> >

Referendum Rakyat Dimulai di Ukraina Timur yang Dikuasai Rusia

Kompas dunia | 23 September 2022, 21:48 WIB
Seorang perempuan di Mariupol, Donetsk, memberi suaranya dalam referendum rakyat untuk menentukan apakah wilayah tersebut akan bergabung dengan Rusia, pada Jumat, 23 September 2022. (Sumber: AP Photo)

KIEV, KOMPAS.TV - Pemungutan suara atau referendum untuk menentukan apakah wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia menjadi bagian dari Rusia, dimulai di sebagian wilayah Ukraina bagian timur pada Jumat (23/9/2022), seperti dilaporkan Associated Press.

Referendum tersebut dikecam pejabat Ukraina dan sekutunya sebagai upaya tidak sah oleh Moskow untuk mencaplok daerah-daerah yang telah diduduki pasukannya selama hampir tujuh bulan perang.

Saat pemungutan suara berlangsung, para ahli PBB dan pejabat Ukraina menunjukkan bukti baru kejahatan perang di Ukraina.

Pejabat wilayah Kharkiv mengatakan sebuah situs pemakaman massal di Izium, kota di bagian timur Ukraina, berisi ratusan mayat, termasuk setidaknya 30 yang menunjukkan tanda-tanda adanya penyiksaan.

Referendum yang dilindungi Kremlin di Luhansk, Kherson dan sebagian wilayah Zaporizhzhia dan Donetsk yang dikuasai Rusia, bertanya kepada penduduk apakah mereka ingin wilayah itu menjadi bagian dari Rusia.

Pemungutan suara yang diawasi oleh otoritas yang ditempatkan oleh Moskow, yang dijadwalkan berlangsung hingga Selasa (27/9/2022), dipandang hampir pasti akan berjalan sesuai keinginan Kremlin.

Baca Juga: Rusia Berusaha Muluskan Kherson Jadi Bagian Mereka, Bentuk Komite untuk Referendum

Pengunjuk rasa di dekat Kremlin, Moskow, Rusia, mendukung digelarnya referendum di Ukraina bagian timur. (Sumber: AP Photo)

Ukraina dan Barat mengecam referendum tersebut sebagai langkah palsu dan tidak sah menuju pencaplokan wilayah.

Pemungutan suara serupa terjadi pada 2014 sebelum Rusia mencaplok Semenanjung Krimea di Ukraina, sebuah langkah yang dianggap ilegal oleh sebagian besar masyarakat dunia.

Pejabat pemilihan berencana membawa surat suara ke rumah-rumah penduduk dan mendirikan tempat pemungutan suara darurat di dekat bangunan tempat tinggal selama empat hari pertama pemungutan suara, menurut pejabat yang ditempatkan Rusia di wilayah pendudukan.

Menurut pejabat tersebut, hal itu dilakukan karena alasan keamanan.

Jajak pendapat juga dibuka di Rusia, di mana para pengungsi dan penduduk lain dari wilayah yang diduduki Rusia, dapat memberikan suara mereka.

Denis Pushilin, pemimpin Republik Rakyat Donetsk yang didukung Moskow, menyebut referendum yang berlangsung di sana sebagai "tonggak sejarah."

Vyacheslav Volodin, ketua majelis rendah parlemen Rusia, Duma Negara, berbicara di wilayah yang diduduki pada Jumat secara online, dengan mengatakan, "Jika Anda memutuskan untuk menjadi bagian dari Federasi Rusia, kami akan mendukung Anda."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU