Mumi Beku Bangsawan Mongol dari Abad ke-13 Muncul, Terungkap Ternyata Ketagihan Susu Yak
Kompas dunia | 15 April 2023, 12:41 WIBULANBAATAR, KOMPAS.TV - Mencairnya permafrost, lapisan tanah yang membeku, di pegunungan Eurasia timur, ternyata membantu kemunculan mumi-mumi beku bangsawan Kerajaan Mongol dari abad ke-13.
Para peneliti pun bisa menemukan fakta-fakta terkini mengenai kerajaan yang paling ditakuti di dunia tersebut.
Salah satunya adalah ketagihan mereka akan susu Yak, hewan yang satu spesies dengan bison.
Penelitian terbaru mempelajari mumi-mumi di pemakaman yang disebut sebagai situs Khorig, terletak di pegunungan tinggi di Khovsgol.
Baca Juga: PM Jepang Fumio Kishida Dievakuasi Usai Terdengar Ledakan di Tempatnya Pidato, Satu Orang Ditangkap
Dikutip dari IFL Science, penanggalan memperkirakan pemakaman tersebut berasal dari abad ke-13, dimulai sekitar saat unifikasi Kerajaan Mongol pada 1206 SM.
Itu merupakan tahun ketika Raja Mongol, Genghis Khan, diproklamasikan sebagai pemimpin Mongol.
Dengan bantuan tentara berkudanya yang tak kenal takut, ia melancarkan serangan militer berdarah ke seluruh Asia.
Ia pun meletakkan dasar untuk kerajaan daratan terbesar dalam sejarah yang membentang dari pantai Pasifik Asia hingga Eropa Timur.
Pada 2018 dan 2019, kerangka dari sebelas individu yang muncul sebagian karena mencairnya permafrost, ditemukan di situs pemakaman elite itu.
Yang mengejutkan, mumi mereka terlihat masih dalam kondisi bagus, meski sudah berusia lebih dari 800 tahun, berkat temperatur di bawah nol derajat.
Dikubur dengan barang berharga dan pakaian mewah, jasad-jasad itu tampaknya berasal dari sosok dengan status sosial tinggi.
Pada studi terbaru, para peneliti sangat tertarik menganalisis mumi-mumi itu untuk memahami gaya hidup dan pola makan para bangsawan Kerajaan Mongol ini.
Dengan melihat protein yang ditemukan dalam kalkulus gigi kuno, tim menemukan bukti langsung bahwa mereka meminum susu kuda, domba, kambing, sapi, dan yang paling penting, adalah susu yak.
Tim bersemangat menemukan bukti keberadaan yak, karena hewan itu memainkan peran penting dalam masyarakat di dataran tinggi Eurasia timur.
Baca Juga: Persidangan Pelaku Pembocoran Dokumen Rahasia AS Dimulai, Sempat Diteriaki Ayahnya
Mereka juga sangat praktis untuk hidup di lingkungan yang keras ini, menyediakan sumber makanan berkalori tinggi, bulu tebalnya dapat digunakan untuk membuat tekstil hangat, dan lemaknya untuk membuat komoditas seperti lilin.
“Temuan terpenting kami adalah seorang perempuan elite yang dimakamkan dengan topi kulit kayu birch, yang disebut bogtog dan jubah sutra yang menggambarkan naga emas bercakar lima,” kata asisten profesor antropologi Universitas Michigan, Alicia Ventresca-Miller.
“Analisis proteomic kami menyimpulkan bahwa ia minum susu yak selama hidupnya,” tambahnya.
Ventresca-Miller mengatakan hal tersebut membantunya memverifikasi penggunaan jangka panjang dari hewan ikonik ini di wilayah tersebut, dan hubungannya dengan para penguasa elite.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : IFL Science