Peristiwa Tragis di Liverpool: Gadis 9 Tahun Tewas Ditembak di Rumah Sendiri, Korban Salah Sasaran
Kompas dunia | 24 Agustus 2022, 11:05 WIBLIVERPOOL, KOMPAS.TV - Seorang gadis sembilan tahun di Liverpool, Inggris Raya menjadi korban penembakan salah sasaran hingga terbunuh. Gadis bernama Olivia Pratt-Korbel itu ditembak oleh seorang pria yang memburu pria lain yang kabur ke dalam rumahnya.
Menurut laporan BBC, Rabu (24/8/2022), Olivia ditembak di rumahnya di bilangan Dovecot, Liverpool pada Senin (22/8) sekitar pukul 22.00 BST atau Selasa (23/8) pukul 04.00 WIB. Ia tertembak di bagian dada.
Pelaku disebut “menembak secara serampangan” di dalam rumah Olivia, mengenai anak itu, ibunya, Chreyl Korbel di bagian pergelangan tangan, serta pria yang dikejarnya di bagian badan.
Sementara itu, dua kakak Olivia yang juga berada di rumah saat kejadian dilaporkan tidak mengalami luka.
Baca Juga: Aksi Heroik Sopir Taksi Liverpool Selamatkan Rumah Sakit dari Bom Bunuh Diri
Kepolisian Merseyside menyatakan bahwa keluarga Olivia tidak ada kaitannya dengan dua pria yang berkejaran tersebut. Hingga berita ini diturunkan, motif kejar-kejaran dua pria itu belum diketahui.
Kronologi penembakan yang menewaskan Olivia
Menurut keterangan kronologi kejadian versi Kepolisian Merseyside, insiden ini bermula ketika Cheryl Korbel membuka pintu rumah karena mendengar ribut-ribut di luar.
Seorang pria berusia 35 tahun kemudian merangsek masuk ke rumahnya. Ia dikejar seorang pria bersenjatakan pistol.
Di ambang pintu, pria bersenjata itu kemudian melepaskan tembakan. Peluru yang mengenai Olivia berbuah fatal, sedangkan ibunya tertembak di pergelangan tangan karena hendak menutup pintu untuk menghalangi pria bersenjata tersebut.
Pria bersenjata itu dilaporkan menembak dari balik celah pintu yang setengah tertutup. Targetnya, si pria berusia 35 tahun, terkena tembakan di badan bagian atas.
Setelah peluru mengenai target, pria bersenjata itu kabur. Sedangkan targetnya dibawa dengan sebuah mobil Audi berwarna hitam. Olivia dan ibunya ditinggal di rumah.
Baca Juga: Pertengkaran Keluarga Berujung Penembakan Massal di Montenegro, 12 Orang Tewas Termasuk Pelaku
Kepala Polisi Merseyside Serena Kennedy mengutuk serangan “mengejutkan” terhadap masyarakat Liverpool tersebut. Ia berjanji akan mengusut semua pihak yang bertanggung jawab.
“Tidak hanya si penembak, kita harus menemukan siapa yang memasok senajta itu dan siapa yang mengatur insiden mengerikan ini,” kata Kennedy.
Wali Kota: Tak ada tempat bagi senjata api di Liverpool
Olivia Pratt-Korbel sempat dibawa ke rumah sakit anak-anak. Namun, kendati petugas medis berupaya menyelamatkannya, nyawanya tak tertolong.
Kennedy pun mengaku pakar forensik tengah melakukan penyidikan dan meninjau rekaman CCTV untuk mengidentifikasi pelaku.
Sementara itu, Mark Kameen, seorang detektif di Merseyside, menyebut polisi akan menginterogasi pria yang diburu hingga menyebabkan penembakan Olivia. Pria itu tidak ditangkap, tetapi dirawat di rumah sakit dengan kondisi serius.
Marie Relly, tetangga korban, mengaku mendengar empat tembakan saat kejadian. Ia mendeskripsikan letupan tembakan itu seperti suara kembang api.
Tetangga Olivia yang lain, Scott Mason menyebut insiden ini “menakutkan bagi para pria, karena wanita dan anak-anak ditembak.”
“Anda ketakutan ketika pacar dan putri Anda pergi berbelanja… apakah mereka akan kembali?” kata Mason.
Baca Juga: AS Kembali Diguncang Penembakan yang Tewaskan 3 Orang di Indiana, Polisi: Kami Sudah Muak
Graham Morgan, seorang pejabat setempat, menyebut Olivia adalah seorang “anak populer” dan masyarakat akan kehilangan sosoknya.
“Saya tahu dia akan menjadi kehilangan besar bagi masyarakat sekolah semua orang yang mengenalnya.”
Wali Kota Liverpool Joanne Anderson juga mengutuk penembakan Olivia dan mendesak siapa pun yang punya informasi tentang insiden ini segera melapor ke otoritas terkait.
“Senjata api tidak punya tempat dalam masyarakat kita,” kata Anderson.
Baca Juga: Pelaku Penembakan Shinzo Abe Diduga Lone Wolf, Disebut Kerap Pindah Kerja dan Tak Punya Teman
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Iman-Firdaus
Sumber : BBC