Pertempuran di Perbatasan Armenia-Azerbaijan Kembali Pecah, Hujan Artileri di Dekat Wilayah Sengketa
Kompas dunia | 14 September 2022, 21:43 WIBYEREVAN, KOMPAS.TV - Armenia dan Azerbaijan saling menyalahkan atas pertempuran yang kembali meletus di perbatasan kedua negara pada Rabu (14/9/2022). Gelombang serangan drone dan artileri dilaporkan kembali terjadi usai konflik bersenjata meletus per Selasa (13/9) dini hari kemarin.
Kementerian Pertahanan Armenia menuduh Azerbaijan meluncurkan serangan drone ke arah Jermuk, kota dekat perbatasan. Militer Baku juga dituduh mengirim rentetan serangan artileri dan mortir ke arah Jermuk dan Desa Verin Shorzha, Rabu (14/9) pagi ini waktu setempat.
Sebaliknya, pihak Azerbaijan menuduh Armenia lah yang memulai serangan. Baku menuduh pasukan Armenia meluncurkan serangan artileri ke garnisun di Distrik Lachin dan Kalbajar, dekat wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan Baku dengan separatis pro-Armenia.
Sejak konflik bersenjata ini meletus, Yerevan melaporkan setidaknya 49 tentaranya tewas. Sedangkan Azerbaijan dilaporkan kehilangan 50 serdadu.
Armenia dan Azerbaijan sendiri telah berkonflik selama berdekade-dekade, terkini akibat sengketa Nagorno-Karabakh. Wilayah ini secara administratif masuk Azerbaijan, tetapi dikuasai pasukan pro-Armenia usai perang separatis yang berakhir pada 1994 silam.
Baca Juga: Serangan Artileri dan Drone Azerbaijan ke Armenia Tewaskan 49 Tentara, Rusia Dimintai Bantuan
Perang di Nagorno-Karabakh kembali meletus selama enam pekan pada 2020 silam. Perang ini menimbulkan korban jiwa lebih dari 6.600 orang hingga diakhiri perjanjian damai yang dijembatani Rusia.
Rusia sendiri kembali bergerak untuk mendamaikan kedua negara usai konflik meletus. Namun, gencatan senjata yang telah disepakati dilanggar dan Yerevan dan Baku saling menyalahkan atas gagalnya gencatan senjata.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengaku telah meminta bantuan militer Rusia yang telah disepakati dalam perjanjian persahabatan antara kedua negara. Pemerintahan Pashinyan juga meminta bantuan dari Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi pertahanan yang berisi negara-negara bekas Uni Soviet.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press