Peringatan Dua Tahun Kudeta Junta Militer Myanmar, Aktivis Pro-Demokrasi Aksi Mogok Bicara
Kompas dunia | 2 Februari 2023, 12:15 WIBNAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Aktivis pro-Demokrasi di Myanmar memperingati dua tahun kudeta junta militer Myanmar dengan melakukan aksi mogok bicara, Rabu (1/2/2023.)
Jalanan di banyak kota tiba-tiba sunyi setelah para demonstran meminta agar semua orang tetap tinggal di rumah.
Mereka juga menyerukan agar semua bisnis di kota-kota Myanmar ditutup sementara.
Sebagian besar wilayah Myanmar mengalami kekacuan, setelah kudeta militer yang dilakukan junta untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah dua tahun lalu.
Baca Juga: Korea Utara Ngamuk dan Ancam Reaksi Terberat atas Perluasan Latihan Militer AS dan Korea Selatan
Kudeta tersebut membuat jutaan orang memutuskan pergi dari negara tersebut.
Kudeta ini berawal pada November 2020, saat militer Myanmar menuduh adanya kecurangan dalam pemilihan umum yang digelar pada November 2020.
Ketika itu, partai Aung San Suu Kyi, Liga Nasional Demokrasi (NLD) memenangkan pemilihan setelah mendapat lebih dari 80 persen suara.
Klaim militer sendiri kemudian ditolak karena dianggap tak berdasar oleh mayoritas komunitas internasional.
Rencana junta militer untuk melakukan pemilihan umum baru untuk memastikan kepemimpinan mereka pun disebut sebagai ulah yang memalukan oleh komunitas internasional, termasuk PBB.
Seorang aktivis pro-demokrasi, Thinzar Shunlei Yi, mengatakan aksi mogok bicara ini sebagai bagian dari perlawanan terhadap junta militer.
Ia pun menegaskan perlawanan tersebut masih terus berlanjut, khususnya di area pedesaan.
Baca Juga: Australia Copot Wajah Monarki Inggris dari Uang Kertas, Ini Alasannya
“Pesan utama dari aski mogok bicara adalah menghormati pejuang kami yang gugur dan mengeklaim bahwa ruang publik adalah milik kami sendiri,” katanya dilansir dari BBC.
Ia juga menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah mengirim pesan jelas, militer tak seharusnya memerintah rakyat Myanmar.
Para demonstran juga berkumpul di luar Kedutaan Besar Myanmar di Thailand dan Jepang.
Mereka juga meneriakkan slogan anti-militer dan memegang foto Suu Kyi.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : BBC