Kota di Greenland Jadi yang Terlama Lakoni Puasa Ramadan, yang Tercepat Ada di Negara Ini
Kompas dunia | 23 Maret 2023, 13:13 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Puasa Ramadan telah dimulai di sejumlah negara pada Kamis (23/3/2023), termasuk di Indonesia.
Puasa Ramadan sendiri dilakukan sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.
Namun, waktu puasa di sejumlah negara di dunia berbeda, berkisar antara 12 hingga 18 jam.
Perbedaan tersebut dikarenakan waktu siang hari yang berbeda di setiap negara.
Baca Juga: Joe Biden Ucapkan Selamat Puasa Ramadan, Doakan Umat Muslim Dunia Dapatkan Berkah Ramadan
Muslim yang tinggal di negara-negara paling selatan bumi, seperti Chili dan Selandia Baru, memliki waktu puasa terpendek dengan rata-rata lama puasa mencapai 12 jam.
Sedangkan negara-negara di lokasi paling utara bumi, seperti Islandia memiliki waktu puasa terlama dengan rata-rata 17-18 jam waktu puasa.
Namun, bagi umat Islam yang tinggal di belahan Bumi utara, jumlah jam puasa pada tahun ini akan sedikit lebih pendek dan akan terus berkurang hingga tahun 2031 mendatang.
Ketika itu, Ramadan diperkirakan akan mencakup titik balik matahari musim dingin, hari terpendek dalam setahun.
Setelah itu, jam puasa akan kembali bertambah hingga titik balik matahari musim panas, hari terpanjang dalam setahun di belahan Bumi utara.
Dikutip dari Al-Jazeera, Kota Nuuk di Greenland menjadi kota terlama dalam menjalani puasa, yaitu mencapai 18 jam 12 menit.
Greenland merupakan pulau terbesar di dunia, yang berada di Lautan Arktik dan Atlantik dan terletak pada utara dunia, serta merupakan bagian dari Kerajaan Denmark.
Baca Juga: Puasa Ramadan di India Baru Dimulai Jumat, Akibat Bulan Sabit Tak Terlihat
Sementara itu, kota tercepat dalam melaksanakan puasa adalah Christchurch, Selandia Baru, yang memiliki waktu puasa mencapai 12 jam 17 menit.
Ibu Kota Indonesia, Jakarta sendiri termasuk yang tercepat dengan perkiraan lama berpuasa sekitar 13 jam.
Bulan Ramadan sendiri dimulai pada waktu yang berbeda pada setiap tahunnya, karena penanggalan Islam berdasarkan bulan atau sering disebut hijriyah, berbeda dengan kalender Gregorian atau masehi.
Karena penanggalan bulan lebih sedikit 11 hari ketimbang Gregorian, maka bulan Ramadan akan terjadi dua kali pada 2030 mendatang.
Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Al-Jazeera