Mantan PM Pakistan Imran Khan Ditembak saat Pawai Tuntut Pemilu Digelar Lebih Awal
Kompas dunia | 3 November 2022, 20:54 WIBISLAMABAD, KOMPAS.TV - Mantan Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan terluka usai ditembak orang tak dikenal saat sedang melakukan pawai untuk menuntut pemilihan umum (pemilu) digelar lebih awal, Kamis (3/11/2022).
Dilansir dari Associated Press, menurut pihak kepolisian dan partai pimpinan Khan, seorang pria bersenjata melakukan penembakan ke truk kampanye yang mengangkut mantan PM tersebut.
Dalam insiden itu, sembilan orang terluka dan setidaknya satu orang yang merupakan pendukung Imran Khan, tewas.
Sementara itu, pejabat partai Tehreek-e-Insaf, Asad Umar, mengatakan Imran Khan diketahui dalam kondisi stabil dan mengalami luka yang tidak parah di kakinya.
“Dia dibawa ke rumah sakit di Lahore, tetapi dia tidak terluka parah. Sebuah peluru mengenai kakinya,” kata Umar kepada media.
Identitas pria bersenjata, yang ditangkap di tempat kejadian, belum diketahui. Juga tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas penembakan itu.
Serangan itu menimbulkan kekhawatiran baru tentang meningkatnya ketidakstabilan politik di Pakistan.
Baca Juga: AS Akhirnya Bebaskan Tawanan Tertua Kamp Guantanamo Diduga Terlibat Al-Qaeda, Pulangkan ke Pakistan
Sejak penggulingannya melalui mosi tidak percaya di Parlemen pada bulan April, Khan telah mampu memobilisasi unjuk rasa massal di seluruh negeri, di mana ia telah menggerakkan orang banyak dengan klaim bahwa ia adalah korban konspirasi oleh penggantinya, Perdana Menteri Shahbaz Sharif, bersama Amerika Serikat.
Namun tuduhan tersebut dibantah oleh Shahbaz Sharif dan Washington.
Menurut polisi, serangan pada Kamis terjadi di distrik Wazirabad di provinsi Punjab Timur di mana Khan bepergian dengan konvoi besar yang terdiri dari truk dan mobil, menuju ibu kota Islamabad.
Hal itu dilakukan sebagai bagian dari kampanyenya yang bertujuan memaksa pemerintah untuk mengadakan pemilu lebih awal.
Di antara yang terluka dalam insiden penembakan itu adalah Faisal Javed, seorang anggota parlemen dari Tehreek-e-Insaf.
Dalam sebuah pernyataan video, dengan darah menodai pakaiannya, Javed bersikeras bahwa pawai protes Khan ke Islamabad tidak akan berhenti.
Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah Khan menuntut laporan dari polisi tentang insiden itu dan mengutuk serangan bersenjata tersebut.
Baca Juga: Indonesia Kirim Bantuan untuk Korban Banjir di Pakistan Senilai Sekitar USD1 Juta
Fawad Chaudhry, seorang pemimpin senior dari partai Khan, mengatakan kepada para pendukung di sekitar truk Khan bahwa serangan itu merupakan upaya untuk membunuh mantan perdana menteri itu.
Imran Khan, mantan bintang kriket yang menjadi politisi Islam, telah menolak untuk mundur dari posisinya.
Khan telah berselisih dengan militer Pakistan yang terkenal memiliki pengaruh kuat di negara itu, dan menolak untuk membatalkan rencananya menggelar pawai ke Islamabad.
Sementara pihak militer telah mengatakan bahwa meskipun Khan memiliki hak demokratis untuk mengadakan rapat umum di Islamabad, tidak ada yang akan diizinkan untuk mengacaukan negara.
Pihak berwenang di Islamabad telah mengerahkan keamanan tambahan di sekitar kota untuk mencegah bentrokan atau kekerasan.
Serangan itu terjadi kurang dari seminggu setelah Imran Khan memulai pawainya dari Lahore, ibu kota provinsi Punjab, bersama dengan ribuan pendukungnya yang meminta pemilihan dilakukan lebih awal.
Namun pemerintahan Sharif menegaskan bahwa tidak akan ada pemungutan suara lebih awal dan pemilihan berikutnya akan diadakan sesuai jadwal pada tahun 2023.
Baca Juga: Taliban dan Pasukan Pakistan Baku Tembak di Perbatasan gara-gara Pembangunan Pos Jaga
Pakistan memiliki sejarah pembunuhan politis selama puluhan tahun, termasuk yang dialami Benazir Bhutto, pemimpin perempuan pertama di negara mayoritas muslim itu pada 2007.
Penulis : Rizky L Pratama Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press