Dubes Palestina di Indonesia Kecam Perlakuan Tak Manusiawi Israel terhadap Warganya
Kompas dunia | 30 Agustus 2022, 15:52 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Pemerintah Palestina melalui kedutaan besarnya di Indonesia mengecam "penahanan administratif" yang tak manusiawi yang diterapkan Israel terhadap warganya.
"Kedutaan Besar Negara Palestina di Indonesia mengutuk keras kampanye penindasan, pelecehan dan penargetan secara terus menerus oleh Israel, terhadap tahanan heroik kami di dalam penjara, serta upaya mematahkan dan mengendalikan kesadaran rakyat kami," ungkap rilis yang diterima KOMPAS TV, Selasa (30/8/2022).
Kedubes Palestina dalam pernyataannya juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengecam pendudukan militer Israel atas wilayah Palestina.
"Termasuk tuntutan penghentian kebijakan penahanan administratif, pembebasan dengan segera tahanan administratif, pembebasan narapidana wanita, orang sakit, orang tua dan anak-anak."
Menurut Al Jazeera, para tahanan administratif ditangkap Israel berdasarkan "bukti-bukti rahasia". Mereka tidak tahu dakwaan apa yang dikenakan kepada mereka, dan tidak diizinkan untuk membela diri di pengadilan.
Tahanan administratif biasanya ditahan dalam periode enam bulan yang dapat diperpanjang dan kerap berlangsung sampai bertahun-tahun.
Al Jazeera yang mengutip HaMoked, sebuah organisasi HAM Israel, mengatakan per Mei 2022, terdapat 604 tahanan administratif.
Hampir semuanya adalah warga Palestina, karena penahanan administratif sangat jarang diterapkan terhadap warga Yahudi Israel.
Baca Juga: 11 Tahun sejak Bencana Nuklir Fukushima, Akhirnya Warga Boleh Kembali ke Rumah
Salah satu warga Palestina yang kini berada di bawah tahanan administratif Israel adalah Khalil Awawda.
Awawda (40 tahun) telah melakukan mogok makan sekitar enam bulan untuk memprotes penahanan sewenang-wenangnya oleh Israel. Tubuhnya kini hanya tinggal tulang dan kulit.
Dalam sebuah video, Awawda menyeru kepada dunia untuk mendukung tuntutannya agar dibebaskan dari penjara Israel.
Ia mengatakan, tubuh ringkihnya tidak mencerminkan kelemahan rakyat Palestina, "tetapi mencerminkan wajah asli pendudukan (Israel, red) yang mengeklaim sebagai negara demokrasi sementara ada tahanan tanpa dakwaan dalam penahanan administratif yang biadab."
"Kami rakyat yang perjuangannya adil, dan akan tetap adil, dan kami akan terus melawan penahanan administratif," ujarnya seperti dilansir kantor berita Palestina, WAFA, Senin (29/8/2022).
Awawda, ayah empat anak, ditahan pihak Israel sejak Desember 2021. Dia berada di bawah penahanan administratif Israel selama enam bulan. Awawda melanjutkan mogok makannya untuk memprotes penahannya pada 2 Juli 2022.
Sebelumnya ia telah melakukan mogok makan selama 111 hari sebelum akhirnya menghentikannya setelah Israel berjanji akan membebaskannya.
Namun otoritas pendudukan Israel melanggar janjinya, dan justru memperpanjang penahanan administrasi Awawda selama empat bulan.
Baca Juga: Kemlu Palestina Kecam Israel yang Izinkan Penduduknya Bobol Masjid Al Aqsa lewat Lion Gate
Hingga kini, polisi Israel masih terus melakukan penangkapan secara gegabah. WAFA, hari ini, Selasa, melaporkan 10 warga Palestina ditangkap. Dua di antaranya anak di bawah umur, ditahan pasukan Israel di pintu masuk barat kota Silwad, wilayah Ramallah.
Pasukan Israel menutup pintu tersebut, lalu mengerahkan penembak jitu di beberapa atap rumah.
Untuk mengatasi agresi yang berkelanjutan, Palestina lantas meminta bantuan Uni Eropa agar ikut andil dalam penanganan masalah ini.
Wakil Perdana Menteri dan Kepala Departemen Hubungan Internasional Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Ziad Abu Amr, bertemu Perwakilan Uni Eropa untuk Palestina, Sven Kuehn von Burgsdorff.
Abu Amr meminta Uni Eropa lebih aktif melindungi solusi dua negara dan mendukung pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
Dia menekankan perlunya Uni Eropa untuk segera campur tangan demi mengakhiri pendudukan Israel dan mendukung upaya Palestina untuk mendapatkan status keanggotaan penuh di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca Juga: Geger Politik Tewaskan 15 Orang, Ulama Irak Protes dengan Mogok Makan
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/WAFA/Al Jazeera