> >

Jerman Kekurangan Parah Tenaga Kerja, Dunia Usaha Sampai Harus Kurangi Jumlah Produksi

Kompas dunia | 17 Oktober 2022, 20:09 WIB
Jerman mengalami kekurangan pekerja yang akut menambah masalah bagi produsen yang sebelumnya sudah kepayahan berjuang untuk tetap kompetitif. (Sumber: Straits Times)

Raksasa suku cadang mobil Continental mendaftarkan 10 persen tenaga kerjanya ke sekolah teknologi internal.

M+E, asosiasi perusahaan teknik logam dan listrik, membawa armada truk bertingkat ke sekolah menengah untuk melakukan penawaran langsung kepada siswa.

Pemimpin perusahaan merekrut karyawan potensial di dek atas, sementara siswa bereksperimen dengan peralatan termasuk robot mini di bawah.

“Kita berhasil melalui virus corona, sekarang perang dan kemudian krisis energi,” kata Andreas Rade, direktur pelaksana Asosiasi Industri Otomotif Jerman, asosiasi pembuat mobil dan pemasok suku cadang terbesar di negara itu. “Tetapi kekurangan pekerja terus menjadi salah satu masalah terpenting.”

Masalahnya bahkan lebih parah di perusahaan kecil yang membentuk hubungan penting dalam rantai pasokan untuk produsen terbesar Jerman.

Di Saxony, perusahaan scaffolding Gemeinhardt Geruestbau menemukan cara baru untuk bersaing memperebutkan bakat, yaitu wisata terjun payung tandem gratis dari ketinggian 4.572m saat penandatanganan kontrak kerja.

Pada bulan Agustus, perusahaan membawa tujuh peserta pelatihan ke lapangan terbang di Bautzen untuk pengalaman tersebut.

"Ini adalah hal yang mahal untuk dilakukan tetapi membantu," kata kepala perusahaan Dirk Eckhart dalam sebuah wawancara.

Baca Juga: Australia Kekurangan Parah Tenaga Kerja, PM Australia Didesak Tingkatkan Jumlah Pekerja Migran

Australia kekurangan parah tenaga kerja seiring melesatnya ekonomi pasca pandemi Covid-19, PM Australia Anthony Albanese dalam tekanan untuk mempercepat proses visa dan menambah jumlah pekerja untuk masuk Australia. (Sumber: Straits Times)

Dari empat ekonomi terbesar Eropa, Jerman menghadapi kekurangan terbesar tenaga kerja, menurut survei Komisi Eropa. Alasan krisis bervariasi, tetapi pendorong yang paling signifikan adalah demografi.

Dengan generasi baby boomer mulai pensiun, tidak ada cukup orang muda untuk mengisi jajaran tenaga kerja.

Agen tenaga kerja Jerman mencatat kekurangan dari 360.000 menjadi 380.000 tenaga kerja per tahun dan memperkirakan kekurangan itu meningkat jadi 500.000 pekerja pada akhir dekade ini.

Di atas tren demografi, Eropa masih merasakan dampak pandemi, ketika jutaan orang di-PHK dan banyak yang tidak kembali ke pekerjaan lama mereka.

Perusahaan sekarang harus “mengejar realokasi staf”, kata Ulf Rinne, seorang peneliti di Institute of Labor Economics di Bonn.

Imigrasi, sumber penting pekerja terampil, baru pulih sebagian pada tahun 2021 setelah merosot selama pandemi.

Sementara masuknya pengungsi Ukraina dapat membantu mengatasi beberapa kesenjangan, jalannya perang membuat sulit untuk memprediksi berapa lama mereka akan tinggal.

Hambatan utama untuk mengintegrasikan orang asing adalah pengakuan atas kualifikasi mereka.

Baca Juga: Dampak Paling Nyata Krisis Ekonomi di Sejumlah Negara pada Perempuan, Meningkatnya Pekerja Seks

Jerman mengalami kekurangan pekerja yang akut menambah masalah bagi produsen yang sebelumnya sudah kepayahan berjuang untuk tetap kompetitif. Inflasi memperparah situasi tersebut. (Sumber: Straits Times via AFP)

Sistem yang kaku telah membuat para insinyur berpengalaman dari negara-negara seperti Suriah terjebak dalam pekerjaan tidak terampil.

Rinne mengatakan bahasa adalah rintangan lain yang menempatkan Jerman pada posisi yang kurang menguntungkan dari AS dan tujuan berbahasa Inggris lainnya.

Dalam sebuah studi baru-baru ini, Boston Consulting Group mengatakan biaya untuk bisnis di Jerman dari kekurangan tenaga kerja struktural lebih dari USD80 miliar per tahun, di antara yang tertinggi dari negara-negara yang disurvei.

Pada tingkat imigrasi saat ini, tenaga kerja Jerman akan berkurang tiga juta pada tahun 2035 dan sebanyak sembilan juta pada tahun 2050, menurut penelitian tersebut.

Pemerintah Jerman baru-baru ini merilis strategi baru untuk mengembangkan tenaga kerja terampil, termasuk pelatihan dan imigrasi.

Pemerintahan Kanselir Olaf Scholz sedang mengupayakan perubahan undang-undang imigrasi untuk menarik lebih banyak pekerja dari luar Uni Eropa.

Dua menterinya baru-baru ini mengecam pendekatan sebelumnya sebagai "terlalu lamban, terlalu birokratis, terlalu tidak ramah".

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Bloomberg


TERBARU