PBB: Satu Miliar Orang Terancam Kolera
Kompas dunia | 20 Mei 2023, 03:05 WIBJENEWA, KOMPAS.TV - Satu miliar orang di 43 negara berisiko terkena kolera, "pandemi yang membunuh orang miskin", meskipun pencegahan dan pengobatannya relatif sederhana.
Diberitakan France24, Jumat (19/5/2023), PBB menyebutkan prospek untuk melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap kolera sangat suram, karena mereka tidak punya sumber daya untuk melawan wabah ini, dan semakin lama mereka menunda perang melawan kolera, semakin buruk situasinya.
Antara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Anak-anak (UNICEF), PBB mencari dana sebesar USD640 juta (sekitar Rp862 miliar) untuk melawan penyakit menular ini, dengan memperingatkan tentang "bencana kolera" jika tindakan tidak segera ditingkatkan.
"Henry Gray, manajer respons kolera global di badan kesehatan PBB, mengatakan, 'WHO memperkirakan satu miliar orang di 43 negara berisiko terkena kolera'."
Hingga saat ini tahun ini, 24 negara telah melaporkan wabah kolera, dibandingkan dengan 15 negara pada pertengahan Mei tahun lalu.
Negara-negara yang biasanya tidak terkena kolera sekarang terpengaruh dan tingkat kematian jauh melebihi angka tipikal satu dari 100 orang.
Gray menyalahkan peningkatan kasus ini pada kemiskinan, konflik, dan perubahan iklim, serta pengungsian penduduk yang dipicu oleh faktor-faktor tersebut, yang memisahkan orang dari sumber makanan dan air yang aman, serta dukungan medis.
Baca Juga: 39 Orang Meninggal Akibat Penyakit Kolera di Suriah
"Dengan peningkatan jumlah negara yang terkena kolera, sumber daya yang tersedia untuk pencegahan dan respons menjadi lebih terbatas," katanya dalam konferensi pers.
Kolera disebabkan oleh bakteri yang umumnya ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit ini menyebabkan diare dan muntah, dan dapat sangat berbahaya bagi anak-anak kecil.
Jerome Pfaffmann Zambruni, kepala unit kedaruratan kesehatan masyarakat UNICEF, mengatakan peningkatan kasus ini adalah "sinyal peringatan".
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : France24