Putin ke Minsk, Moskow Hajar Kiev Dengan Serangan Drone yang Perparah Pemadaman Listrik Ukraina
Krisis rusia ukraina | 20 Desember 2022, 05:45 WIBKIEV, KOMPAS.TV — Presiden Rusia Vladimir Putin ke Belarusia bertemu Presiden Alexander Lukashenko usai Rusia kembali menghajar Kiev, Ibu Kota Ukraina, dengan gelombang serangan drone pengebom sebelum fajar menyingsing, Senin (19/12/2022), yang sontak membuat pemadaman di 11 wilayah tengah dan timur Ukraina.
Seperti laporan Associated Press, Senin (19/12/2022), Rusia meluncurkan 23 drone menghajar Kiev saat kota itu tertidur, tetapi pasukan Ukraina mengeklaim berhasil menembak jatuh 18 di antaranya, kata pemerintah Kota Kiev di Telegram.
Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dari serangan itu, meskipun Kantor Kepresidenan Ukraina mengatakan serangan itu menewaskan sedikitnya tiga warga sipil dan melukai 11 lainnya di tempat lain di negara itu antara hari Minggu dan Senin.
Putin tiba di Belarus hari Senin untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin negara tersebut, Presiden Alexander Lukashenko, yang mengizinkan pasukan Rusia menggunakan wilayah Belarusia untuk menyerang Ukraina dan memiliki hubungan pertahanan yang erat dengan Moskow.
Duduk di samping Lukashenko sebelum pembicaraan mereka di ibu kota Belarusia, Putin menekankan hubungan teknis-militer yang erat antara kedua sekutu tersebut, menambahkan kerja sama itu mencakup saling memasok peralatan dan kerja sama dalam industri militer berteknologi tinggi.
Itu adalah perjalanan langka ke Minsk oleh Putin, yang biasanya menerima Lukashenko di Kremlin. Belarus diyakini punya stok senjata era Soviet yang dapat berguna bagi Moskow, sementara Lukashenko membutuhkan bantuan untuk ekonomi negaranya yang sedang sakit.
Sebagai tanda bahwa Rusia mungkin sedang mencari cara untuk memperkuat pasukannya yang saat ini dilaporkan terkuras, Presiden Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Belarus, lokasi peluncuran untuk serangan ke Ukraina hampir 10 bulan lalu.
Baca Juga: Kissinger: Sudah Waktunya Perdamaian Berdasarkan Perundingan Damai atas Perang Rusia - Ukraina
Serangan pesawat tak berawak itu terjadi tiga hari setelah apa yang digambarkan pejabat Ukraina sebagai salah satu serangan terbesar Rusia di Kiev sejak perang dimulai.
Moskow menargetkan infrastruktur energi Ukraina sejak Oktober sebagai bagian dari strategi untuk mencoba meninggalkan negara itu tanpa panas dan cahaya selama musim dingin yang sangat dingin.
Upaya itu terus dilakukan meskipun ada sanksi Barat dan pasokan sistem pertahanan udara Barat untuk pasukan Ukraina.
Senin adalah Hari St. Nicholas, yang menandai dimulainya liburan Natal di Ukraina dan saat anak-anak biasanya menerima hadiah pertama mereka yang disembunyikan di bawah bantal.
“Beginilah cara orang Rusia memberi selamat kepada anak-anak kami atas liburan tersebut,” kata Serhii Kruk, kepala Layanan Darurat Negara Ukraina, di Telegram, dengan melampirkan foto petugas pemadam kebakaran yang hampir tidak terlihat di tengah api fasilitas infrastruktur yang terkena hantaman serangan drone.
“Di malam ketika semua orang menunggu keajaiban, negara teroris terus meneror rakyat Ukraina yang damai,” kata Kepala Hak Asasi Manusia Ukraina, Dmytro Lubinets.
Baca Juga: Rusia Hajar Pusat Kota Kherson dengan Rudal, Tiga Warga Sipil Terluka dan Berbagai Fasilitas Hancur
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggambarkan serangan harian yang tak henti-hentinya sebagai "teror" dan sekali lagi memohon negara-negara Barat untuk mengirim sistem pertahanan udara yang canggih saat musim dingin makin parah di Ukraina.
“Perisai pertahanan udara 100% untuk Ukraina akan menjadi salah satu langkah paling sukses melawan agresi Rusia,” kata Zelenskyy melalui tautan video pada konferensi ancaman regional Eropa utara di Latvia. “Langkah ini diperlukan sekarang.”
Puing-puing pesawat tak berawak yang jatuh merusak jalan di distrik Solomianskyi tengah dan memecahkan jendela di gedung bertingkat di distrik Shevchenkyvskyi di Kiev, kata pejabat kota itu.
Angkatan udara Ukraina mengatakan di Telegram bahwa personelnya berhasil menghancurkan 30 dari setidaknya 35 drone pembawa bom yang diluncurkan Rusia di seluruh negeri dari sisi timur Laut Azov di pantai tenggara Ukraina. Rusia ada di seberang laut.
Militer Ukraina melaporkan keberhasilan yang meningkat dalam menembak jatuh rudal dan drone Rusia yang masuk, tetapi Zelenskyy mengatakan Moskow menerima sejumlah drone baru dari Iran.
Pada hari Jumat, ibu kota Ukraina diserang sebagai bagian dari serangan besar-besaran dari Rusia. Lusinan rudal diluncurkan di seluruh negeri, memicu pemadaman listrik yang meluas.
Analis mengatakan Kremlin mungkin mencari semacam dukungan militer Belarusia untuk operasinya di Ukraina. Tetapi cuaca musim dingin dan sumber daya Rusia yang terkuras membuat serangan apa pun mungkin tidak akan segera terjadi, menurut Institute for the Study of War, sebuah wadah pemikir di Washington.
Baca Juga: Ukraina Langsung Kecam FIFA Usai Tidak Boleh Pidato Sebelum Pertandingan Final Piala Dunia Qatar
“Kapasitas militer Rusia, bahkan diperkuat oleh unsur-unsur angkatan bersenjata Belarusia untuk mempersiapkan dan melakukan operasi ofensif mekanis skala besar yang efektif dalam beberapa bulan ke depan masih patut dipertanyakan,” kata think tank tersebut dalam sebuah laporan yang diterbitkan Minggu.
Ia juga menyimpulkan "tidak mungkin Lukashenko mengerahkan militer Belarusia (yang juga harus diperlengkapi kembali) untuk menyerang Ukraina."
Sementara itu, kapal perang dari Armada Pasifik Rusia berangkat Senin untuk ambil bagian dalam latihan angkatan laut bersama dengan China.
Latihan tersebut mengikuti serangkaian manuver bersama yang menyoroti peningkatan kerja sama militer antara Moskow dan Beijing karena keduanya menghadapi ketegangan dengan Amerika Serikat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan Amerika Serikat menginjak wilayah berbahaya dengan terlibat dalam perang di Ukraina.
“Kebijakan berbahaya dan picik ini menempatkan AS dan Rusia di ambang konfrontasi langsung,” kata Zakharova dalam sebuah pernyataan hari Senin. “Moskow meminta pemerintahan Joe Biden untuk menilai situasi dengan bijaksana dan menahan diri dari eskalasi yang berbahaya.”
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press