> >

Korsel Pecahkan Rekor Sendiri untuk Tingkat Kesuburan Terendah di Dunia, Gerus Pertumbuhan Ekonomi

Kompas dunia | 24 Agustus 2022, 12:53 WIB
Korea Selatan sekali lagi memecahkan rekor dunianya sendiri untuk tingkat kesuburan terendah di dunia. Populasi Korsel saat ini 51 juta orang dan menghadapi prospek populasi yang anjlok ke 24 juta orang tahun 2100. (Sumber: Unsplash)

Tenaga kerja yang menyusut merupakan faktor utama dalam penurunan tingkat pertumbuhan potensial Korea Selatan.

Populasi usia kerja mencapai puncaknya pada 37,3 juta pada tahun 2020 dan akan turun hampir setengahnya pada tahun 2070, menurut Statistik Korea.

Sambil berusaha memperlambat penurunan angka kelahiran, Korea Selatan juga memberlakukan serangkaian tindakan untuk hidup dengan realitas baru, meningkatkan kondisi kehidupan bagi para pensiunan dan memperkenalkan lebih banyak robot.

Baca Juga: Lempar Botol Soju ke Mantan Presiden Korea Selatan, Lelaki ini Diganjar 1 Tahun Penjara

Girl group Kpop asal Korea Selatan, Secret Number, contoh generasi muda Korea Selatan. Populasi Korsel saat ini 51 juta orang dan menghadapi prospek populasi yang anjlok ke 24 juta orang pada tahun 2100. (Sumber: Instagram/ @secretnumber.official)

Selain itu pemerintah Korsel mengundang lebih banyak perempuan, orang tua dan orang asing ke dalam angkatan kerja.

Jumlah perempuan usia subur turun 2 persen menjadi 11.620.000 orang tahun lalu, menandakan tingkat kesuburan kemungkinan akan semakin memburuk.

Seorang perempuan khas Korea Selatan melahirkan anak pertamanya pada usia 32,6, naik dari usia 30,2 tahun pada satu dekade sebelumnya, menurut kantor statistik.

Pasangannya, atau suami, rata-rata berusia 35,1 tahun, lebih tua dibandingkan dengan usia 33 tahun pada dekade sebelumnya.

Berdasarkan wilayah, ibu kota Seoul menunjukkan tingkat kesuburan terendah di 0,63, sementara Sejong, rumah bagi kantor pusat pemerintah, memiliki tertinggi di 1,28, menurut kantor statistik. Provinsi terpadat, Gyeonggi, mencatat tingkat kelahiran 0,85, mendekati rata-rata.

Dalam dekade setelah Perang Korea 1950-53, populasi setidaknya naik dua kali lipat dan dalam upaya untuk mengekang ledakan bayi di tahun-tahun awal pembangunan ekonomi, pemerintah mendorong pasangan untuk hanya memiliki satu anak.

Kebijakan itu dibatalkan sekitar pergantian abad saat kelahiran mulai turun tajam, mendorong pemerintah menghabiskan puluhan miliar dolar setiap tahun untuk mendorong pasangan punya lebih banyak anak, tetapi sejauh ini kurang berhasil.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Bloomberg/Straits Times


TERBARU