> >

Patroli AS Jumpai Formasi Kapal Perang Rusia-China di Lepas Pantai Alaska, Ada Apa?

Kompas dunia | 27 September 2022, 20:03 WIB
Seorang kru kapal patroli Penjaga Pantai Amerika Serikat (AS) memantau kapal perang asing yang berlayar di Laut Berring, lepas pantai Pulau Kiska, Alaska, 19 September 2022. (Sumber: Penjaga Pantai AS via AP)

ANCHORAGE, KOMPAS.TV - Patroli kapal Penjaga Pantai Amerika Serikat (AS) menjumpai formasi kapal perang Rusia dan China di perairan lepas pantai Pulau Kiska, negara bagian Alaska pada 19 September lalu.

Kejadian itu disampaikan oleh seorang pejabat Penjaga Pantai AS pada Senin (26/9/2022).

Menurut Komandan Distrik Penjaga Pantai ke-17 Laksamana Muda Nathan Moore, walaupun militer Rusia dan China tidak melanggar hukum internasional, pihaknya akan memastikan bahwa kepentingan AS di sekitar Alaska tidak terganggu.

Pada 19 September lalu, kapal patroli Kimball menjumpai sebuah kapal jelajah berpeluru kendali China ketika berlayar sekitar 138 kilometer di utara Pulau Kiska.

Baca Juga: Jelang Muktamar Akbar Partai Komunis China, 2.296 Anggota Delegasi Harus Jalani Ujian sebelum Hadir

Tak jauh dari kapal jelajah tersebut, kapal patroli AS itu menjumpai dua kapal perang China dan empat kapal perang Rusia, termasuk satu unit kapal perusak, berlayar dalam satu formasi.

Kapal patroli AS menyaksikan kapal-kapal perang dalam formasi itu memisahkan diri. 

“Meskipun formasi itu beroperasi sesuai dengan norma dan peraturan internasional, kami akan menghadapi kehadiran dengan kehadiran untuk memastikan tidak ada gangguan terhadap kepentingan AS di lingkungan perairan sekitar Alasaka,” kata Laksamana Muda Moore dikutip Associated Press.

Insiden perjumpaan kapal patroli AS dengan formasi kapal perang Rusia dan China ini terjadi hanya sebulan setelah Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan tentang kepentingan China di Arktik dan perkembangan militer Rusia di sana.

Stoltenberg menyebut Moskow telah membuat suatu komando Arktik baru dan membuka ratusan situs militer baru atau bekas era Uni Soviet, termasuk pelabuhan laut dalam dan lapangan udara.

Sementara itu, China menyatakan dirinya sebagai negara “dekat Arktik” dan berencana membangun kapal pemecah es terbesar sedunia.

“Beijing dan Moskow juga berjanji untuk mengintensifkan kerja sama praktis di Arktik. Ini adalah bagian dari kemitraan strategis lebih dalam yang menantang kepentingan dan nilai-nilai kita (NATO),” kata Stoltenberg saat itu.

Baca Juga: AS Bakal Tunjuk Duta Besar di Arktik, Usaha Untuk Redam Ancaman Rusia di Kutub Utara?

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU