> >

Arab Saudi Kurangi Produksi Minyak pada Mei 2023, Ada Apa?

Kompas dunia | 3 April 2023, 09:10 WIB
Tangki penyimpanan di fasilitas minyak Aramco, Jeddah, Arab Saudi, Minggu, 21 Maret 2021. Arab Saudi dan beberapa negara lainnya pada Minggu (2/4/2023) mengumumkan akan memangkas produksi minyak mereka. (Sumber: Foto AP / Amr Nabil)

DUBAI, KOMPAS.TV - Arab Saudi dan beberapa produsen minyak utama lainnya pada Minggu (2/4/2023) mengumumkan pemotongan produsi minyak mereka. Pemotongan produksi akan dilakukan dari Mei hingga akhir tahun nanti.

Langkah mengejutkan ini akan menaikkan harga minyak di seluruh dunia.

Arab Saudi mengumumkan pemotongan terbesar di antara negara-negara anggota OPEC lainnya, yaitu sebesar 500.000 barel per hari. Pemotongan tersebut merupakan tambahan dari pengurangan yang diumumkan Oktober lalu yang membuat marah Amerika Serikat.

Kementerian Energi Saudi menggambarkan langkah itu sebagai "tindakan pencegahan" yang bertujuan menstabilkan pasar minyak. Pemotongan tersebut mewakili kurang dari 5% dari produksi rata-rata Arab Saudi sebesar 11,5 juta barel per hari pada tahun 2022.

Baca Juga: Rusia Juga Umumkan Pengurangan Produksi Minyak 500 Ribu Barel per Hari, Ikuti OPEC dan Arab Saudi

Selain Arab Saudi, Irak mengatakan akan mengurangi produksi sebesar 211.000 barel per hari, Uni Emirat Arab sebesar 144.000, Kuwait sebesar 128.000, Kazakhstan sebesar 78.000, Aljazair sebesar 48.000 dan Oman sebesar 40.000.

Pengumuman tersebut dilakukan oleh media pemerintah masing-masing negara.

Sementara itu Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow akan memperpanjang pemotongan sukarela sebanyak 500.000 hingga akhir tahun. Rusia telah mengumumkan pengurangan produksi minyak secara sepihak pada bulan Februari lalu, setelah negara-negara Barat memberlakukan batasan harga.

Semua negara tersebut merupakan anggota negara pengekspor minyak OPEC+, yang mencakup Organisasi Negara Pengekspor Minyak asli serta Rusia dan produsen utama lainnya. 

Namun hingga kini belum ada pernyataan dari OPEC mengenai pemotongan produksi minyak negara-negara anggotanya. 

Baca Juga: Arab Saudi Merapat ke China, Gabung Blok Keamanan Tiongkok-Rusia: Organisasi Kerja Sama Shanghai

Pemotongan yang diumumkan pada bulan Oktober oleh Arab Saudi terjadi menjelang pemilihan paruh waktu AS di mana melonjaknya harga menjadi masalah utama. Presiden Joe Biden bersumpah pada saat itu bahwa akan ada "konsekuensi" dan anggota parlemen dari Partai Demokrat akan menyerukan pembekuan kerja sama dengan Saudi.

Baik AS dan Arab Saudi membantah adanya motif politik dalam perselisihan tersebut.

 

Kristian Coates Ulrichsen, pakar Teluk di Baker Institute for Public Policy Universitas Rice, mengatakan Saudi bertekad untuk mempertahankan harga minyak cukup tinggi untuk mendanai proyek-proyek besar ambisius yang terkait dengan rencana Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk merombak perekonomian.

“Kepentingan domestik ini diutamakan dalam pengambilan keputusan Saudi atas hubungan dengan mitra internasional dan kemungkinan akan tetap menjadi titik gesekan dalam hubungan AS-Saudi di masa mendatang,” katanya seperti dikutip dari The Associated Press.

Perusahaan raksasa minyak milik negara Arab Saudi, Aramco, baru-baru ini mengumumkan rekor keuntungan sebesar $161 miliar dari tahun lalu. Keuntungan mereka naik 46,5% jika dibandingkan dengan hasil perusahaan tahun 2021 sebesar $110 miliar. Aramco berharap dapat meningkatkan produksi menjadi 13 juta barel per hari pada tahun 2027.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti

Sumber : The Associated Press


TERBARU