Arab Saudi Heran Dibidik AS soal Keputusan OPEC+ Pangkas Produksi, Lah, Iran Juga Anggota OPEC
Kompas dunia | 17 Oktober 2022, 15:15 WIBRIYADH, KOMPAS.TV - Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman terheran-heran dengan tuduhan Amerika Serikat bahwa Kerajaan Arab Saudi berpihak pada Rusia dalam perangnya dengan Ukraina.
Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman, Minggu, (16/10/2022) seperti laporan Arab News, mengunggah ulang kicauan di Twitter Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang berterima kasih kepada Putra Mahkota Mohammed bin Salman karena mendukung integritas teritorial Ukraina dan mengumumkan bantuan Saudi ke negara itu. Unggan ulang tersebut diikuti kicauan Twitter Pangeran Khalid, bahwa "tuduhan palsu ini tidak datang dari pemerintah Ukraina".
Menteri pertahanan Arab Saudi itu mengatakan beberapa pihak menuduh Kerajaan Arab Saudi berdiri bersama Rusia meskipun fakta bahwa keputusan yang diambil oleh OPEC+ pada 5 Oktober untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari dengan suara bulat dan "karena alasan ekonomi murni."
Pangeran Khalit memunculkan pertanyaan sengit di Twitter. “Iran juga anggota OPEC, apakah ini berarti Kerajaan (Arab Saudi) juga mendukung Iran?”
Sekretaris jenderal OPEC Haitham Al-Ghais hari Minggu (16/10/2022) mengatakan OPEC+ termasuk Rusia tidak menargetkan harga tertentu, melainkan menargetkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
"Pertumbuhan ekonomi yang lambat mencerminkan permintaan minyak, dan OPEC+ mengambil keputusan pre-emptive," katanya.
“Stabilitas pasar minyak penting untuk masa depan, bukan hanya hari ini. Keputusan kami murni teknis,” kata pejabat itu.
Baca Juga: Ini Reaksi Blak-blakan Arab Saudi usai Diancam AS akibat Tidak Menurut untuk Tunda Keputusan OPEC+
Sebelumnya beberapa hari lalu, Arab Saudi mengeluarkan pernyataan langka yang membantah cercaan Amerika Serikat bahwa Arab Saudi berpihak kepada Rusia dalam perang Ukraina, karena menolak perintah Amerika Serikat agar membuat OPEC+ menunda satu bulan kebijakan pemangkasan produksi minyak.
Pasalnya, pemangkasan produksi saat ini membuat harga BBM di AS akan makin melonjak bulan depan saat ramai pemilu di Amerika Serikat.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Arab News/Saudi Press Agency SPA