> >

Nyanyi Kematian untuk Diktator: Bisakah Gelombang Protes Mahsa Amini Tumbangkan Rezim Teokrasi Iran?

Kompas dunia | 21 September 2022, 19:39 WIB
Motor polisi dibakar massa dalam aksi demonstrasi memprotes kematian Mahsa Amini di Teheran, Iran, Senin (19/9/2022). (Sumber: Associated Press)

Gelombang demonstrasi ini dihadapi secara represif oleh aparat keamanan Iran. Totalnya, sekitar 1.500 orang diperkirakan tewas selama gelombang kerusuhan.

Usai gelombang kerusuhan tersebut, gerakan pro-demokrasi di Iran dilaporkan menguat hingga menimbulkan gelombang demonstrasi baru usai kematian Mahsa Amini. 

Rezim teokrasi Iran sendiri telah menghadapi sejumlah gelombang protes usai berkuasa sejak Revolusi Islam Iran 1979. Teheran selalu berhasil membungkam protes secara paksa.

Gelombang protes yang paling mengancam rezim Ali Khamenei terjadi pada 2009 silam. Ketika itu, demonstrasi yang disebabkan pemilu tahun 2009 meluas hingga timbul tuntutan reformasi besar-besaran.

Otoritas Iran menghadapi jutaan massa yang turun ke jalan dengan keras. Garda Revolusioner Iran dan paramiliter Basij menembaki demonstran dan melakukan penangkapan besar-besaran. Tokoh-tokoh oposisi pun dikenai tahanan rumah. 

Belakangan, skala kerusuhan demonstrasi terkait kematian Amini tidak sampai mendekati kerusuhan 2019 atau 2009. Namun, kaum muda Iran terus menunjukkan aksi pembangkangan di berbagai kota dan bentrok lawan aparat.

Hingga Rabu (21/9), Iran dilaporkan telah menangkap 25 orang terkait kerusuhan, termasuk tiga warga negara asing. Dari mana asal warga negara asing tersebut tidak diungkapkan.

Di Kurdistan Iran, tiga orang dilaporkan tewas oleh kelompok bersenjata terkait gelombang protes yang terjadi belakangan ini. Peristiwa tersebut menjadi kematian pertama terkait protes pasca-kematian Mahsa Amini.

Baca Juga: Pemerintah Iran Klaim Kerusuhan Terkait Kematian Mahsa Amini Dikompori Asing, 3 WNA Ditangkap

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU