Korban Selamat Gempa Turki dan Suriah Bertahan di Udara Beku, Kekurangan Makanan, Air Serta Obat
Kompas dunia | 9 Februari 2023, 20:57 WIBSeperti keluarga Havva Havam, yang duduk di dekat api di seberang bekas rumah mereka yang kini menjadi tumpukan puing, masih berharap melihat tiga anggotanya hidup kembali.
Di Antakya di selatan, tim penyelamat mengeluarkan seorang gadis muda, Hazal Guner, dari reruntuhan bangunan dan juga menyelamatkan ayahnya, Soner Guner, lapor kantor berita IHA.
Saat mereka bersiap untuk memasukkan pria itu ke ambulans, kru penyelamat memberi tahu dia bahwa putrinya masih hidup. "Aku mencintai kalian semua," bisiknya samar.
Di tempat lain di kota itu, Serap Arslan mengatakan alat berat hari Rabu baru mulai memindahkan beberapa beton berat yang menutupi korban selamat yang terjebak, “Kami mencoba membersihkan puing-puing sendiri, tapi sayangnya usaha kami belum cukup,” kata pria berusia 45 tahun itu.
Badan penanggulangan bencana Turki mengatakan lebih dari 110.000 personel penyelamat sekarang bekerja mencari korban selamat, diperkuat lebih dari 5.500 kendaraan, termasuk traktor, derek, buldoser, dan ekskavator.
Baca Juga: Relawan Beberkan Kondisi Hingga Kebutuhan Pengungsi Gempa Turki yang Hadapi Musim Dingin
Di kota Aleppo yang dikuasai pemerintah Suriah, petugas penyelamat mengeluarkan tujuh orang hidup-hidup dan 44 jenazah hari Kamis dari bangunan yang runtuh di pusat kota, lapor TV pemerintah.
“Kami berpacu dengan waktu. Waktu hampir habis,” kata kelompok paramedis Suriah di barat laut yang dikuasai pemberontak yang dikenal sebagai White Helmets. “Setiap detik bisa berarti menyelamatkan hidup.”
Seperti di Turki, alat berat sangat dibutuhkan di sana untuk mempercepat operasi penyelamatan, kata kelompok itu.
Upaya bantuan di Suriah terhambat perang yang sedang berlangsung dan isolasi wilayah yang dikuasai pemberontak di sepanjang perbatasan oleh pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia. Suriah sendiri adalah paria negara-negara Barat dan berada di bawah sanksi Barat yang terkait dengan perang.
Pada hari Kamis, truk bantuan PBB pertama menyeberang ke barat laut Suriah dari Turki. Pejabat PBB mengatakan mereka juga mencoba untuk meningkatkan pengiriman ke wilayah tersebut dari ibukota, Damaskus.
Pengiriman dijadwalkan sebelum gempa terjadi tetapi tertunda karena kerusakan jalan. Pejabat PBB mengatakan lebih banyak truk akan menyusul dengan bantuan khusus untuk krisis saat ini.
Baca Juga: Derita Gempa Suriah: Penyaluran Bantuan Terhambat Zona Konflik dan Sanksi Barat
Namun, skala kehilangan dan penderitaan sangat besar. Erdogan hari Kamis mengumumkan jumlah korban tewas meningkat menjadi lebih dari 14.000 orang di negaranya, dengan lebih dari 63.000 terluka.
Di sisi Suriah, yang meliputi wilayah yang dikuasai pemerintah dan pemberontak, di perbatasan, lebih dari 3.100 dilaporkan tewas dan lebih dari 5.000 terluka, dan diperkirakan akan meningkat tajam.
Hari Rabu, Erdogan bersumpah kondisi harus membaik, “Tidak mungkin bersiap menghadapi bencana seperti itu,” kata Erdogan saat dia mengunjungi provinsi Hatay yang terpukul parah.
“Kami tidak akan meninggalkan warga negara kami tanpa perawatan.” kata Erdogan, yang juga membalas kritik, dengan menyebut "orang yang tidak terhormat" menyebarkan "kebohongan dan fitnah" tentang tindakan pemerintah.
Dia mengatakan pemerintah akan mendistribusikan 10.000 lira Turki atau setara 5 juta rupiah kepada keluarga yang terkena dampak.
Korban gempa Turki dan Suriah adalah tertinggi di seluruh dunia sejak gempa 2011 di Jepang yang memicu tsunami, menewaskan hampir 20.000 orang.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Associated Press