Warga Kherson Mengungsi Hindari Musim Dingin Tanpa Listrik, Ukraina Tuding Rusia Bunuh 32 Sipil
Krisis rusia ukraina | 27 November 2022, 14:30 WIB
KHERSON, KOMPAS.TV — Warga sipil di Kherson, Sabtu (26/11/2022), mulai mengungsi dari penembakan jarak jauh Rusia. Kota tersebut kini diduduki Ukraina setelah pasukan Rusia menarik diri dari wilayah tersebut beberapa minggu lalu.
Eksodus dari Kherson terjadi ketika musim dingin dan salju mulai menyapu Ukraina sementara pasokan listrik padam usai serangan rudal Rusia.
Seperti dilaporkan Associated Press, Minggu (27/11/2022), deretan truk, van, dan mobil, beberapa trailer penarik atau mengangkut hewan peliharaan dan barang-barang lainnya, membentang satu kilometer lebih di pinggiran kota Kherson.
Penembakan intensif selama berhari-hari oleh pasukan Rusia memicu eksodus yang pahit. Banyak warga sipil senang karena kota mereka telah direbut kembali, tetapi menyesalkan mereka harus pergi.
“Menyedihkan kami meninggalkan rumah kami,” kata Yevhen Yankov, saat van yang dia tumpangi beringsut ke depan.
"Sekarang kami bebas, tapi kami harus pergi, karena ada penembakan, dan ada yang mati di antara penduduk."
Menjulurkan kepalanya dari belakang, Svitlana Romanivna menambahkan, “Kami benar-benar mengalami neraka. Lingkungan kami terbakar, itu adalah mimpi buruk. Semuanya terbakar.”
Emilie Fourrey, koordinator proyek darurat untuk kelompok bantuan Doctors Without Borders di Ukraina, mengatakan evakuasi 400 pasien rumah sakit jiwa Kherson, yang terletak di dekat pembangkit listrik dan garis depan, telah dimulai pada Kamis (24/11/2022), dan akan dilanjutkan di hari-hari mendatang.
Baca Juga: Neraka Beku di Depan Mata, Kiev Mulai Disapu Hujan Salju Dengan Listrik, Pemanas dan Air Lumpuh
Ukraina dalam beberapa hari terakhir menghadapi serangan gencar tembakan artileri Rusia dan serangan pesawat tak berawak, dengan penembakan yang sangat intens di Kherson.
Rentetan rudal itu sebagian besar menargetkan infrastruktur, meskipun ada laporan korban sipil.
Kru perbaikan di seluruh negeri berebut untuk memulihkan layanan pemanas, listrik, dan air yang rusak parah.
Rusia meningkatkan serangannya terhadap infrastruktur penting setelah mengalami kemunduran di medan perang.
Seorang nasionalis terkemuka Rusia, Sabtu, mengatakan militer Rusia tidak punya cukup dokter tempur. Pernyataan tersebut menjadi pengakuan publik yang jarang terjadi tentang masalah dalam militer Rusia.
Polisi Ukraina menuduh Rusia membunuh sedikitnya 32 warga sipil dalam hujan rudal di wilayah Kherson sejak pasukan pro-Moskow ditarik keluar dua minggu lalu, kata kepala polisi Ukraina, Sabtu, seperti dilansir Straits Times, Minggu.
Pasukan Rusia menyelesaikan penarikan mereka dari kota Kherson pada 11 November setelah pendudukan selama hampir sembilan bulan.
Baca Juga: Volodymyr Zelenskyy Bersitegang dengan Wali Kota Kiev Vitali Klitschko, Ini Penyebabnya
Mereka sekarang ditempatkan di tepi timur Dnipro, dari mana mereka secara teratur menembaki kota.
“Penembakan Rusia setiap hari menghancurkan kota dan membunuh penduduk lokal yang cinta damai. Secara keseluruhan, Rusia membunuh 32 warga sipil di wilayah Kherson sejak deokupasi,” kata Kepala Kepolisian Nasional Ukraina Ihor Klymenko dalam sebuah unggahan di Facebook.
“Banyak orang mengungsi untuk mencari perlindungan di daerah yang lebih tenang di negara ini. Tetapi banyak warga tetap tinggal di rumah mereka, dan kami perlu memberi mereka keamanan semaksimal mungkin,” lanjutnya. Ia menambahkan, polisi sekali lagi bertugas di wilayah tersebut.
Listrik di kota telah pulih, kata seorang pembantu Presiden Volodymyr Zelenskyy, Sabtu.
Pekan lalu seorang pejabat senior mengatakan Ukraina akan segera mulai mengevakuasi orang yang ingin meninggalkan wilayah tersebut.
Klymenko juga mengatakan, para penyelidik mencatat total ada 578 apa yang dia gambarkan sebagai kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia dan antek-anteknya di wilayah tersebut.
Moskow secara rutin menolak tuduhan bahwa pasukannya melecehkan warga sipil.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Associated Press