Presiden China Xi Jinping Serukan Dimulainya Perundingan Damai Ukraina usai Bertemu Presiden Prancis
Kompas dunia | 6 April 2023, 22:00 WIBBEIJING, KOMPAS.TV - Presiden China Xi Jinping usai menerima Presiden Prancis Emmanuel Macron di Beijing, Kamis (6/4/2023), menyerukan diadakannya pembicaraan perdamaian mengenai Ukraina. Tetapi, Xi tidak memberikan indikasi bahwa Beijing akan menggunakan pengaruhnya sebagai mitra diplomatik Vladimir Putin untuk meminta penyelesaian.
Seperti dilaporkan oleh Associated Press, Xi usai pertemuan dengan Macron tidak menunjukkan perubahan posisi China sejak meminta pembicaraan perdamaian pada Februari lalu.
"Pembicaraan perdamaian harus segera dilanjutkan," ujarnya.
Ia meminta pemerintah lain untuk tidak melakukan apa pun yang dapat "membuat krisis memburuk atau bahkan kehilangan kendali".
Beijing, yang melihat Moskow sebagai mitra dalam menentang dominasi Amerika Serikat (AS) atas urusan global, telah berusaha untuk terlihat netral dalam konflik tersebut. Namun, China memberikan dukungan diplomatik kepada Putin dan mengulangi pembenaran Rusia untuk serangan Februari 2022.
Xi diterima dengan sambutan meriah oleh Putin saat ia mengunjungi Moskow bulan lalu, memberikan dukungan politik kepada Presiden Rusia yang diisolasi oleh Barat.
Pemimpin China tersebut mengatakan "kekhawatiran keamanan yang sah dari semua pihak" harus dipertimbangkan, merujuk pada argumen Moskow bahwa ia menyerang Ukraina karena ekspansi NATO ke timur mendekati perbatasan Rusia.
Dalam pembicaraan sebelumnya, Macron memohon kepada Xi untuk "mengajak Rusia kembali pada akal sehat dan membawa semua orang kembali ke meja perundingan."
Baca Juga: Presiden Prancis Akui China Punya Peran Besar dalam Solusi Damai Rusia-Ukraina
Macron menunjukkan dukungan China untuk Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menuntut penghormatan terhadap integritas teritorial sebuah negara. Ia mengatakan bahwa rencana Putin untuk menggelar senjata nuklir di Belarus melanggar perjanjian internasional dan komitmen kepada pemerintahan Xi.
"Kita harus menemukan perdamaian yang abadi," kata Presiden Prancis itu. "Saya percaya bahwa ini juga merupakan masalah penting bagi China."
Macron didampingi oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen sebagai tanda persatuan Eropa.
Von der Leyen menyebut ia mendorong Xi untuk menghubungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dan pemimpin China "mengulangi kesediaannya untuk berbicara ketika kondisi dan waktu sudah tepat."
"Saya pikir ini adalah elemen positif," kata Von der Leyen.
Von der Leyen memperingatkan China untuk tidak mengirimkan peralatan militer ke Rusia, mengulangi peringatan pada Rabu oleh 31 anggota pemerintah NATO tentang "konsekuensi serius" untuk pengiriman senjata atau amunisi.
Baca Juga: China Kecam Rencana Penempatan Tentara AS di 9 Pangkalan Militer Filipina: Ganggu Stabilitas Kawasan
"Mengirim senjata ke penyerang merupakan pelanggaran hukum internasional yang jelas," kata Von der Leyen. "Ini akan sangat merugikan hubungan antara Uni Eropa dan China."
China adalah pembeli terbesar minyak dan gas Rusia, yang membantu menjaga pendapatan Kremlin menghadapi sanksi Barat. Hal ini meningkatkan pengaruh China, tetapi Xi terlihat enggan mengambil risiko merusak kemitraan itu dengan memberikan tekanan pada Putin.
"China selalu mengikuti posisi yang objektif dan adil dalam masalah krisis Ukraina," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Mao Ning. "Kami selalu menjadi advokat solusi politik atas krisis dan penggiat dialog damai."
Pada hari Rabu juga, pemerintah Perancis dan China mengumumkan kesepakatan, termasuk pembelian 160 pesawat Airbus oleh sebuah perusahaan leasing China dan kerja sama antara perusahaan mereka dalam pengembangan energi nuklir, surya, angin, dan biofuel.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Associated Press