> >

Ulama Berpengaruh Afghanistan Mulai Kritik Larangan Pendidikan bagi Anak dan Remaja Perempuan

Kompas dunia | 9 April 2023, 03:05 WIB
Pelajar perempuan Afghanistan berfoto di sebuah ruang kelas di Kabul, Afghanistan, Kamis, 22 Desember 2022. Sederet ulama berpengaruh Afghanistan, Sabtu (8/4/2023), mulai angkat suara mengkritik larangan pendidikan bagi perempuan, sementara menteri utama Taliban memperingatkan para ulama untuk tidak memberontak terhadap pemerintah dalam isu kontroversial ini. (Sumber: AP Photo/Ebrahim Noroozi)

JALALABAD, KOMPAS.TV - Sederet ulama berpengaruh Afghanistan mulai angkat suara mengkritik larangan pendidikan bagi perempuan, Sabtu (8/4/2023). Sementara itu, menteri utama Taliban memperingatkan para ulama untuk tidak memberontak terhadap pemerintah dalam isu kontroversial ini.

Di Afghanistan, perempuan tidak bisa melanjutkan pendidikan setelah kelas enam sekolah dasar (SD), bahkan hingga ke universitas. Perempuan juga dilarang berada di ruang publik, termasuk taman, dan dilarang bekerja di sebagian besar jenis pekerjaan.

Minggu lalu, perempuan Afghanistan dilarang bekerja di PBB, menurut badan global tersebut, meskipun Taliban belum membuat pengumuman resmi.

Otoritas mempresentasikan pembatasan pendidikan sebagai penghentian sementara daripada pelarangan, tetapi universitas dan sekolah telah dibuka kembali pada Maret tanpa siswa perempuan.

Larangan ini menimbulkan angkara murka internasional, membuat isolasi negara ini makin ketat pada saat ekonomi sudah runtuh sehingga memperburuk krisis kemanusiaan.

Seperti dilansir oleh Associated Press, dua ulama yang terkenal di Afghanistan mengatakan otoritas harus mempertimbangkan kembali keputusannya.

Perlawanan publik terhadap kebijakan Taliban jarang terjadi, meskipun beberapa pemimpin Taliban menyatakan ketidaksetujuan terhadap proses pengambilan keputusan.

Baca Juga: Staf Perempuan PBB Dilarang Bekerja di Afghanistan, Taliban Ingkari Janji?

Mahasiswi Afghanistan berusia 18 tahun dihujani ejekan dan hinaan Taliban pada akhir pekan saat melakukan protes sendirian mengacungkan poster bertuliskan Iqra! menentang larangan perempuan mendapat pendidikan universitas. (Sumber: Radio France International)

Salah satu ulama, Abdul Rahman Abid, mengatakan lembaga-lembaga harus diizinkan untuk kembali menerima siswa perempuan melalui kelas-kelas terpisah, merekrut guru perempuan, menyeimbangkan jadwal, dan bahkan membangun fasilitas baru.

Ilmu pengetahuan adalah kewajiban dalam Islam bagi laki-laki dan perempuan, kata dia kepada The Associated Press, dan Islam mengizinkan perempuan untuk belajar.

"Putri saya absen dari sekolah, saya merasa malu, saya tidak punya jawaban untuk putri saya," katanya. "Putri saya bertanya mengapa perempuan tidak diizinkan belajar dalam sistem Islam. Saya tidak memiliki jawaban untuknya."

Dia mengatakan reformasi diperlukan dan memperingatkan setiap penundaan akan merugikan masyarakat Islam global dan juga melemahkan pemerintah.

Ulama lainnya, yang merupakan anggota Taliban, mengatakan masih ada waktu bagi kementerian untuk menyelesaikan masalah pendidikan perempuan.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU





A PHP Error was encountered

Severity: Core Warning

Message: PHP Startup: Unable to load dynamic library 'newrelic.so' (tried: /usr/lib64/php/modules/newrelic.so (/usr/lib64/php/modules/newrelic.so: cannot open shared object file: No such file or directory), /usr/lib64/php/modules/newrelic.so.so (/usr/lib64/php/modules/newrelic.so.so: cannot open shared object file: No such file or directory))

Filename: Unknown

Line Number: 0

Backtrace: