> >

Penjelasan Pertempuran Sudan: Dua Jenderal Berebut Kuasa, Satu Negara Membara

Kompas dunia | 16 April 2023, 23:00 WIB
Arsip. Panglima militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan saat mengumumkan pembubaran pemerintahan transisi setelah kudeta militer Sudan pada Senin (25/10/2021) pagi waktu setempat. Pertempuran yang terjadi di Sudan hingga Minggu (16/4/2023) bermula dari konflik antara militer yang setia kepada ketua Dewan Kedaulatan Transisional Sudan sekaligus panglima militer, Jenderal Abdul Fattah Al-Burhan lawan paramiliter yang dipimpin wakil ketua Dewan Kedaulatan Transisional Sudan, Jenderal Muhammad Hamdan "Hemeti" Dagalo. (Sumber: Sudan TV via Associated Press)

KHARTUM, KOMPAS.TV - Pertempuran antara militer Sudan lawan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) masih membara hingga Minggu (16/4/2023) dan bahkan meluas ke beberapa daerah. Pertempuran yang meletus sejak Sabtu (15/4) ini diyakini telah menimbulkan lebih dari 100 korban tewas, termasuk dari kalangan sipil.

Bentrokan dilaporkan terjadi antara militer yang setia kepada ketua Dewan Kedaulatan Transisional Sudan sekaligus panglima militer, Jenderal Abdul Fattah Al-Burhan lawan paramiliter yang dipimpin wakil ketua Dewan Kedaulatan Transisional Sudan, Jenderal Muhammad Hamdan "Hemeti" Dagalo.

Hingga berita ini diturunkan, pertempuran Sudan telah menewaskan setidaknya 56 sipil dan puluhan pasukan di kedua pihak. Hampir 600 orang juga dilaporkan terluka.

Baca Juga: Ibu Kota Sudan Mencekam, RSF vs Militer 'Perang Habis-habisan' di Perkampungan Warga

Per Minggu (16/4), pertempuran meluas di berbagai daerah di Sudan. Selain ibu kota Khartum, pertempuran juga terjadi di Omdurman, kota terbesar kedua Sudan, serta kawasan Darfur di barat yang terdampak perang sipil bertahun-tahun.

Kronologi Pertempuran Sudan

Pertempuran ini dilatarbelakangi tensi hubungan yang memanas antara militer Sudan dengan RSF beberapa bulan belakangan. Ketegangan militer vs RSF juga dilatarbelakangi perselisihan antara Jenderal Burhan dan Jenderal Dagalo dalam menentukan masa depan Sudan.

Bentrok bersenjata di Khartum dilaporkan terjadi mulai Sabtu (15/4) pagi waktu setempat. Sebelumnya, situasi di lapangan memanas karena RSF, yang berkekuatan sekitar 100.000 personel, diterjunkan ke berbagai titik di Sudan.

Belum diketahui detail bagaimana bentrok bersenjata militer vs RSF bermula. Kedua pihak menuduh lawan masing-masing memicu pertempuran dengan meluncurkan serangan di Khartum terlebih dulu.

Sejak tembakan pertama meletus pada Sabtu (15/4), pertempuran hebat meluas dan terpusat di sekitar markas militer dan fasilitas penting, tetapi juga merembet ke permukiman warga. Pertempuran di ibu kota melibatkan kendaraan lapis baja, truk bersenapan mesin, dan pesawat tempur.

Siapa Jenderal Burhan dan Jenderal Dagalo?

Jenderal Abdul Fattah Al-Burhan dan Jenderal Muhammad Hamdan "Hemeti" Dagalo secara de facto adalah kepala negara dan wakil kepala negara Sudan. Negara yang terletak di timur laut Afrika ini dipimpin dewan transisional sejak kudeta militer pada 2021. Jenderal Burhan dan Jenderal Dagalo bersekutu dalam kudeta tersebut.

Kudeta militer pada Oktober 2021 lalu membubarkan dewan transisi sipil-militer dan pemerintahan sipil yang dipimpin Perdana Menteri Abdalla Hamdok, dibentuk usai kudeta militer 2019 yang menggulingkan diktator Omar Al-Bashir. Dewan transisi kemudian dibentuk ulang usai kudeta 2021, dipimpin oleh Jenderal Burhan dan Jenderal Dagalo.

Baca Juga: Liga Arab Gelar Rapat Darurat Bahas Situasi Sudan

Jenderal Burhan dan Jenderal Dagalo kemudian berebut kuasa usai memimpin dewan transisional. Salah satu isu krusial yang memicu konflik Burhan vs Dagalo adalah integrasi paramiliter RSF ke tubuh militer. Keduanya berbeda pendapat mengenai integrasi paramiliter yang dipimpin Jenderal Dagalo tersebut.

Perselisihan Jenderal Burhan dan Jenderal Dagalo juga menunda kesepakatan dengan partai-partai politik dalam rangka transisi demokrasi Sudan. Keduanya pun dituduh bertanggung jawab atas sederet aksi represif kepada warga sipil Sudan yang memprotes kudeta militer empat tahun belakangan.

Menurut laporan Associated Press, Hingga hari kedua pertempuran, Jenderal Burhan dan Jenderal Dagalo urung menujukkan kesediaan bernegosiasi untuk mengakhiri bentrok. Burhan meminta RSF dibubarkan dan menyebutnya "milisi pemberontak", sedangkan Dagalo menolak berunding dan meminta Burhan menyerah.

Apa Itu RSF?

Sebagaimana disarikan BBC, RSF merupakan organisasi paramiliter kuat yang dibentuk dari milisi Janjaweed yang bertempur untuk Al-Bashir selama perang sipil di Darfur. Janjaweed dikenal brutal di Darfur dan dituduh melakukan berbagai tindak kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pada 2013, Jenderal Dagalo mengumpulkan milisi-milisi Janjaweed dan mentransformasikannya menjadi paramiliter RSF. Organisasi paramiliter ini menguasai sejumlah tambang emas di Sudan dan sempat dikirim untuk mengintervensi konflik di Yaman dan Libya.

RSF pun menjadi organisasi paramiliter yang kuat di Sudan. Tanpa status formal, keberadaan pasukan itu di luar tubuh militer Sudan dipandang menjadi sumber instabilitas.

Akan tetapi, ketika wacana integrasi RSF ke tubuh militer muncul, Jenderal Buruhan dan Jendral Dagalo berselisih mengenai proses integrasi tersebut. Keduanya berbeda salin tidak sepakat mengenai cara transisi dan otoritas yang ditunjuk untuk mengawasinya.

Baca Juga: Bentrokan Berdarah di Sudan Sudah 25 Orang Tewas: Tak Ada WNI Jadi Korban, Ini Call Center KBRI

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press/BBC


TERBARU