> >

PM Bangladesh kepada PBB: Myanmar Harus Ambil Kembali Pengungsi Rohingya

Kompas dunia | 17 Agustus 2022, 21:56 WIB
PM Sheik Hasina hari Rabu, (17/8/2022)  kepada Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet mengatakan pengungsi Rohingya harus pulang ke Myanmar (Sumber: AP Photo/)

Hasina dan beberapa menteri Kabinet sebelumnya menyatakan frustrasi atas apa yang mereka sebut kelambanan Myanmar dalam membawa mereka kembali ke perjanjian.

Pihak berwenang PBB dan Bangladesh mencoba setidaknya dua kali untuk memulai repatriasi, tetapi para pengungsi menolak untuk pergi, dengan alasan masalah keamanan di Myanmar.

Ketika Bachelet mengunjungi kamp-kamp pada hari Rabu, para pengungsi mendesak PBB untuk membantu meningkatkan keamanan di dalam Myanmar sehingga mereka dapat kembali.

Baca Juga: Ingin Pulangkan Pengungsi Rohingya, Bangladesh Minta Bantuan China

Perempuan dan anak-anak etnis Rohingya duduk di dekat api unggun di pantai setelah perahu mereka terdampar di Pulau Idaman di Aceh Timur, Indonesia, Jumat malam, 4 Juni 202. Para pejabat Amerika Serikat mengatakan pemerintahan Biden menyatakan penindasan Myanmar selama bertahun-tahun terhadap umat Muslim Rohingya sebagai “genosida.” (Sumber: AP Photo/Zik Maulana)

PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pengungsi menggambarkan "keluhan mereka, rasa sakit mereka" kepada Bachelet.

"Ketika hak-hak kami dihormati, kami dapat memiliki mata pencaharian kami lagi, dan kami dapat memiliki tanah, dan kami dapat merasa bahwa kami adalah bagian dari negara," katanya mengutip para pengungsi.

Bachelet menekankan pentingnya memastikan kondisi yang aman, adanya keberlanjutan dan setiap repatriasi dilakukan secara sukarela dan bermartabat, katanya.

"PBB melakukan yang terbaik yang kami bisa untuk mendukung mereka. Kami akan terus melakukan itu," katanya.

"Tetapi kita juga perlu menangani akar masalah yang mendalam. Kita perlu menghadapinya dan memastikan bahwa mereka dapat kembali ke Myanmar -- ketika ada kondisi untuk keselamatan dan pemulangan sukarela."

Pada bulan Maret, Amerika Serikat mengatakan penindasan Rohingya di Myanmar merupakan genosida setelah pihak berwenang mengkonfirmasi laporan tentang kekejaman massal terhadap warga sipil oleh militer Myanmar dalam kampanye yang meluas dan sistematis terhadap etnis minoritas.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU