Fakta Terbaru Kebocoran Gas Jalur Nord Stream 1, Total Suplai Gas Rusia ke Eropa Terhenti
Krisis rusia ukraina | 28 September 2022, 04:40 WIBLONDON, KOMPAS.TV - Kebocoran gas yang tidak dapat dijelaskan dan terdeteksi di pipa Nord Stream 1 dan 2 dari Rusia ke Jerman mendorong penyelidikan oleh negara-negara Eropa mengenai penyebabnya, termasuk kemungkinan sabotase, seperti laporan Straits Times, Selasa (27/9/2022).
Angkatan bersenjata Denmark pada Selasa merilis video yang menunjukkan gelembung mengalir ke permukaan Laut Baltik di atas pipa, dan mengatakan kebocoran gas terbesar itu menyebabkan gangguan permukaan laut dengan diameter lebih dari 1 km.
Berikut adalah rincian dari apa yang diketahui sejauh ini:
Baca Juga: Tanggapi Aksi Sepihak Putin, Jerman Tangguhkan Izin Pipa Nord Stream 2 Salurkan Gas dari Rusia
Apa yang terjadi?
Operator pipa gas Nord Stream 2 melaporkan penurunan tekanan yang tiba-tiba pada Senin (26/9) malam. Juru bicara operator pipa gas Nord Stream 2 menyebut kemungkinan adanya kebocoran.
Ini diikuti oleh pernyataan Otoritas Energi Denmark bahwa kebocoran kemungkinan terjadi di salah satu dari dua pipa Nord Stream 2 yang terletak di perairan Denmark.
Beberapa jam kemudian, Nord Stream AG, operator pipa gas bawah laut lain dari Rusia ke Jerman, mengatakan sedang mencari penurunan tekanan di Nord Stream 1.
Otoritas Maritim Swedia pada Selasa (27/9) mengatakan mereka memperingatkan dua kebocoran di Nord Stream 1, yaitu di perairan Swedia dan Denmark.
Setiap jalur pipa Nord Stream terdiri dari sekitar 100.000 pipa baja berlapis beton seberat 24 ton yang diletakkan di dasar laut. Pipa memiliki diameter internal konstan 1,153m, menurut Nord Stream.
Jalur pipa itu terletak pada kedalaman sekitar 80-110m.
Baca Juga: IMF Sebut Negara-negara Ini Akan Masuk Resesi yang Dalam, Penyebabnya Embargo Gas Rusia
Di mana kebocorannya?
Dua kebocoran terdeteksi pada pipa Nord Stream 1, yang menghentikan pengiriman gas ke Eropa bulan lalu. Kedua kebocoran itu terjadi di daerah timur laut pulau Bornholm, Denmark.
Pihak berwenang Denmark meminta kapal-kapal untuk menjauhi radius lima mil laut dari Bornholm setelah kebocoran di Nord Stream 2, yang belum memasuki operasi komersial.
Rencana menggunakan Nord Stream 2 untuk memasok gas dibatalkan oleh Jerman beberapa hari sebelum Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari.
Kedua pipa masih mengandung gas di bawah tekanan.
Baca Juga: Uni Eropa Ingin Batasi Harga Gas Rusia, Minta Dana Solidaritas Perusahaan Energi
Apa yang menyebabkan kebocoran?
Hal ini belum jelas. Analis dan ahli mengatakan kebocoran seperti itu sangat jarang terjadi dan Nord Stream AG menyebut kebocoran pada tiga rangkaian pipa gas lepas pantai "belum pernah terjadi sebelumnya".
Kemungkinan penyebabnya berkisar dari malfungsi teknis, kurangnya perawatan, atau bahkan mungkin sabotase.
Kremlin mengatakan tidak mengesampingkan sabotase sebagai alasan di balik kerusakan, menambahkan itu adalah masalah yang memengaruhi keamanan energi "seluruh benua".
Perdana Menteri Polandia mengatakan kebocoran itu adalah tindakan sabotase, sementara pemimpin Denmark mengatakan hal itu tidak dapat dikesampingkan.
Komisi Eropa mengatakan terlalu dini untuk berspekulasi.
Pusat Penelitian Geologi Jerman GFZ mengatakan pada Selasa bahwa seismograf di Bornholm menunjukkan lonjakan pada 00.03 GMT dan 17.00 GMT pada hari Senin, ketika kehilangan tekanan terjadi.
Baca Juga: Industri Utama Jerman Terancam Keruntuhan akibat Pemotongan Pasokan Gas Rusia, Kata Serikat Pekerja
Siapa yang menyelidiki?
Untuk kebocoran Nord Stream 2, Kepala Badan Energi Denmark Kristoffer Bottzauw seperti dikutip Straits Times mengatakan terlalu dini untuk menyebut siapa yang akan melakukan penyelidikan dan belum ada yang melihat pipa tersebut.
Angkatan Bersenjata Swedia, Penjaga Pantai dan Administrasi Maritim Swedia dan otoritas terkait lainnya mengambil tindakan yang diperlukan, kata Perdana Menteri Swedia.
Jerman pada Senin (26/9) mengatakan sedang mengoordinasikan tanggapan dengan polisi, pejabat lokal dan badan energi.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/Straits Times