> >

Menteri Kesehatan G20 Sepakat Bergerak ke Dunia Tahan Pandemi Meski Ada Ketegangan Geopolitik

Kompas dunia | 30 Oktober 2022, 01:05 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin. Jajaran menteri kesehatan G20 hari Jumat, (28/10/2022) dilaporkan menyepakati enam tindakan utama di sektor kesehatan, terutama ditujukan untuk menciptakan dunia yang rawan pandemi ke dunia yang tahan pandemi. (Sumber: Straits Times)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kelompok G-20 menyepakati enam tindakan utama di sektor kesehatan pada hari Jumat (28/10/2022), terutama bertujuan mencapai dunia yang tahan pandemi, seperti laporan Straits Times, Sabtu (29/10/2022). 

Kesepakatan itu terjadi saat negara-negara G20 bersusah payah mendayung di antara dua karang berupa dua blok geopolitik kompetitif di belakang konflik di Ukraina.

Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan kepada wartawan di Bali, bahwa serangkaian pertemuan para pemimpin kesehatan yang dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada hari Jumat (28/10/2022) mampu membentuk, antara lain dana pandemi yang disebut Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF).

FIF akan membantu negara-negara bersiap menghadapi pandemi di masa depan, mengenali kebutuhan distribusi sumber daya kesehatan yang lebih adil, dan berbagi data yang lebih baik untuk mengidentifikasi patogen apa pun – virus, bakteri, atau parasit – yang dapat menyebabkan pandemi di masa depan.

G20 sepakat membakukan protokol Covid-19 untuk membuat perjalanan internasional lebih mudah sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi; memperluas penelitian dan kapasitas produksi untuk vaksin, terapi dan diagnostik untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang; dan meningkatkan perang melawan tuberkulosis, pembunuh menular paling mematikan kedua setelah Covid-19.

“Kami datang ke meja ini dengan perspektif dan perbedaan unik kami sendiri, untuk bekerja sama secara harmonis, untuk membangun dunia yang lebih baik dengan arsitektur kesehatan global yang lebih kuat yang menjaga kesehatan generasi sekarang dan mendatang,” kata Budi Gunadi Sadikin kepada para delegasi yang hadir, dalam sesi terakhir pertemuan para pemimpin kesehatan, dua minggu menjelang KTT G-20.

“Pembentukan dana pandemi ini menjadi contoh dan bukti bahwa kami sangat praktis. Inisiasi dana itu oleh Indonesia adalah setelah perang (Ukraina) dimulai. Bahkan setelah itu, kami sangat fokus pada masalah kesehatan dan kami menjalankannya dengan baik, dan mendapat persetujuan dari semua anggota G-20,” tambahnya.

Baca Juga: Biden Bakal Safari ke Asia Tenggara Hadiri KTT ASEAN dan G20, Berpeluang Jumpa Putin dan Xi Jinping

Karena negara tuan rumah KTT G20 berubah setiap tahun, Budi mengatakan ada kebutuhan untuk memastikan rencana tersebut dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun. Hari Jumat, ia berdiskusi dengan pejabat dari India, yang memegang kursi kepresidenan berikutnya, untuk memberi masukan dari Indonesia yang dapat ditindaklanjuti oleh India.

“Salah satunya adalah penggunaan dana pandemi. Kita perlu memastikan dana tersebut digunakan untuk menyediakan akses untuk meningkatkan sistem kesehatan, terutama di negara berkembang, dan juga bersiap jika pandemi berikutnya menyerang, kita punya cukup dana untuk memulai pengembangan vaksin baru,” Budi dikatakan.

Dia menambahkan, “Yang kedua adalah kita perlu terus meningkatkan laboratorium pengurutan genom secara global dan, akhirnya, pusat penelitian dan manufaktur secara global.”

Enam aksi kunci di sektor kesehatan yang disepakatan jajaran menteri kesehatan G20 adalah,

  1. Pembentukan dana pandemi yang disebut Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund.
  2. Mengenali kebutuhan akan distribusi sumber daya kesehatan yang lebih adil.
  3. Optimalisasi pengawasan genomik global.
  4. Standarisasi protokol Covid-19 untuk mempermudah perjalanan internasional dan mempercepat pemulihan ekonomi.
  5. Mengenali pentingnya memperluas penelitian dan kapasitas produksi untuk vaksin, terapi dan diagnostik.
  6. Ajakan bertindak atas pembiayaan untuk respons tuberkulosis, dengan penyakit ini menjadi pembunuh menular paling mematikan kedua setelah Covid-19.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Straits Times

Tag

TERBARU