> >

Eropa Krisis Energi, Sejumlah Warga Pertimbangkan Kembali Pakai Kayu Bakar

Kompas dunia | 27 Oktober 2022, 14:10 WIB
Tudor Popescu memotong kayu bakar yang dia gunakan untuk menghangatkan rumahnya di Chisinau, Moldova, Sabtu (15/10/2022). Krisis energi di Eropa telah memaksa warga untuk kembali menggunakan kayu bakar untuk menghangatkan rumah. (Sumber: The Associated Press.)

CHISINAU, KOMPAS.TV — Pemotongan aliran gas alam oleh Rusia ke beberapa negara Eropa, mendorong terjadinya krisis energi. Bahkan di Moldova, sebagian warga sudah mempertimbangkan untuk kembali menggunakan kayu bakar untuk menghangatkan diri dalam cuaca yang beranjak dingin.

Tudor Popescu, seorang warga Chisinau, ibukota Moldova, telah mempersiapkan stok kayu bakar untuk menghangatkan rumahnya menjelang musim dingin. Sebelumnya, Popescu menggunakan gas alam untuk menghangatkan tubuh di pagi hari dan menggunakan kayu bakar di malam hari. Namun pasokan gas alam yang semakin sedikit di Moldova, membuatnya kini hanya menggunakan kayu bakar.

“Saya tidak akan menggunakan gas lagi, jadi saya hanya akan menggunakan kayu bakar,” kata Popescu. "Tapi kayu bakar yang saya miliki tidak cukup." 

Baca Juga: Uni Eropa Segera Latih 15.000 Tentara Ukraina dan Tambahan Bantuan 500 juta Euro

Minimnya pasokan gas alam, membuat permintaan kayu bakar menjadi tinggi. Hal ini membuat banyak orang yang menimbun kayu bakar, sehingga harganya pun meroket. Kini terjadi kelangkaan dan pencurian kayu bakar. Selain itu, meningkatnya permintaan kayu bakar pun memunculkan kekhawatiran bertambahnya polusi udara dan penebangan pohon.

Moldova merupakan negara yang dulunya merupakan bagian dari Uni Soviet. Kini pemimpin Moldova khawatir musim dingin tahun ini akan membuat negara mereka semakin terpuruk karena tingginya biaya listrik dan pemanas. Kini harga gas alam Eropa naik tiga kali lipat dari harga pada awal tahun 2021. Raksasa energi Rusia Hazprom, telah memangkas pasokan gas alam di Moldova hingga 30% dan mengancam akan melakukan lebih banyak pemotongan.

Permintaan kayu bakar tidak terbatas pada negara-negara miskin seperti Moldova, tetapi juga melonjak di negara-negara Eropa yang lebih kaya. Jerman, Polandia dan Republik Ceko mengalami permintaan kayu bakar yang jauh lebih banyak daripada yang bisa mereka jual dari hasil pengelolaan hutan lestari mereka.

Permintaan kayu bakar seringkali datang dari orang-orang yang belum pernah memesan kayu bakar sebelumnya. Polisi hutan Jerman juga mengaku melihat lebih banyak orang yang mengumpulkan kayu tumbang di hutan. Seringkali warga bahkan tidak mengetahui bahwa tindakan mereka ilegal.

Hutan negara Ceko, yang menjual kayu hanya untuk konsumsi rumah tangga, harus membatasi jumlah kayu bakar yang dijual kepada warga untuk mencegah pembelian spekulatif.

Baca Juga: Uni Eropa Ancam akan Musnahkan Tentara Rusia jika Putin Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina

Di Polandia, permintaan kayu bakar kecil dari hutan negara meningkat 46%. Sedangkan permintaan untuk kayu bakar yang lebih besar naik 42% dari tahun sebelumnya. Padahal saat ini baru memasuki musim gugur, dimana suhu dingin belum mencapai puncaknya.

“Tentu saja ada peningkatan minat terhadap kayu bakar di distrik hutan karena saat ini kayu bakar merupakan bahan bakar termurah yang tersedia,” kata Michal Gzowski, juru bicara Hutan Negara Polandia. “Kayu bakar kecil mungkin merupakan bahan pemanas termurah di negara-negara Uni Eropa,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Dia mengatakan pencurian kayu bakar kini semakin meningkat. Untuk mencegah pencurian, departemen kehutanan di negara bagian Rhine-Westphalia Utara Jerman sedang bereksperimen dengan menyembunyikan perangkat pelacak GPS di dalam log. 
 

Penulis : Tussie Ayu Editor : Purwanto

Sumber : The Associated Press


TERBARU