Usai G20, Presiden Jokowi dan Presiden China Xi Jinping Hadiri Puncak KTT APEC di Bangkok
Kompas dunia | 17 November 2022, 12:36 WIBBANGKOK, KOMPAS.TV — Pemimpin negara-negara forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik APEC yang beranggotakan 21 negara memulai pertemuan puncak dua hari di ibu kota Thailand pada hari Jumat, (18/11/2022) di tengah isu perang di Ukraina, persaingan kekuatan besar di Asia, dan krisis global kekurangan pangan dan energi, inflasi dan gangguan rantai pasokan.
"Jelas bahwa ini merupakan tahun yang penting dan menantang di banyak bidang," kata Thani Thongphakdi, sekretaris tetap Kementerian Luar Negeri Thailand seperti laporan Associated Press, Kamis, (17/11/2022).
“Seluruh kawasan APEC, bersama dengan ekonomi global, masih terhuyung-huyung akibat dampak Covid-19 dan pulih di tengah kesengsaraan, ketegangan, dan krisis ekonomi yang sedang berlangsung yang memengaruhi semua aspek kehidupan kita,” kata Thongphakdi.
Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden China Xi Jinping akan hadir di KTT usai KTT G20 Bali.
Sementara para pemimpin APEC bergulat dengan isu-isu mendesak ini, para pejabat Thailand berharap mengarahkan mereka menuju solusi jangka panjang.
"Apa yang akan kami lakukan adalah membuat semua ekonomi menyepakati serangkaian target ... mitigasi perubahan iklim, perdagangan dan investasi berkelanjutan, konservasi sumber daya lingkungan dan, tentu saja, pengelolaan limbah," kata Cherdchai Chaivaivid, direktur jenderal dari Departemen Urusan Ekonomi Internasional Thailand.
"Ini adalah pertama kalinya APEC akan membicarakan hal ini, dan pertama kalinya kami akan membuka babak baru tentang bagaimana perdagangan, bisnis, investasi harus dilakukan."
Didirikan pada tahun 1989, misi resmi APEC adalah untuk mempromosikan integrasi ekonomi regional, yang berarti menetapkan pedoman untuk pengembangan kawasan perdagangan bebas jangka panjang.
Baca Juga: Kremlin Puas dengan Deklarasi KTT G20, Ini Poin yang Sempat Jadi Perdebatan Sengit
Sebagian besar pekerjaan APEC bersifat teknis dan inkremental, dilakukan oleh pejabat senior dan menteri, meliputi bidang-bidang seperti perdagangan, pariwisata, kehutanan, kesehatan, pangan, keamanan, usaha kecil dan menengah, serta pemberdayaan perempuan.
Sektor swasta juga merupakan pemain utama, dengan Dewan Penasihat Bisnis APEC mengadakan KTT CEO APEC mulai hari Kamis, (17/11/2022)
Pemimpin dunia akan membahas dengan komunitas bisnis tentang masalah termasuk keberlanjutan dan pertumbuhan inklusif.
Dalam praktiknya, dampak KTT APEC tahunan berasal dari pertemuan para pemimpin 21 ekonomi di kedua sisi Samudera Pasifik untuk pembicaraan bilateral dan kesepakatan-kesepakatan sampingan.
Kontingen Amerika Latin berasal dari Chili, Meksiko, dan Peru. Anggota lainnya adalah Australia, Brunei, Kanada, Cina, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Papua Nugini, Filipina, Rusia, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden tidak hadir tahun ini. Putin menghindari forum internasional di mana dia akan dihujani kritik atas invasinya ke Ukraina.
Sementara Biden akan menjadi tuan rumah pernikahan cucunya di Gedung Putih dan mengirim Wakil Presiden Kamala Harris untuk mewakilinya di Bangkok.
Itu membuat Presiden Xi Jinping dari China, yang bersaing kuat dengan AS untuk pengaruh di Asia Tenggara, sebagai bintang tamu di pertemuan APEC.
Baca Juga: KTT G20 Usai, Media Barat Soroti Kecaman Pemimpin Dunia ke Rusia dan Adanya Perpecahan
Selain APEC, Xi Jinping juga melakukan kunjungan resmi ke Thailand.
Thani dari Kementerian Luar Negeri menggambarkan kunjungan Xi sebagai "sangat signifikan" karena datang segera setelah Partai Komunis China mengadakan kongres setiap lima tahun dan memberi Xi masa jabatan ketiga yang jarang terjadi sebagai pemimpin.
Kementerian Luar Negeri China hari Rabu, (16/11/2022) mengkonfirmasi bahwa Xi Jinping akan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida selama pertemuan APEC.
Kedua kekuatan Asia itu punya sejarah hubungan yang tegang, warisan agresi Jepang pada Perang Dunia II yang diperparah oleh sengketa teritorial dan kekuatan militer China yang terus meningkat.
"Ini akan menjadi pertemuan resmi pertama antara kedua pemimpin dan sangat penting," kata juru bicara kementerian Mao Ning di Beijing.
Meskipun Biden menghadiri dua pertemuan multilateral lainnya baru-baru ini di kawasan itu, KTT ASEAN di Kamboja dan KTT Kelompok G20 di Indonesia, Biden menghadapi kritik bahwa dengan tidak datang ke APEC, dia memberi tempat bagi China dalam kompetisi tersebut untuk mendapat untuk dan memperdalam pengaruh di Asia Tenggara.
Pejabat AS mengatakan Washington menunjukkan keseriusan dalam hubungannya dengan Asia Tenggara dengan seringnya kunjungan anggota Kabinet termasuk Menteri Pertahanan Lloyd J. Austin III dan berbagai pejabat senior penting.
Baca Juga: AS Jelaskan Alasan 5 dari 21 Negara Walk Out saat Rusia Berpidato pada Forum APEC Minggu Lalu
Sebagai tuan rumah, Thailand mengundang tiga tamu istimewa ke pertemuan tersebut: Presiden Prancis Emmanuel Macron, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman yang juga perdana menteri Arab Saudi, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, mewakili ASEAN.
Hun Sen tidak akan hadir setelah dinyatakan positif Covid-19.
Bagi Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, tamu yang paling disambut mungkin adalah pemimpin Saudi, yang melakukan kunjungan resmi untuk membantu memulihkan hubungan persahabatan dengan Thailand setelah puluhan tahun mengalami gangguan karena pencurian perhiasan kerajaan Saudi dan pembunuhan yang belum terpecahkan atas Diplomat Saudi di Bangkok.
"Ini adalah kesempatan bagus, bahwa Mohammed bin Salman mengunjungi Thailand dan kedua negara akan melanjutkan hubungan ekonomi yang baik setelah lebih dari 30 tahun," kata ketua Kamar Dagang Thailand, Sanan Angubolkul, kepada The Associated Press.
"Menerima presiden Prancis bergabung dengan kami juga menunjukkan betapa pentingnya wilayah ini."
Situasi umum politik internasional menunjukkan bahwa pertemuan tersebut tidak akan berjalan mulus.
Potensi gangguannya menjadi jelas selama pertemuan tingkat menteri APEC awal tahun ini, tidak ada yang mampu mengeluarkan pernyataan konsensus karena ketidaksepakatan apakah akan menyebutkan perang Rusia di Ukraina.
Baca Juga: Jokowi Mengajak Negara APEC Fokus pada 3 Hal untuk Bangkit Bersama
Sementara itu, mereka yang skeptis meragukan pertemuan itu akan menghasilkan banyak hal.
“APEC ini hanyalah kesempatan berfoto bagi para pemimpin. Agendanya kurang menarik perhatian dibandingkan KTT ASEAN dan G-20,” kata Virot Ali, seorang ilmuwan politik di Universitas Thammasat Thailand,.
“Saya kira kita tidak akan melihat kemajuan apa pun dari APEC. Geopolitik saat ini, perang dagang, Covid-19, dan perang Rusia-Ukraina adalah masalah yang lebih diperhatikan dan dirasakan dampaknya oleh orang-orang,” katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Associated Press