> >

Kisah Keajaiban Satu-Satunya Balita yang Selamat dalam Pembantaian di Pusat Penitipan Anak Thailand

Kompas dunia | 9 Oktober 2022, 10:45 WIB
Panomphai Srithong dan putrinya Pavenuch Sukonwong, dipanggil Ammy, yang selamat dengan meringkuk di bawah selimut. (Sumber: Straits Times/ Tan Tam Mei)

NONG BUA LAMPHU, KOMPAS.TV - Tidur nyenyak di sudut ruangan, Ammy yang berusia tiga tahun lolos dari perhatian seorang pria bersenjata yang menyerbu masuk ke pusat penitipan anak dan menembak serta membacok 24 anak dan dua guru mereka. Saat kejadian itu, 22 balita tewas dengan luka bacok.

Seperti laporan Straits Times, Minggu (9/10/2022), kebiasaan Ammy membungkus dirinya dengan selimut saat tidur mungkin telah menyelamatkan hidupnya, kata ibunya, Panomphat Srithong, 35 tahun, yang pada saat kejadian sedang bekerja di sebuah perusahaan elektronik di Bangkok, 500 km jauhnya ketika serangan itu terjadi Kamis lalu.

"Seseorang memberi tahu saya bahwa semua anak telah meninggal," kata Panomphat, Sabtu (8/10), ketika Ammy, yang mengenakan jimat religius di lehernya, duduk dengan tenang di pelukannya.

"Tapi kemudian saya melihat video yang diambil seseorang tentang Ammy. Sungguh keajaiban dia tidak mati." tutur Panomphat takjub.

Ibu dan anak perempuannya datang ke kuil Wat Si Uthai untuk bergabung dalam upacara pemakaman teman sekelas Ammy.

Ammy, yang bernama asli Pavenuch Sukonwong, sudah satu tahun ikut pusat penitipan anak tersebut, dan satu-satunya anak yang lolos tanpa cedera dalam serangan itu.

Baca Juga: Momen Raja Thailand dan Ratu Ketemu Keluarga Korban Penembakan di Daycare

Alur peristiwa kejadian memilukan pembantaian 22 balita dan guru-guru di tempat penitipan anak di Thailand (Sumber: Straits Times Graphics/Adapted)

Panomphat berhati-hati untuk tidak membangkitkan kenangan buruk di hari naas itu dengan bertanya terlalu banyak kepada putrinya tentang hal itu, tetapi dia mengatakan Ammy memiliki pemahaman tentang apa yang terjadi.

"Dia tahu salah satu sahabatnya telah meninggal," kata Panomphat, yang juga memiliki seorang putra berusia 10 tahun.

Seorang anak lain yang selamat mengalami luka serius dan dalam perawatan intensif.

Menurut BBC, Ammy ditemukan dalam keadaan sadar, meringkuk di samping jasad teman-teman sekelasnya.

"Dia tidak tahu apa yang terjadi ketika dia bangun," kata kakeknya yang berusia 59 tahun, Somsak Srithong.

"Dia mengira teman-temannya masih tidur. Seorang petugas polisi menutupi wajahnya dengan kain dan membawanya pergi genangan darah teman-temannya."

Baca Juga: Kisah Pilu Pembantaian 22 Balita Thailand yang Tengah Tidur Siang, Seorang Balita Berhasil Selamat

Seorang ibu menangis sambil memeluk selimut dan botol susu yang digunakan anaknya sebelum tewas dibunuh Panya Khamrab, di Thailand. Mantan sersan polisi itu menembak pintu kamar tempat anak-anak tidur dan membunuh 22 dari mereka, sebagian besar dengan pisau (Sumber: AFP via Straits Times)

Ammy telah menjalani evaluasi kesehatan mental oleh spesialis kesehatan mental yang mengatakan balita itu tampak baik-baik saja, dan masih menjadi dirinya yang ceria.

"Dia masih anak-anak yang bahagia," kata Panomphat.

Serangan oleh mantan polisi Panya Khamrab menyebabkan 36 orang dewasa dan anak-anak tewas.

Panya, yang menghadapi tuduhan terkait narkoba, kemudian mengarahkan senjatanya ke dirinya sendiri setelah membunuh istri dan putranya di rumah mereka.

 

Para korban mendapat upacara pemakaman yang disponsori oleh Raja Maha Vajiralongkorn di tiga kuil dan akan dikremasi pada hari Selasa (11/10) pekan depan.

Panomphat percaya dirinya yang rajin datang ke kuil membuat keluarganya selamat dari bencana dan tidak kehilangan putri bungsunya itu.

"Saya pikir itu menyelamatkannya dari penembakan," katanya.

Setelah tragedi itu, pihak berwenang Thailand mengirim ahli kesehatan mental untuk memberi nasihat kepada para penyintas dan anggota keluarga.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU