Mantan Anggota Perlemen Perempuan Afghanistan Ditembak Mati, Tetap Tinggal saat Taliban Kembali
Kompas dunia | 16 Januari 2023, 10:58 WIBKABUL, KOMPAS.TV - Mantan anggota parlemen perempuan Afghanistan ditembak mati di rumahnya di Kabul.
Mursal Nabizada, 32 tahun, merupakan satu dari sedikit anggota parlemen Afghanistan yang memutuskan bertahan di Kabul setelah Taliban kembali berkuasa Agustus 2021.
Pada insiden yang sama seorang pengawalnya juga ditembak mati, sedangkan adik dan pengawalnya yang lain terluka karena serangan pada Minggu (15/1/2023).
Dikutip dari BBC, mantan koleganya memuji Nabizada sebagai sosok juara tak kenal takut untuk Afghanistan, yang menolak untuk meninggalkan negara itu saat Taliban kembali berkuasa.
Baca Juga: Taliban Gerebek Persembunyian Islamic State di Afghanistan, Tewaskan 8 Militan
Sejak Taliban kembali memimpin Afghanistan pada 2021, perempuan telah disingkirkan dari hampir semua bidang kehidupan publik.
Juru Bicara Kepolsiain Kabul, Khalid Zadran mengatakan pasukan keamanan sudah mulai melakukan investigasi serius atas insiden tersebut.
Mantan anggota parlemen Mariam Solaimankhil mengatakan Nabizada merupakan Nabizada adalah perintis sejati.
Perempuan kuat dan blak-blakan yang membela apa yang ia yakini, bahkan dalam menghadapi bahaya.
“Meski ditawarkan kesempatan meninggalkan Afghanistan, ia memilih tinggal dan berjuang untuk rakyatnya,” tulis Solaimankhil di Twitter.
Nabizada yang berasal dari Nagarhar, dipilih sebagai anggota parlemen dari Kabul pada 2018, hingga Taliban mengambilalih.
Ia merupakan anggota dari Komisi Pertahanan Parlemen dan bekerja di Institut Pembangunan dan Penelitian Sumber Daya Manusia.
Baca Juga: Tegang! Perpecahan Internal Taliban Kian Runcing akibat Pembatasan Hak Perempuan, Pasukan Disiagakan
“Saya sedih dan marah dan ingin dunia mengetahuinya!” ujar Anggota Parlemen Eropa, Hannah Neumann dalam respons-nya atas pembunuhan tersebut.
“Ia dibunuh dalam kegelapan, tetapi Taliban membangun sistem apartheid gender pada siang hari,” tambahnya.
Banyak perempuan memiliki pekerjaan profesional di Afghanistan setelah AS menginvasi dua dekade lalu.
Namun, setelah Taliban berkuasa banyak dari mereka yang memutuskan untuk meninggalkan negara itu.
Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus
Sumber : BBC