> >

Analis Sebut Bentrok Sudan Berakar dari Konflik Personal Dua Jenderal

Kompas dunia | 20 April 2023, 04:05 WIB
Sejumlah orang berjalan melewati toko-toko yang tutup di Khartum, Sudan, Senin, 17 April 2023. Pertempuran memperebutkan kendali atas negara antara militer Sudan dan sebuah kelompok paramiliter berlanjut hingga hari kelima, Rabu (19/4/2023). (Sumber: AP Photo/Marwan Ali)

KHARTUM, KOMPAS.TV - Ashraf Abdel Aziz, seorang analis politik di Khartum, Sudan menyebut akar pertempuran yang meletus di negara itu adalah konflik "personal" antara Jenderal Abdul Fattah Al-Burhan dan Jenderal Muhammad Hamdan "Hemeti" Dagalo. Jenderal Burhan merupakan panglima militer Sudan sekaligus kepala negara, sedangkan Jenderal Dagalo adalah pemimpin kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) sekaligus wakil kepala negara.

Pertempuran Sudan yang meletus sejak Sabtu (15/4/2023) lalu telah menewaskan sedikitnya 270 orang. Kendati gencatan senjata sempat disepakati, militer dan RSF kembali bertempur beberapa menit usai gencatan senjata ditetapkan.

Baca Juga: Sudan Membara, Satu WNI Kena Pantulan Peluru Nyasar

Jenderal Burhan dan Dagalo diketahui berselisih beberapa bulan belakangan. Salah satu perselisihan mereka adalah soal isu integrasi RSF, paramiliter berkekuatan 100.000 personel, ke tubuh militer.

Ashraf Abdel Aziz menyebut, kendati kedua pihak masih ngotot berperang, tekanan internasional karena situasi kemanusiaan yang memburuk di Sudan akan memaksa keduanya menghentikan bentrok.

"Kondisi kemanusiaan yang buruk akan menekan kedua pihak untuk menghentikan pertempuran," kata Ashraf dikutip Al Jazeera, Rabu (19/4).

Per Rabu (19/4), mantan komandan Angkatan Laut Sudan, Fath Al-Rahman Muhyiddin mengeklaim bahwa keseluruhan Khartum dan sebagian besar Sudan telah dikontrol militer. Ia juga menyebut puluhan ribu milisi RSF telah menyerah.

"Saya meyakinkan rakyat Sudan bahwa seluruh daerah Sudan telah dikuasai tentara, kecuali dua wilayah yang masih dikuasi RSF," kata Muhyiddin.

"Lebih dari 20.000 RSF menyerah ke tentara. Namun, sebagiannya ingin bertempur hingga mati," lanjutnya.

Di lain sisi, banyak penduduk Khartum melaporkan bahwa milis RSF mendatangi dan menjarah rumah mereka di Khartum. Kawasan pertokoan dan pasar juga menjadi sasaran penjarahan.

"Orang-orang takut membuka pintu ketika mendengar ketukan karena mereka tidak tahu itu kerabat yang membutuhkan atau orang bersenjata," kata jurnalis Al Jazeera di Khartum, Hiba Morgan.

Baca Juga: Gencatan Senjata Hanya Bertahan Beberapa Menit, Pertempuran Kembali Meletus di Sudan, 270 Tewas

 

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Al Jazeera


TERBARU