Dua Negara di Afrika Terjangkit Wabah Virus Marburg, Ini Gejala, Cara Penularan dan Risiko Kematian
Kompas dunia | 13 April 2023, 07:42 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Dua negara di Afrika, Guinea Ekuatorial dan Tanzania melaporkan wabah virus Marburg yang terjadi secara bersamaan, belum pernah terjadi sebelumnya di dunia.
Seperti laporan France24, Rabu, (12/4/2023), Virus Marburg ini sama mematikannya dengan virus Ebola karena keduanya berkaitan erat, namun wabah virus Marburg selama ini sangat jarang terjadi. Lima orang meninggal dunia dari delapan kasus yang dikonfirmasi pada 6 April di Tanzania.
Sementara itu ada 15 kasus Marburg yang dikonfirmasi di Guinea Ekuatorial dengan sebelas dari pasien tersebut meninggal hanya beberapa hari setelah gejala penyakit muncul: muntah, diare, mual dan demam tinggi.
Apakah virus Marburg dan kenapa sangat mematikan, simak penjelasan berikut ini.
Virus Marburg berasal dari kelelawar, terutama kelelawar buah Mesir, yang menyebarkan virus ini langsung atau melalui host seperti monyet ke manusia.
Virus ini pertama kali ditemukan pada manusia di kota Marburg, Jerman, pada 1967 dan telah terjadi sekitar 12 kali di Afrika sejak akhir 1970-an. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, wabah Marburg muncul lebih sering, sebelumnya hanya terjadi setiap tiga atau empat tahun.
Meskipun angka kematian akibat Marburg dapat dikurangi dengan intervensi medis yang cepat, tetap saja angka kematian pasien mencapai 50 persen menurut WHO.
Baca Juga: Virus Marburg Telan 9 Korban Jiwa di Afrika, Kementerian Kesehatan Imbau Indonesia Waspada
Virus Marburg dipandang jauh lebih berbahaya daripada virus Ebola karena hingga saat ini belum ditemukan vaksin atau pengobatan pasca terpapar.
Kebanyakan wabah Marburg bersifat kecil dan hanya mempengaruhi tidak lebih dari beberapa orang setiap kali terjadi, menurut statistik resmi.
Hal itu beruntung karena Marburg merupakan salah satu virus yang paling mematikan bersama dengan Ebola, yang juga termasuk dalam keluarga filovirus pada penyakit. Kedua penyakit terkait tersebut memiliki tingkat kematian sebesar 90 persen.
Statistik kelam ini terbukti dalam dua wabah Marburg terbesar. Antara tahun 1998 dan 2000, 128 pasien meninggal dari total 154 kasus yang terkonfirmasi di DR Congo.
Empat tahun kemudian, Marburg menyerang Angola dan menewaskan 227 dari 252 pasien yang terinfeksi.
Sejak itu, para ahli telah menyimpulkan bahwa tingkat kematian dapat dikurangi dengan intervensi medis yang cepat. Namun, bahkan dengan perawatan yang diberikan dengan cepat, tingkat kematian masih mencapai hampir 50 persen, menurut WHO.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : France24