Covid-19 di China Mengerikan, Pedesaan Mulai Kehabisan Peti Jenazah
Kompas dunia | 27 Januari 2023, 12:57 WIBSHANXI, KOMPAS.TV - Sejumlah bukti menunjukkan wabah Covid-19 di China cukup mengerikan khususnya di daerah pedesaan.
Wabah virus Corona tersebut menyebabkan di daerah pedesaan mulai kehabisan peti jenazah.
Di wilayah Xinzhou, Provinsi Shanxi, para pembuat peti jenazah tak bisa berhenti bekerja.
Mereka mengungkapkan pada beberapa bulan terakhir tak mampu berhenti bekerja karena tingginya angka kematian.
Baca Juga: China Ungkap 13.000 Kematian karena Covid-19, Warganya Ingin Diberkahi Kesehatan di Tahun Baru Imlek
Salah satu penduduk desa, yang seorang pembeli, mengungkapkan kepada BBC bahwa ada saat di mana peti jenazah telah habis.
Secara satir ia mengatakan bahwa para pekerja di industri pemakaman sedang mendapat keberuntungan kecil.
Saat ini muncul perdebatan mengenai jumlah pasti kematian karena Covid-19 di China.
Menurut ahli epidemi, Wu Zunyou, sekitar 80 persen populasi China telah terinfeksi setelah dilakukan pelonggaran kebijakan Covid-19.
Pekan lalu, China melaporkan 13.000 kematian dalam rentang kurang dari sepekan, dan menambahkan telah mencatat 60.000 kematian sejak Desember.
Tetapi angka tersebut hanya untuk yang meninggal di rumah sakit.
Sedangkan di area pedesaan hanya ada sedikit fasilitas medis dan mereka yang meninggal di rumah sebagian besar tak dihitung.
Bahkan tak ada perkiraan resmi untuk jumlah kematian di desa.
Baca Juga: Usai Perkosa 2 Perempuan, Pria Skotlandia Ganti Kelamin, Debat Sengit hingga PM Turun Tangan
Namun, BBC melaporkan Kamis (26/1/2023), telah menemukan bukti bahwa jumlah korban tewas meningkat.
Pekerja di industri pemakaman di Shanxi mengungkapkan meningkatnya jumlah kematian, dan semua terkait dengan Covid-19.
Mereka melaporkan krematorium begitu sibuk, rumah pemakaman menghadapi kekurangan peti jenazah dan kematian terus terjadi.
“Beberapa orang yang sakit mereka sangat lemah. Mereka tekena Covid, dan tubuh mereka tak mampu menghadapinya,” ujar salah seorang pekerja.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : BBC