMAN, KOMPAS.TV - Putra mahkota kerajaan Yordania, Pangeran Al-Hussein bin Abdullah II akan segera menikah dengan Rajwa Khaled bin Musaed bin Saif bin Abdulaziz Al Saif, yang masih sepupu putra mahkota kerajaan Arab Saudi.
Seperti laporan Associated Press, Rabu, (31/5/2023), putra mahkota kerajaan Yordania Pangeran Hussein lahir pada 28 Juni 1994.
Jalan Pangeran Hussein jadi pewaris tahta Yordania menjadi jelas saat ayahnya, Raja Abdullah II, mencabut gelar putra mahkota dari Pangeran Hamzah tahun 2004.
Pangeran Hussein secara resmi diumumkan sebagai pewaris tahta lima tahun kemudian, pada usia 15 tahun. Ia adalah putra tertua dari Abdullah, 61 tahun, yang memerintah Yordania sebagai Raja Abdullah II.
Yordania selama ini merupakan sekutu Barat yang dapat diandalkan dan suara moderat selama lebih dari dua dekade gejolak di Israel, wilayah Palestina, Suriah, dan Irak, yang semuanya berbatasan dengan kerajaan kecil ini.
Klan Bani Hasyim atau Hashemite seperti disebut Barat, adalah keluarga penguasa Yordania yang bisa ditelusuri, garis keturunan mereka kembali ke Rasulullah Muhammad SAW.
Mereka tinggal di wilayah Hejaz yang sekarang menjadi bagian Arab Saudi selama berabad-abad sebelum pasukan Raja Abdul-Aziz Al Saud mengusir mereka tahun 1925.
Baca Juga: Yordania Memulai Perayaan Jelang Pernikahan Putra Mahkota Hussein dan Rajwa Al-Saif dari Arab Saudi
Bani Hasyim memimpin pemberontakan Arab melawan Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I, pemberontakan yang diangkat dalam film tahun 1962 yang berjudul "Lawrence of Arabia."
Mereka berharap dapat memerintah negara Arab yang mencakup sebagian besar Timur Tengah, tetapi kekuatan imperial Barat menusuk mereka dari belakang.
Tentara Prancis mengusir mereka dari Suriah dan pemberontakan nasionalis menjatuhkan mereka di Irak, sehingga mereka hanya tinggal dengan Yordania.
Putra mahkota pangeran Hussein dinamai seperti kakeknya, Raja Hussein, yang memerintah Yordania selama 46 tahun hingga kematiannya tahun 1999 dan tetap menjadi tokoh yang dicintai oleh banyak orang Yordania.
Mungkin butuh bertahun-tahun sebelum sang putra mahkota menjadi raja, tetapi pelatihannya telah dimulai.
Dia lulus dari Universitas Georgetown dengan spesialisasi sejarah internasional tahun 2016 dan jebolan Akademi Militer Kerajaan Inggris di Sandhurst tahun berikutnya.
Dia memegang pangkat kapten di angkatan bersenjata Yordania dan secara rutin mengikuti latihan dan upacara militer.
Pangeran Hussein sering mendampingi ayahnya dalam perjalanan luar negeri, termasuk pertemuan baru-baru ini di Gedung Putih dengan Presiden Joe Biden.
Baca Juga: Dapat Penghargan Toleransi dari Vatikan, Raja Yordania: Yerussalem Bukan untuk Kekerasan
Pangeran Hussein membagikan foto-foto dari kunjungannya di akun Instagramnya, yang memiliki lebih dari 4 juta pengikut dan juga menampilkan foto-foto yang lebih santai.
Pada tahun 2015, Hussein menjadi orang termuda yang pernah memimpin rapat di Dewan Keamanan PBB, memimpin diskusi tentang bagaimana membantu pemuda menghadapi ekstremisme kekerasan dan mempromosikan perdamaian.
Dua tahun kemudian, setelah lulus kuliah, dia berpidato di Sidang Umum PBB.
Pengalaman-pengalamannya sejauh ini mungkin telah mempersiapkannya untuk memimpin Yordania, tetapi dia juga hidup dalam dunia yang berbeda dari kebanyakan warga negaranya, yang dalam beberapa tahun terakhir menderita peluang ekonomi yang semakin berkurang.
Pemerintah terpilih di Yordania selama ini telah berfungsi sebagai penghalang kemarahan publik, meskipun raja selalu memegang kekuasaan yang sebenarnya.
Ini adalah kenyataan yang mungkin suatu hari harus dihadapi oleh pangeran mahkota muda ini, setelah lama setelah pernikahan di istananya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Associated Press