Rusia Hujani Ukraina dengan Rudal Sehari setelah Jerman dan AS Umumkan Pemberian Tank, 11 Tewas
Krisis rusia ukraina | 26 Januari 2023, 23:02 WIBKIEV, KOMPAS.TV - Pasukan Rusia menghujani selusin provinsi Ukraina dengan rudal dan drone yang meledak sendiri pada Kamis (26/1/2023) pagi. Hujan serangan itu menewaskan sedikitnya 11 orang secara keseluruhan, seperti laporan Associated Press.
Juru bicara Layanan Darurat Ukraina, Oleksandr Khorunzhyi, mengumumkan jumlah korban di televisi Ukraina. Dia mengatakan serangan itu juga melukai sedikitnya 11 orang.
Serangan itu mengikuti pola Rusia yang meluncurkan serangan luas setiap dua minggu. Namun, serangan terbaru terjadi sehari setelah Jerman dan Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan mengirim tank tempur berteknologi tinggi ke Ukraina dan memberi lampu hijau kepada sekutu lain untuk melakukan hal yang sama.
Wali Kota Kiev Vitali Klitschko mengatakan satu orang tewas dalam serangan itu, kematian pertama di ibu kota sejak malam Tahun Baru, sementara dua lainnya terluka.
Sementara, kepala pemerintahan kota Kiev Serhii Popko mengatakan pertahanan udara Ukraina menembak jatuh 15 rudal jelajah yang menuju ke daerah tersebut.
Kantor kejaksaan regional di Provinsi Zaporizhzhia Ukraina mengatakan tiga orang tewas dan tujuh lainnya luka-luka dalam serangan di sebuah fasilitas energi.
Valerii Zaluzhnyi, komandan angkatan bersenjata Ukraina, mengatakan serangan pada Kamis melibatkan total 55 rudal, 47 di antaranya berhasil dicegat.
Pesawat tak berawak yang meledak sendiri menyapu semalam sebelum serangan rudal, dalam apa yang dikatakan juru bicara Pasukan Pertahanan Selatan Ukraina tampaknya merupakan upaya Rusia untuk membanjiri atau mengganggu pertahanan udara Ukraina.
Baca Juga: Pemimpin Tentara Bayaran Rusia Wagner Ungkap Ada Rencana Pembunuhan Dirinya, Ukraina Diduga Terlibat
Saat sirene serangan udara bergema di seluruh negeri, warga sipil dilaporkan langsung berlarian ke stasiun kereta bawah tanah, tempat parkir bawah tanah, dan ruang bawah tanah untuk mencari perlindungan.
Serangan itu adalah rentetan senjata Rusia pertama di seluruh negeri sejak 14 Januari.
Rusia melakukan serangan besar-besaran pada pembangkit listrik Ukraina dan infrastruktur lainnya sejak awal Oktober, bagian dari strategi untuk mencoba menghambat pasukan Ukraina dan membuat warga sipil dalam penderitaan dingin dan gelap musim dingin ini, sebelum apa yang diprediksi oleh banyak ahli bisa menjadi serangan musim semi dari pasukan Rusia.
Menteri Energi Ukraina Herman Halushchenko mengatakan fasilitas energi kembali menjadi sasaran pasukan Rusia yang "berusaha menyebabkan kegagalan sistemik dalam sistem energi Ukraina."
Dia mengakui beberapa fasilitas energi terkena hantaman rudal Rusia, mengakibatkan pemadaman darurat, dan tim perbaikan bekerja untuk memulihkan pasokan listrik secepat mungkin.
Maksym Marchenko, gubernur wilayah Odesa Ukraina selatan, mengatakan fasilitas infrastruktur energi rusak di wilayahnya dan beberapa wilayah lainnya, menyebabkan "masalah signifikan pasokan listrik."
Pemerintah daerah di wilayah terdekat Kherson, di mana pasukan Ukraina merebut kembali ibu kota daerah itu pada November, mengatakan penembakan Rusia menewaskan dua orang dan melukai lima lainnya selama beberapa hari terakhir.
Serangan itu terjadi sehari setelah Jerman mengatakan akan memasok 14 tank tempur Leopard 2 berteknologi tinggi ke Ukraina dan mengizinkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengirim hingga 88 tank tambahan.
Baca Juga: Amerika Serikat Umumkan Pengiriman 31 Tank M1 Abrams, Duel Tank Rusia dan Barat di Depan Mata
AS menyatakan berencana mengirimkan 31 tank Abrams M1 ke pasukan Ukraina.
Bersama dengan Jerman dan AS, Inggris, Polandia, Belanda, dan Swedia termasuk di antara negara-negara yang mengirim atau mengumumkan rencana memasok ratusan tank dan kendaraan lapis baja berat untuk membentengi Ukraina saat memasuki fase baru perangm, mencoba untuk menembus garis pertahanan Rusia.
Konflik sebagian besar menemui jalan buntu dalam beberapa bulan terakhir, meskipun pasukan Ukraina hari Rabu mengakui penarikan mundur tentara dari kota Soledar di Donetsk, yang telah terlibat dalam perang sejak separatis yang didukung Rusia merebut sebagian besar wilayah Donbas yang lebih luas pada tahun 2014.
Gian Gentile, seorang veteran Angkatan Darat AS dan sejarawan senior Rand Corporation mengatakan, M1 Abrams dan tank Leopard akan memberi Ukraina sebuah “kekuatan pemukul lapis baja mekanis.”
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan awak Ukraina akan memulai pelatihan mereka di Jerman dalam beberapa hari mendatang dengan kendaraan tempur lapis baja Marder buatan Jerman, sementara pelatihan tank Leopard 2 yang lebih berat akan dimulai "sebentar lagi".
“Bagaimanapun, tank Leopard baru akan siap tempur di Ukraina pada akhir Maret, awal April,” tambahnya. "Saya tidak bisa mengatakan hari yang tepat."
Baca Juga: Militer Ukraina Akui Mundur dari Soledar: untuk Selamatkan Nyawa Pasukan Kami
Dalam sebuah wawancara dengan Sky News Inggris hari Rabu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dia tidak tahu kapan tank dari AS dan Eropa akan tiba.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, juga berbicara kepada jaringan Inggris, menolak untuk berspekulasi mengenai waktunya, tetapi mengatakan “sekutu sangat fokus pada pentingnya kecepatan.”
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan langkah untuk menyediakan Ukraina dengan tank-tank modern Barat mencerminkan meningkatnya keterlibatan Barat dalam konflik tersebut.
“Baik ibu kota Eropa dan Washington terus mengatakan pengiriman berbagai jenis sistem senjata, termasuk tank ke Ukraina, sama sekali tidak berarti keterlibatan negara-negara ini atau aliansi dalam permusuhan yang sedang berlangsung di Ukraina,” kata Peskov kepada wartawan. "Kami jelas tidak setuju dengan itu."
“Moskow memandang semua yang dilakukan oleh aliansi (Barat) dan ibu kota yang saya sebutkan sebagai keterlibatan langsung dalam konflik,” tambahnya. "Kita bisa melihatnya tumbuh."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Associated Press