Cintanya Ditolak Perempuan yang Disukai, Pria Singapura Ajukan Gugatan Karena Trauma Emosional
Kompas dunia | 2 Februari 2023, 18:35 WIBSINGAPURA, KOMPAS.TV - Gugatan seorang pria kepada perempuan karena menolak cintanya pasti terasa aneh, apalagi di Indonesia. Tapi di Singapura, seorang pria bernama Kawshigan mengajukan gugatan semacam itu.
Kisah itu ditulis di Oddity Central pada Rabu (1/2/2023). Kawshigan mengajukan gugatan kepada seorang perempuan bernama Tan dengan dalih trauma emosional. Perempuan yang disukainya itu telah menolaknya dan hanya menganggapnya teman.
Ceritanya bermula pada tahun 2020. Kawshigan yang mengenal Tan sejak 2016, mengungkapkan cintanya, dan ingin lebih dari sekadar teman dengannya.
Baca Juga: Iran Ingin Mesra dengan Korea Utara, Usulkan Kerja Sama Hadapi Upaya Merusak Keamanan Global
Namun, Tan menolak karena menganggapnya hanya teman.
Kawshigan kemudian merespons penolakan tersebut dengan ancaman gugatan karena membuat trauma emosional dan kemungkinan pencemaran nama baik.
Meski begitu, Tan berusaha menyadarkan Kawshigan bahwa ia terganggu dengan sikapnya.
Alih-alih mundur, Kawshigan memilih menggandakan ancamannya.
Ia mengatakan Tan harus memenuhi permintaannya untuk memperdalam hubungan mereka, atau mengalami kerusakan parah pada kehidupan pribadi dan profesionalnya.
Pengacara Kawshigan ikut campur dan meminta Tan untuk ambil bagian pada sesi terapi kliennya.
Tan pun setuju untuk menolongnya demi tak lagi mengejar hubungan romantis.
Tetapi anggapannya salah, karena Tan tak lagi menemaninya melakukan terapi setelah 1,5 tahun.
Kawshigan pun tak menyambutnya dengan baik, dan melakukan pelecehan terhadapnya lewat pesan dan telepon.
Tan pun sempat mengadukan pelecehan terhadapnya pada April 2022.
Pada 7 Juli lalu, Kawshigan pun mengajukan gugatan terhadap Tan di pengadilan tinggi.
Ia mengklaim karena kelalaian dan komentar tertentu dari Tan, membuatnya menderita trauma emosional.
Baca Juga: Tentara Ukraina Ungkap Kengerian Hadapi Kelompok Wagner, Seperti Menonton Film Zombie
Hal itu berujung pada biaya yang dikeluarkan untuk program rehabilitasi dan terapi, serta hilangnya penghasilan dan kemitraan bisnis.
Sebulan kemudian, Kawshigan mengajukan tuntutan pengadilan, menuduh adanya pelanggaran perjanjian untuk memperbaiki hubungan mereka.
Beruntung, seorang Hakim Singapura menutup kasus ini dengan alasan penyalahgunaan proses pengadilan.
Namun di pengadilan Tinggi, di mana Kawshigan meminta kompensasi 2,3 juta dolar ditetapkan untuk pra-sidang pada 9 Februari.
Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto
Sumber : Oddity Central