> >

Sekjen NATO ke Korea Selatan Bujuk Seoul Kirim Senjata ke Ukraina, tapi Ditolak

Krisis rusia ukraina | 30 Januari 2023, 14:52 WIB
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Senin (30/2/2023), mendesak Korea Selatan meningkatkan dukungan militer termasuk senjata, untuk Ukraina. Namun Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan konstitusi negaranya melarang penyediaan senjata bagi negara-negara yang berkonflik. (Sumber: Kim Min Hee/AP Photo)

SEOUL, KOMPAS.TV – Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Senin (30/2/2023), mendesak Korea Selatan meningkatkan dukungan militer termasuk senjata, untuk Ukraina.

Dia memberi contoh negara-negara yang sudah mengubah kebijakan mereka mengenai larangan memberikan senjata kepada negara-negara yang berkonflik, menyusul serangan Rusia ke Ukraina.

Setelah Seoul, Stoltenberg akan mendatangi Jepang. Kunjungannya bertujuan memperkuat hubungan dengan sekutu-sekutu Amerika Serikat (AS) dalam menghadapi perang di Ukraina dan meningkatnya persaingan dengan China.

Stoltenberg berterima kasih kepada Korea Selatan atas bantuannya kepada Ukraina. Tetapi dia mendesak Seoul berbuat lebih banyak dan menambahkan, ada "kebutuhan mendesak" untuk amunisi. 

“Saya mendesak Republik Korea untuk melanjutkan dan meningkatkan isu khusus dukungan militer,” kata Stoltenberg.

“Pada akhirnya, ini keputusan yang harus Anda buat, tetapi saya akan mengatakan beberapa sekutu NATO yang punya kebijakan untuk tidak mengekspor senjata ke negara-negara yang sedang berkonflik sekarang sudah mengubah kebijakan itu.”

Dalam pertemuan dengan pejabat senior Korea Selatan, Stoltenberg berpendapat peristiwa di Eropa dan Amerika Utara saling berhubungan dengan kawasan lain, dan aliansi tersebut ingin membantu mengelola ancaman global dengan meningkatkan kemitraan di Asia.

Korea Selatan menandatangani kesepakatan besar untuk menyediakan ratusan tank, pesawat, dan senjata lainnya kepada anggota NATO, Polandia, sejak perang dimulai.

Tetapi Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan konstitusi negaranya melarang penyediaan senjata untuk negara-negara yang berkonflik. Hal itu turut membuat penyediaan senjata bagi Ukraina mengalami kesulitan.

Baca Juga: Rusia Klaim Bombardir Amunisi dan Senjata Kiriman Nato

Tank utama atau MBT asli Korea Selatan, K-2 Black Panther, yang dilaporkan sejajar dengan Leopard 2 Jerman. (Sumber: Military Leak)

Stoltenberg mencatat negara-negara seperti Jerman, Swedia, dan Norwegia punya kebijakan serupa tetapi telah mengubahnya.

“Jika kita tidak ingin autokrasi dan tirani menang, maka (Ukraina) membutuhkan senjata, itulah kenyataannya,” katanya.

Sekjen NATO itu mengatakan "sangat penting" melakukan sesuatu agar Rusia tidak memenangi perang di Ukraina.

Dia mengatakan hal itu tidak hanya untuk Ukraina tetapi juga untuk menghindari pengiriman pesan yang salah kepada para pemimpin otoriter, termasuk di Beijing, bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara paksa. 

Meskipun China bukan musuh NATO, tetapi China naik "jauh lebih tinggi" dalam agenda prioritas NATO, kata Stoltenberg, menyebut peningkatan kemampuan militer Beijing dan perilaku koersif di wilayah tersebut.

“Kami percaya kami harus terlibat dengan China dalam isu-isu seperti pengendalian senjata, perubahan iklim, dan isu-isu lainnya,” katanya.

“Tetapi pada saat yang sama, kami sangat jelas China menimbulkan tantangan terhadap nilai-nilai kami, kepentingan kami, dan keamanan kami.” 

Pada 2022, Korea Selatan membuka misi diplomatik pertamanya pada NATO, berjanji memperdalam kerja sama di bidang non-proliferasi, pertahanan dunia maya, kontra-terorisme, tanggap bencana, dan bidang keamanan lainnya.

Kunjungan panglima NATO itu juga dilakukan saat Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dijadwalkan tiba di Seoul pada Senin untuk melakukan pembicaraan dengan timpalannya dari Korea Selatan, Lee Jong-Sup.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU