> >

Xi Jinping Disebut Akui Kebijakan Nol-Covid Buat Rakyat China Frustrasi, Isyaratkan Pelonggaran

Kompas dunia | 3 Desember 2022, 11:39 WIB
Presiden China Xi Jinping dilaporkan akhirnya mengakui kebijakan nol-Covid membuat rakyatnya frustrasi. (Sumber: Ju Peng/Xinhua via AP)

BEIJING, KOMPAS.TV - Presiden China Xi Jinping akhirnya mengakui kebijakan nol-Covid yang diterapkannya telah membuat rakyatnya frustrasi.

Hal tersebut menjadi pernyataan pertama Xi terkait demonstrasi yang terjadi di sejumlah kota di China dalam beberapa hari terakhir.

Seorang pejabat Uni Eropa (UE) mengungkapkan, pernyataan itu dikeluarkan Xi saat menerima kunjungan Presiden Dewan Eropa Charles Michel di Beijing, Kamis (1/12/2022).

Pejabat UE itu mengatakan pada Jumat (2/12/2022), Xi mengungkapkan para demonstran "kebanyakan pelajar" yang frustrasi setelah tiga tahun pandemi Covid-19.

Baca Juga: Kebijakan Covid-19 China Mulai Dilonggarkan usai Protes di Sejumlah Kota, Tanda Xi Jinping Melunak?

Ia juga mengungkapkan, Xi mengisyaratkan kemungkinan akan melakukan pelonggaran kebijakan penanggulangan Covid-19.

“Xi mengatakan Omicron lebih sedikit menimbulkan kematian ketimbang Delta, yang membuat pemerintah China merasa lebih terbuka untuk melakukan pelonggaran pembatasan Covid,” kata pejabat UE itu kepada CNN.

Pejabat tersebut mengungkapkan hal itu dengan syarat anonimitas, merujuk pada norma profesional Eropa.

Namun, pejabat EU itu tak bisa mengonfirmasi jika Xi memang mengucapkan kata "protes" dalam bahasa mandarin.

Ia juga tak dapat mengatakan kata-kata apa tepatnya yang digunakan Xi untuk menggambarkan kerusuhan yang terjadi baru-baru ini.

Demonstrasi yang biasanya langka di China, terjadi dan terus berkembang dalam beberapa hari terakhir. Unjuk rasa dipicu kontrol ketat terhadap kehidupan warga yang diterapkan pemerintah terkait kebijakan nol-Covid.

Gelombang demonstrasi tak pernah lagi terjadi di China sejak gerakan pro-demokrasi di lapangan Tiananmen pada 1989.

Baca Juga: PM Finlandia Akui Dukungan AS Penting untuk Melawan Invasi Rusia ke Ukraina: Eropa Tak Cukup Kuat

Sejak berkuasa pada 2012, Xi Jinping dan Partai Komunis telah memperketat cengkeramannya pada semua aspek kehidupan.

Ia meluncurkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, dan membangun teknologi pemantauan canggih.

Pernyataan Xi sendiri muncul setelah sejumlah wilayah di China mulai menunjukkan indikasi untuk melonggarkan kebijakan Covid-19, menyusul terjadinya protes-protes anti-lockdown di negara itu.

Pelonggaran tersebut termasuk di antaranya mencabut kebijakan penguncian wilayah atau lockdown, dan mengizinkan sebagian pasien Covid-19 melakukan isolasi mandiri di rumah.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : CNN


TERBARU