> >

Dipecat Elon Musk, Segini Pesangon Mantan CEO dan Sederet Petinggi Twitter

Kompas dunia | 28 Oktober 2022, 23:55 WIB
Salah satu keputusan pertama Elon Musk usai membeli Twitter adalah memecat CEO Parag Agrawal dan sederet petinggi Twitter. Inilah berapa banyak pesangon dan uang yang dibawa pulang jajaran eksekutif top ini setelah pemecatan (Sumber: Gulf News/Twitter)

SAN FRANCISCO, KOMPAS.TV - Pada Kamis (27/10/2022), orang terkaya dunia Elon Musk resmi menjadi pemilik Twitter.

Melansir Insider, Jumat (28/10), salah satu keputusan pertama Elon Musk usai membeli Twitter adalah memecat CEO Parag Agrawal dan sederet petinggi Twitter. Berikut adalah berapa banyak uang dan pesangon yang dibawa pulang jajaran eksekutif top ini setelah pemecatan oleh Elon Musk.

Musk tidak menunggu lama untuk memulai proses atas apa yang dia janjikan kepada investor, yaitu merestrukturisasi Twitter sepenuhnya dan memotong 75 persen staf.

Yang pertama pergi adalah Chief Executive Twitter Parag Agrawal, Chief Financial Officer Ned Segal, dan kepala urusan hukum dan kebijakan Vijaya Gadde.

Musk menuduh mereka menyesatkan dia dan investor Twitter atas jumlah akun palsu di platform media sosial itu.

Mereka dipecat dengan pesangon dan pencairan saham senilai jutaan dolar AS.

Baca Juga: Kisah Berliku Elon Musk Beli Twitter, Sempat Bimbang hingga Terancam Kalah di Persidangan

Chief Executive Officer Parag Agrawal, yang menjabat kurang dari setahun yang lalu, memenuhi syarat untuk menerima sekitar US$50 juta, atau setara Rp778 miliar rupiah menurut perhitungan Bloomberg News.

Chief Financial Officer Ned Segal dan kepala hukum, kebijakan, dan kepercayaan Twitter Vijaya Gadde, masing-masing mendapat sekitar US$37 juta atau Rp575 miliar, dan US$17 juta atau Rp264,5 miliar.

Seperti banyak pemimpin puncak di perusahaan publik besar, Agrawal dan para pembantunya berhak atas pesangon yang setara dengan gaji satu tahun dan uang tunai dari nilai ekuitas yang belum dicairkan jika Twitter dibeli pihak lain dan mereka kehilangan pekerjaan dalam proses tersebut, menurut ketentuan perjanjian kebijakan pemutusan hubungan kerja perusahaan.

Twitter juga harus menanggung premi asuransi kesehatan mereka selama satu tahun, masing-masing berjumlah sekitar US$31.000 atau sekitar Rp482 juta.

Kritikus sering menunjukkan ketidakadilan dalam memberikan paket keluar kerja, sementara karyawan normal yang kehilangan pekerjaan setelah merger atau pembelian hampir tidak mendapatkan hal tersebut.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Insider/Gulf News/Straits Times


TERBARU