> >

Wabah Kolera Makin Parah di Suriah, Ratusan Orang Terinfeksi, 39 Meninggal Dunia

Kompas dunia | 22 September 2022, 00:30 WIB

Pengungsi Suriah di Sarmada, di sebelah utara Kota Idlib, Suriah, Kamis, 25 November 2021. Wabah kolera mematikan di Suriah telah menewaskan sedikitnya 39 orang dan menginfeksi ratusan lainnya bulan lalu. (Sumber: AP Photo/Francisco Seco)

BEIRUT, KOMPAS.TV — Wabah kolera mematikan di Suriah telah menewaskan sedikitnya 39 orang dan menginfeksi ratusan lainnya bulan lalu, kata pejabat kesehatan, Rabu (21/9/2022). Wabah ini meningkatkan kekhawatiran tentang apakah negara yang dilanda perang itu dapat menghentikan penyebarannya.

Kementerian Kesehatan Suriah dan PBB, seperti laporan Associated Press mengatakan, sumber wabah kolera itu diyakini terkait dengan orang-orang yang meminum air yang tidak aman dari Sungai Efrat dan menggunakan air yang terkontaminasi untuk mengairi tanaman, yang mengakibatkan kontaminasi makanan.

Wabah itu melanda bagian negara yang dikuasai pemerintah serta daerah di timur laut.

Layanan kesehatan Suriah telah sangat menderita akibat perang selama bertahun-tahun dan sebagian besar negara kekurangan pasokan air bersih.

Di wilayah yang dikuasai pemerintah, Kementerian Kesehatan melaporkan 23 kematian, 20 di antaranya di provinsi utara Aleppo, di samping setidaknya 253 kasus infeksi kolera.

Di daerah timur laut Suriah yang dikendalikan oleh pejuang pimpinan Kurdi yang didukung Amerika Serikat, Jwan Mustafa, pejabat tinggi kesehatan di wilayah tersebut melaporkan 16 kematian sejak 5 September, dan 2.867 kasus dugaan kolera.

Baca Juga: Israel Serang Ibu Kota Suriah, Gunakan Rudal dan Sebabkan 5 Tentara Tewas

Israel menyerang kota Damaskus dan Bandara Internasional Aleppo di Suriah pada Rabu (31/8/2022) malam waktu setempat. (Sumber: ANHA)

Di barat laut yang dikuasai pemberontak, kasus pertama dilaporkan minggu ini.

Wabah kolera adalah yang pertama di Suriah sejak konflik dimulai pada Maret 2011.

Perang saudara telah menewaskan ratusan ribu rakyat Suriah dan membuat setengah dari populasi pra-perang negara itu, banyak dari mereka sekarang tinggal di pemukiman tenda yang padat.

"Epidemi baru membayangi kehidupan orang-orang di seluruh Suriah saat kolera mengancam akan menyebar ke seluruh negeri," kata Sherine Ibrahim, Direktur CARE Turki.

Ibrahim menambahkan banyak dari mereka yang tinggal di kamp-kamp pengungsi kekurangan "air, sanitasi dan layanan kesehatan dan kebersihan dasar."

Mustafa, pejabat kesehatan yang berbicara di kota utara Qamishli, mengatakan penyebab utama wabah adalah adanya vibrio cholerae di sungai Efrat di mana permukaan air telah turun.

Baca Juga: Wabah Kolera Tewaskan 325 Orang di Nigeria pada Paruh Pertama 2021

Reruntuhan kota di Suriah.Wabah kolera mematikan di Suriah telah menewaskan sedikitnya 39 orang dan menginfeksi ratusan lainnya bulan lalu, kata pejabat kesehatan hari Rabu, (21/9/2022). (Sumber: AP Photo/Hassan Ammar, File)

Ahmed Al-Mandhari, direktur regional Timur Tengah Organisasi Kesehatan Dunia WHO, mengatakan kepada The Associated Press pada hari Senin bahwa sebuah pesawat yang membawa pasokan medis untuk menangani penyebaran kolera sudah mendarat di ibukota Damaskus pada hari Senin dan satu lagi diperkirakan akan mendarat pada hari Rabu.

Al-Mandhari menambahkan, otoritas kesehatan Suriah berkoordinasi dengan organisasi internasional untuk menahan wabah yang menyebutnya sebagai ancaman bagi Suriah, kawasan dan seluruh dunia.

Kasus-kasus tersebut dilaporkan di beberapa provinsi, termasuk Aleppo dan Raqqa di utara, Latakia di pantai Mediterania, dan Deir el-Zour di sepanjang perbatasan dengan Irak.

"Wabah kolera mengancam lebih banyak kesengsaraan pada ratusan ribu warga Suriah yang terancam kelaparan, konflik, dan musim dingin yang akan datang," kata Tanya Evans, Direktur Komite Penyelamatan Internasional di Suriah.

"Di seluruh negeri, sekitar 70 persen populasi sekarang membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka untuk bertahan hidup."

Kementerian Kesehatan Suriah menyarankan orang untuk memastikan mereka minum air yang berasal dari "sumber yang aman" dan jika itu tidak tersedia, orang harus merebus air kemudian menyimpannya dalam wadah galon yang bersih dan tertutup.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU