Inflasi, Perang, hingga Gempa Bumi, Muslim di Dunia Hadapi Berbagai Tantangan Selama Ramadan
Kompas dunia | 24 Maret 2023, 07:53 WIBKHARTOUM, KOMPAS.TV - Ratusan juta umat Islam memulai puasa pertama Ramadan pada Kamis (23/3/2023) kemarin. Berbagai kondisi dari inflasi, perang, hingga gempa bumi menjadi tantangan yang harus dihadapi kaum Muslim ketika menjalankan ibadah puasa tahun ini.
Di Khartoum, ibu kota Sudan, setiap keluarga menyiapkan kuliner untuk berbuka puasa. Mereka biasanya menghidangkan ‘assida’ untuk berbuka puasa, yaitu hidangan tepung berbahan dasar semolina, dan minuman fermentasi manis yang merupakan resep dari generasi ke generasi.
Sudan tenggelam dalam kekacauan politik sejak kudeta yang menggulingkan pemerintah sah pada Oktober 2021. Dalam situasi seperti ini, warga mengeluhkan meningkatnya biaya hidup.
“Semua biaya naik dua kali lipat dari tahun lalu,” kata Fatima Mohammed Hamid, seorang warga Khartoum.
Baca Juga: China Dituduh Berusaha Halangi Muslim Uighur untuk Puasa Ramadan, Lakukan Pengawasan dan Penangkapan
Sementara itu, ketegangan juga mewarnai Ramadan di Israel dan Palestina. Pada pertemuan di Mesir awal pekan ini, delegasi Israel dan Palestina berjanji untuk menurunkan ketegangan selama musim liburan yang sensitif. Tahun ini bulan Ramadan akan bertepatan dengan festival Paskah Yahudi pada bulan April. Namun gelombang kekerasan terus berlanjut di Tepi Barat.
Dari Jalur Gaza, Sudan, Tunisia, hingga ke Yaman, warga mengalami lonjakan harga-harga kebutuhan pokok. Negara-negara Arab terus menderita akibat kejatuhan ekonomi akibat perang di Ukraina, karena mereka bergantung pada impor biji-bijian dari Eropa timur.
Di pasar Bab al-Fellah, Tunis, Tunisia yang dulunya ramai, kini menjadi sepi. Kenaikan harga barang telah membuat pembeli tidak dapat berbelanja makanan lezat untuk Ramadan seperti yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
“Saya hampir menghabiskan 40 dinar (sekitar $13) yang diberikan suami saya dan saya hanya dapat membeli sayuran, ayam, dan beberapa rempah-rempah,” kata Fatima B, ia malu menyebutkan nama lengkapnya karena keputusasaan keuangannya.
Di Pakistan, warga melaporkan kesulitan serupa, dengan inflasi melonjak hingga hampir 40%. Banyak warga yang mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk berbuka puasa jika makanan gratis akan dibagikan.
Di ibu kota Yaman yang dilanda perang, Sanaa, Ramadan juga terlihat suram, dengan penduduk berjuang untuk membeli bahan kebutuhan pokok. Perang saudara yang menghancurkan negara itu, sekarang memasuki tahun kesembilan dan telah menewaskan lebih dari 150.000 orang dan mendorong jutaan orang ke jurang kelaparan.
“Saya tidak bisa menyediakan makanan sehari-hari untuk anak-anak,” kata Saleh al-Omrani, seorang warga pengangguran dari Sanaa. “Kami mengalami Ramadan di masa lalu yang indah, tetapi hari ini tidak ada lagi Ramadan,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Para diplomat dan pemimpin telah menyatakan harapan baru untuk upaya perdamaian di hari-hari menjelang Ramadan, di tengah tanda-tanda hubungan yang menghangat antara dua negara adidaya saingan di kawasan itu, Iran dan Arab Saudi.
Keduanya berada di pihak yang berlawanan dalam perang di Yaman, dan meskipun ada pengumuman pemulihan hubungan, pertempuran sporadis terus berlanjut di seluruh negeri. Bentrokan di Yaman bahkan menewaskan sedikitnya 16 orang awal pekan ini.
Baca Juga: Umat Muslim di Selandia Baru Melaksanakan Puasa Pertama Hari Ini
Di Afghanistan, orang-orang merayakan Ramadan kedua mereka di bawah kekuasaan Taliban. Sejak Taliban merebut kekuasaan di negara itu pada Agustus 2021, bantuan asing berhenti hampir dalam semalam dan ekonomi ambruk, membuat jutaan orang jatuh miskin dan kelaparan.
Di Turki selatan dan Suriah barat laut, kehancuran yang disebabkan oleh gempa bumi bulan lalu telah menewaskan lebih dari 52.000 orang, mungkin merupakan tantangan yang paling berat.
Di kota Kahramanmaras, Turki – dekat pusat gempa – jemaah mengadakan salat Ramadan pertama di dalam tenda berkapasitas 1.000 orang di halaman Masjid Abdulhamid Han yang terkenal di kota itu. Masjid terbesar keempat di Turki mengalami kerusakan ringan akibat gempa dan ditutup untuk jemaah.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti
Sumber : The Associated Press