> >

Tragis, Kopilot Yeti Airlines yang Jatuh Rencananya Jadi Kapten Pilot Usai Mendarat

Kompas dunia | 16 Januari 2023, 21:19 WIB
Bila pendaratan sukses pada hari Minggu, kopilot Anju Khatiwada jadwalnya ditetapkan untuk menerima lisensi kapten pilot. Tetapi hanya 10 detik sebelum pendaratan, impian Anju menjadi kapten kandas dalam kecelakaan fatal, sekaligus dia kehilangan nyawanya. (Sumber: India Today)

KATHMANDU, KOMPAS.TV - Pada tahun 2010, Anju Khatiwada bergabung dengan Yeti Airlines Nepal mengikuti jejak suaminya.  Suaminya juga seorang pilot, yang juga meninggal dalam kecelakaan empat tahun lalu ketika sebuah pesawat penumpang kecil yang diterbangkannya untuk maskapai yang sama jatuh beberapa menit sebelum mendarat.

Pada hari Minggu, Khatiwada, 44 tahun, bertindak sebagai kopilot pada penerbangan Yeti Airlines dari Kathmandu yang jatuh saat mendekati kota Pokhara. Peristiwa ini menewaskan sedikitnya 68 orang dalam kecelakaan pesawat paling mematikan di negara Himalaya dalam tiga dekade terakhir.

Menurut laporan, ATR-72 Yeti Airlines yang jatuh pada hari Minggu dijadwalkan menjadi penerbangan terakhir Anju Khatiwada sebagai kopilot pesawat tersebut untuk menjadi kapten pilot.

Bila pendaratan sukses pada hari Minggu, kopilot Anju Khatiwada jadwalnya ditetapkan untuk menerima lisensi kapten pilot. Bila dia mendarat, seluruh persyaratan menjadi kapten pilot harusnya berada dalam genggamannya. Tetapi hanya 10 detik sebelum pendaratan, impian Anju menjadi kapten kandas dalam kecelakaan fatal, sekaligus dia kehilangan nyawanya.

Di hari yang nahas itu, Khatiwada dipandu Kapten Pilot Kamal KC, yang menyuruh Khatiwada duduk di kursi kepala pilot saat terbang ke Pokhara.

Pilot senior Kamal KC yang tewas dalam kecelakaan pesawat memiliki pengalaman terbang hampir 35 tahun dan dia juga telah melatih banyak kopilot yang sekarang menjadi bertugas menjadi kapten pilot.

Baca Juga: 5 Fakta Kecelakaan Pesawat di Nepal: Korban Terbakar Hidup-Hidup, Kotak Hitam Ditemukan

Anju Khatiwada saat menjadi kopilot junior usai kematian suami. Bila pendaratan sukses pada hari Minggu, kopilot Anju Khatiwada jadwalnya ditetapkan menerima lisensi kapten pilot. Tetapi hanya 10 detik sebelum pendaratan, impian Anju menjadi kapten kandas dalam kecelakaan fatal, sekaligus dia kehilangan nyawanya. (Sumber: Samudrapari India)

Sejauh ini tidak ada korban selamat yang ditemukan di antara 72 orang di dalamnya.

"Suaminya (Khatiwada), Dipak Pokhrel, meninggal pada 2006 dalam kecelakaan pesawat Twin Otter milik Yeti Airlines di Jumla," kata juru bicara maskapai Sudarshan Bartaula.

“Dia mengikuti pelatihan sebagai kapten pilot dengan uang yang dia dapat dari asuransi setelah kematian suaminya.”

Seorang kopilot dengan waktu terbang lebih dari 6.400 jam, Khatiwada sebelumnya menerbangi rute wisata populer dari ibu kota, Kathmandu, ke kota terbesar kedua di negara itu, Pokhara, kata Bartaula.

Jenazah Kamal KC, kapten pesawat yang memiliki waktu terbang lebih dari 21.900 jam, telah ditemukan dan diidentifikasi. Kathiwada meninggal, kata Bartaula.

“Pada hari Minggu, dia menerbangkan pesawat dengan instruktur pilot, yang merupakan prosedur standar maskapai,” kata seorang pejabat Yeti Airlines, yang mengenal Khatiwada secara pribadi. 

“Dia selalu siap untuk menjalankan tugas apa pun dan sudah pernah terbang ke Pokhara sebelumnya,” kata pejabat tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Baca Juga: Kecelakaan Pesawat di Nepal Tewaskan 68 Orang, PM Nepal Umumkan Berkabung Nasiona

Tim penyelamat menyisir lokasi jatuhnya pesawat penumpang di Pokhara, Nepal, pada Senin, 16 Januari 2023. Pesawat yang membawa 72 orang, jatuh ke jurang saat mencoba mendarat di Pokhara pada Minggu, 15 Januari 2023. Sedikitnya 66 orang tewas. (Sumber: AP Photo/Yunish Gurung)

Pesawat ATR-72 yang dikemudikan Khatiwada berguling dari sisi ke sisi sebelum jatuh di ngarai dekat bandara Pokhara dan jatuh lalu terbakar, menurut laporan saksi mata dan video kecelakaan yang diposting di media sosial.

Perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan dari pesawat ditemukan hari Senin. Rekaman kokpit dan data penerbangan dapat membantu penyelidik menentukan sebab pesawat jatuh saat kondisi cuaca cerah.

Hampir 350 orang telah meninggal sejak tahun 2000 dalam kecelakaan pesawat atau helikopter di Nepal – rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest – di mana perubahan cuaca yang tiba-tiba dapat menyebabkan kondisi penerbangan yang berbahaya.

Kecelakaan pesawat di dekat Pokhara, Nepal pada Minggu (15/1/2023) lalu menewaskan 68 orang dari 72 penumpang. Insiden ini menambah catatan buruk penerbangan Nepal dan pesawat tipe ATR 72.

Tercatat ada 15 warga negara asing yang menumpangi pesawat tersebut. Namun, nasib mereka belum jelas atau termasuk mayat yang belum teridentifikasi.

Ke-15 penumpang itu adalah lima warga India, empat warga Rusia, dua warga Korea Selatan, dan masing-masing satu dari Irlandia, Australia, Argentina, dan Prancis.

Baca Juga: Kecelakaan Pesawat Nepal: Catatan Buruk Pesawat ATR 72 dan Penerbangan Sipil Nepal

ATR-72 Yeti Airlines yang jatuh di Nepal. Bila pendaratan sukses pada hari Minggu, kopilot Anju Khatiwada jadwalnya ditetapkan menerima lisensi kapten pilot. Tetapi hanya 10 detik sebelum pendaratan, impian Anju menjadi kapten kandas dalam kecelakaan fatal, sekaligus dia kehilangan nyawanya. (Sumber: TLMC/Wikipedia)

Melansir Associated Press, pesawat Yeti Airlines yang jatuh dalam penerbangan dari Kathmandu ini berjenis ATR 72 bermesin ganda. Pesawat mengalami kecelakaan saat menempuh penerbangan 27 menit dari Kathmandu.

Pesawat jenis ATR 72 diketahui beberapa kali terlibat kecelakaan mematikan beberapa tahun terkini. Pesawat jenis ini dibuat pada 1980-an oleh sebuah kemitraan Prancis-Italia.

Nepal punya sejarah penerbangan sipil yang mematikan. Menurut data Flight Safety Foundation’s Aviation Safety, terdapat 42 kecelakaan pesawat fatal di Nepal sejak 1946.

Badan Penerbangan Sipil Nepal, dalam sebuah laporan pada 2019, menyinggung "topografi berbahaya" dan "pola cuaca yang beraneka" sebagai tantangan utama operasi penerbangan di negara itu.

Nepal sendiri merupakan tempat delapan dari 14 gunung tertinggi sedunia. Kecelakaan pesawat di dekat Pokhara merupakan kecelakaan pesawat paling mematikan di Nepal sejak 1992.

Waktu itu, sebuah pesawat Pakistan International Airlines menabrak sebuah bukit di dekat Kathmandu, menewaskan 167 orang.

Di Taiwan, tercatat ada dua kecelakaan yang melibatkan ATR 72-500 dan ATR 72-600 beberapa tahun lalu.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Newsroom India/Straits Times/India Today


TERBARU