Usia Pensiun di Prancis Naik Jadi 64 Tahun, Demonstrasi Besar-Besaran Terjadi
Kompas dunia | 19 Januari 2023, 13:47 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron menaikkan usia pensiun menjadi 64 tahun dari 62 tahun dalam usahanya melakukan reformasi pensiun.
Imbas dari usahanya tersebut menimbulkan demonstrasi besar-besaran di Paris dan kota lainnya..
Demonstrasi besar-besaran terjadi, Kamis (19/1/2023), yang dilakukan serikat pekerja Prancis menentang rencana Macron tersebut.
Akibat demonstrasi tersebut layanan Kereta Api (KA) antarkota dan komuter diperkirakan akan sangat terganggu.
Baca Juga: Bintang Porno Ron Jeremy Resmi Dianggap Tak Mampu Disidang, Lolos dari Ancaman Penjara 300 Tahun
Selain itu banyak sekolah dan pelayanan publik lainnya juga dihentikan.
Dikutip dari BBC, di Bandara Orly di Paris, satu dari lima penerbangan telah dibatalkan.
Selain itu di metro Paris hanya ada dua jalur tanpa pengemudi yang bekerja dengan normal.
Demonstrasi besar diyakini bakal didatangi puluhan ribu orang di Paris dan kota lainnya.
Kepolisian juga akan dikerahkan jika terjadi kekerasan dari penyusup blok hitam ultra-kiri.
Di bawah proposal yang diuraikan awal bulan ini oleh Perdana Menteri (PM) Elisabeth Borne, dimulai pada 2027, para pekerja di Prancis juga harus bekerja 43 tahun agar bisa mendapatkan pensiun penuh.
Sedangkan pada saat ini mereka bisa mendapatkan pensiun penuh dengan bekerja selama 42 tahun.
Rencana reformasi itu dipuji oleh pemerintahan sebagai langkah vital unuk memastikan keamanan dengan melindungi sistem pensiun Prancis.
Namun, reformasi tersebut tidak populer bagi publik, dan berdasarkan poling opini publik Prancis (IFOP) pekan ini, mengungkapkan 68 persen menentangnya.
Semua serikat pekerja negara tersebut menentang langkah tersebut.
Salah satunya adalah serikat reformis yang diharapkan pemerintah untuk mendukungnya.
Baca Juga: Olaf Scholz Tunjuk Menteri Pertahanan Baru, Dianggap Orang yang Tepat saat Genting Krisis Ukraina
Oposisis sayap kiri dan kanan jauh di Majelis Nasional juga menentangnya.
Namun, bagi Macron sendiri tak mudah untuk meloloskan proposal reformasi tersebut.
Karena partainya bukan mayoritas di majelis, Macron harus bergantung pada dukungan anggota parlemen Partai Konservatif Republik sebanyak 60 suara atau lebih.
Meski pada prinsipnya mendukung reformasi pensiun, beberapa dari mereka memperingatkan bahwa mungkin saja memberikan suara menentang.
Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus
Sumber : BBC