Isi Pidato Menlu Retno Marsudi di Majelis Umum PBB, Sebut Dunia Mengambil Jalur yang Salah
Kompas dunia | 27 September 2022, 10:20 WIBBaca Juga: India Tegaskan Tetap Netral dalam Perang Rusia-Ukraina, Disampaikan dalam Sidang Majelis Umum PBB
Seluruh dunia kata Retno, menggantungkan harapannya pada G20 untuk menjadi katalisator pemulihan ekonomi global, terutama bagi negara-negara berkembang.
"G20 tidak boleh gagal. Kita tidak bisa membiarkan pemulihan global jatuh pada belas kasihan geopolitik," ucapnya.
Paradigma baru akan menanamkan tanggung jawab kolektif untuk mencapai Agenda 2030 dan memerangi perubahan iklim.
"Tanpa paradigma baru ini, tidak akan ada pemulihan yang kuat untuk semua dan banyak dari kita akan tertinggal."
Indonesia lebih jauh mendesak peningkatan kemitraan regional, meninggalkan arsitektur regional pasca-perang yang dibangun sebagai alat untuk penahanan dan keterasingan. Fenomena itu berlanjut hari ini dengan pengelompokan mini-lateral.
"Banyak yang menjadi bagian dari perang proksi antara negara-negara besar. Ini bukanlah arsitektur regional yang seharusnya," kata Retno.
"Kami menolak menjadi pion dalam Perang Dingin yang baru," ujar Retno di Sidang Majelis Umum PBB itu.
Baca Juga: Menlu China di Majelis Umum PBB: Siapa Halangi Reunifikasi Taiwan akan Digilas Roda Sejarah
Indonesia, kata dia, memajukan paradigma kolaborasi dengan semua negara. Paradigma ini juga akan menjadi pedoman kepemimpinan Indonesia di ASEAN tahun depan.
Paradigma baru kolaborasi harus menjadi semangat PBB. "Keterlibatan yang inklusif dan bermakna harus mengalahkan pendekatan take it or leave it."
Dia menegaskan, suara semua negara: besar dan kecil, maju dan berkembang harus sama pentingnya. Ini, menurut Retno, adalah dasar dari multilateralisme.
Baca Juga: Retno Marsudi akan Sampaikan ini saat Berpidato dalam Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB nanti
Menurut Retno, Itulah mengapa kita membutuhkan PBB yang kuat dan direformasi. Itulah sebabnya dunia, kata Retno, membutuhkan multilateralisme baru yang sesuai dengan tujuan dan sesuai dengan zamannya.
Itulah mengapa dunia membutuhkan multilateralisme yang memberi hasil. "Saya ulangi, kita membutuhkan multilateralisme yang memberi hasil," kata Retno.
"Ini bukan lagi waktunya untuk berbicara omong kosong," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Associated Press/Kemenlu