Di atas Kapal USS Missouri Jepang Resmi Menyerah pada Sekutu, Indonesia Baru Merdeka
Kompas dunia | 15 Agustus 2022, 06:59 WIBTOKYO, KOMPAS.TV - Serangan militer Uni Soviet, serta bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat sebulan kemudian, membuat Jepang tak punya pilihan selain menyerah kepada Sekutu.
Negeri Matahari Terbit menyerah secara lisan pada 15 Agustus 1945 atau dua hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Kabar kekalahan Jepang ini menyebar ke telinga para pemuda Indonesia yang kemudian menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, untuk sesegera mungkin memproklamasikan kemerdekaan.
Meski menyerah pada 15 Agustus, dokumen penyerahan secara resmi baru ditandatangani pada 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri.
Baca Juga: Hari Ini pada 1945: Dua Kali Dibom Atom, Kekaisaran Jepang Menyerah tanpa Syarat kepada Sekutu
Apa saja yang terjadi di geladak kapal perang itu selama berlangsungnya penandatanganan penyerahan Jepang?
KOMPAS TV menerjemahkan transkrip video yang diambil dari National Archives and Records Administration, badan arsip resmi milik Amerika Serikat.
Berikut video serta transkrip lengkap dari Katalog Riset Arsip (ARC) Nomor 39079.
Penandatatanganan Final Penyerahan Jepang – 1945
Narator: Kapal perang USS Missouri yang berbobot 53.000 ton dari Armada Ketiga Laksamana Halsey, menjadi tempat upacara yang tak terlupakan, menandai penyerahan Jepang secara lengkap dan formal.
Di Teluk Tokyo, kapal USS Buchanan datang membawa perwakilan dari kekuatan Sekutu untuk menyaksikan penyerahan terakhir. Dari kapal itu, Jenderal Angkatan Darat Douglas MacArthur, Panglima Tertinggi Sekutu untuk pendudukan Jepang, naik ke USS Missouri.
Laksamana Armada Nimitz, Komandan Armada Pasifik, dan Laksamana Halsey, menyambut MacArthur bersama kepala stafnya, Jenderal Sutherland, di atas kapal.
Laksamana Nimitz mengawal Jenderal MacArthur ke dek beranda Missouri, di mana upacara 20 menit akan berlangsung. Hari itu Minggu, 2 September 1945.
Juru kamera dan reporter dari banyak negara merekam momen bersejarah ini, ketika para pemimpin militer Perserikatan Bangsa-Bangsa berkerumun di atas USS Missouri dan memeriksa kartu suvenir bertuliskan bendera Jepang, kenang-kenangan khusus dari acara tersebut.
Dan sekarang, dibersamai Angkatan Laut, pihak Jepang yang menyerah telah tiba. Mereka dipimpin oleh Agen Mamoru Shigemitsu, Menteri Luar Negeri Kabinet Jepang yang menyerah, di mana tahun lalu ia terluka oleh seorang patriot Korea di Shanghai, sehingga kini Shigemitsu berjalan dengan kaki palsu.
Delegasi Jepang berbaris di seberang meja penyerahan dari Sekutu.
Sebuah perang, yang telah memasuki tahun kedelapan yang mengerikan di China, yang telah berkecamuk selama tiga tahun dan sembilan bulan untuk Amerika dan Inggris, yang merupakan bagian timur yang brutal dan mahal dari perang dunia yang paling mengerikan dalam sejarah manusia, kini dalam hitungan menit, berakhir untuk selamanya.
Jenderal MacArthur berbicara.
Jenderal Douglas MacArthur: "Kami berkumpul di sini, perwakilan dari kekuatan-kekuatan besar yang bertikai, untuk membuat kesepakatan khidmat di mana perdamaian dapat dipulihkan.
Isu-isu yang melibatkan cita-cita dan ideologi yang berbeda telah ditentukan di medan perang dunia, dan karenanya, bukan waktunya untuk berdiskusi atau berdebat bagi kita.
Di sini, syarat dan ketentuan penyerahan Pasukan Kekaisaran Jepang diberikan dan diterima, terkandung dalam instrumen penyerahan di hadapan Anda.
Sebagai Panglima Tertinggi untuk kekuatan Sekutu, saya mengumumkan tujuan tegas saya, dalam tradisi negara-negara yang saya wakili, untuk melanjutkan pelaksanaan tanggung jawab saya dengan keadilan dan toleransi, sembari mengambil semua disposisi yang diperlukan untuk memastikan syarat penyerahan diri adalah sepenuhnya, segera, dan dengan setia dipatuhi.
Saya sekarang mengundang perwakilan kaisar Jepang dan pemerintah Jepang, serta Markas Besar Kekaisaran Jepang, untuk menandatangani instrumen penyerahan diri di tempat-tempat yang ditunjukkan."
Tuan Shigemitsu datang ke meja penyerahan. Gambar pertama yang dramatis ini dibuat oleh koresponden perang berita dan juru kamera Angkatan Darat dan Angkatan Laut yang secara khusus diterbangkan kembali dari Tokyo.
Waktu menunjukkan pukul 09:05. Orang Jepang telah berada di kapal tepat 10 menit sejak kedatangan mereka.
Jenderal Yoshijiro Umezu dari Staf Umum Kekaisaran menandatangani untuk Angkatan Darat Jepang.
Dokumen penyerahan, dimana Jepang setuju untuk meletakkan senjata sepenuhnya, juga mematuhi semua perintah Sekutu yang dikeluarkan oleh Jenderal MacArthur, dicetak oleh Angkatan Darat di atas perkamen langka, yang ditemukan di ruang bawah tanah di Manila yang porak-poranda.
Jenderal MacArthur menandatangani sebagai Panglima Tertinggi Sekutu. Pena pertama yang digunakan diserahkan kepada Jenderal Wainwright dari Corregidor. Pena kedua untuk Jenderal Percival Inggris, komandan saat penyerahan Jepang di Singapura.
MacArthur menggunakan enam pena seluruhnya, membubuhkan apa yang akan menjadi tanda tangan paling penting di Jepang, pada dokumen yang mengakhiri secara permanen rezim teror dan agresi negara itu.
Untuk pasukan Amerika Serikat sendiri, Laksamana Chester Nimitz menandatangani perjanjian itu. Di belakang Nimitz adalah Laksamana Armada Ketiga Halsey dan Laksamana Sherman, komandan amfibi terkenal.
Jenderal Hsu Yung-Chang, Kepala Operasi Militer Dewan Nasional China, menandatangani untuk China.
Dibubuhkan pula tanda tangan Laksamana Sir Bruce Fraser, Komandan Armada Pasifik Inggris untuk Britania Raya; Letnan Jenderal Kuzma Nikolayevich Derevyanko untuk Soviet Rusia; Jenderal Sir Thomas Blamey untuk Australia.
Selain itu, ada pula Kolonel Lawrence Moore Cosgrave untuk Kanada; Jenderal Jacques LeClerc, pahlawan Afrika dan Paris, untuk Prancis; Laksamana C. E. L. Helfrich untuk Belanda dan Wakil Marsekal Udara L. M. Isitt untuk Selandia Baru.
Menutup upacara pembuatan sejarah yang singkat, Jenderal MacArthur mengungkapkan keinginannya.
Jenderal Douglas MacArthur: "Mari kita berdoa agar perdamaian dunia segera pulih, dan agar Tuhan selalu memeliharanya."
Proses ini ditutup. Kawanan pesawat Amerika Serikat terbang dengan formasi, setelah upacara penyerahan berakhir.
Kemenangan final PBB telah diraih. Perang sudah berakhir. Damai ada di sini.
Baca Juga: Ketika Pena Parker Lebih Tajam dari Pedang, Mengakhiri Perang Dunia II Sampai Indonesia Merdeka
Isi Lengkap Perjanjian Penyerahan Jepang
Berikut isi perjanjian terkait menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Perjanjian di bawah ini, yang diterjemahkan oleh KOMPAS TV, diambil dari laman resmi National Archives and Records Administration.
Dokumentasi naskah asli dapat diunduh pada akhir artikel ini.
INSTRUMEN PENYERAHAN
Kami, bertindak atas perintah dan atas nama Kaisar Jepang, Pemerintah Jepang dan Markas Besar Kekaisaran Jepang, dengan ini menerima ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam deklarasi yang dikeluarkan oleh para kepala Pemerintah Amerika Serikat, Cina dan Inggris Raya pada tanggal 26 Juli 1945, di Potsdam, dan kemudian dipatuhi oleh Uni Republik Sosialis Soviet, yang empat kekuatan itu selanjutnya disebut sebagai Kekuatan Sekutu.
Kami dengan ini menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Kekuatan Sekutu dari Markas Besar Kekaisaran Jepang dan semua angkatan bersenjata Jepang dan semua angkatan bersenjata di bawah kendali Jepang di manapun berada.
Kami dengan ini memerintahkan semua pasukan Jepang di manapun berada dan rakyat Jepang, untuk segera menghentikan permusuhan, untuk menjaga dan menyelamatkan dari kerusakan semua kapal, pesawat terbang, properti militer dan sipil serta untuk mematuhi semua persyaratan yang mungkin dikenakan oleh Panglima Tertinggi Sekutu, Kekuasaan atau oleh badan-badan Pemerintah Jepang atas arahannya.
Dengan ini kami memerintahkan Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang, untuk segera mengeluarkan perintah kepada Komandan semua pasukan Jepang, dan semua pasukan di bawah kendali Jepang dimanapun berada, untuk menyerah tanpa syarat, bagi diri mereka sendiri dan semua pasukan di bawah kendali mereka.
Kami dengan ini memerintahkan semua pejabat sipil, militer dan angkatan laut, untuk mematuhi dan menegakkan semua pernyataan, perintah dan arahan yang dianggap layak oleh Panglima Sekutu, untuk melaksanakan penyerahan ini yang dikeluarkan olehnya, atau di bawah kekuasaannya, dan kami mengarahkan semua pejabat tersebut untuk tetap di pos mereka, dan untuk terus melakukan tugas non-pejuang mereka, kecuali secara khusus dibebaskan olehnya atau di bawah wewenangnya.
Kami dengan ini berjanji untuk Kaisar, Pemerintah Jepang dan penerus mereka, untuk melaksanakan ketentuan Deklarasi Potsdam dengan itikad baik, dan untuk mengeluarkan perintah apa pun, dan mengambil tindakan apa pun, yang mungkin diperlukan oleh Panglima Tertinggi Sekutu atau oleh pihak lain, wakil yang ditunjuk dari Sekutu, untuk tujuan pemberlakukan Deklarasi itu.
Kami dengan ini memerintahkan Pemerintah Kekaisaran Jepang dan Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang, sekaligus untuk membebaskan semua tawanan perang dan interniran sipil sekutu yang sekarang berada di bawah kendali Jepang, dan untuk menyediakan perlindungan, perawatan, pemeliharaan, dan transportasi langsung kepada mereka, ke tempat-tempat sesuai arahan.
Kewenangan Kaisar dan Pemerintah Jepang untuk memerintah negara harus tunduk pada Panglima Tertinggi Sekutu, yang akan mengambil langkah-langkah yang dianggapnya tepat untuk melaksanakan syarat-syarat penyerahan ini.
Dokumentasi naskah asli Instrument of Surrender antara Jepang dengan Sekutu dapat diakses melalui laman resmi National Archives and Records Administration. Klik laman berikut [PDF Instrument of Surrender].
Baca Juga: Laksamana Maeda, Perwira Jepang yang Membantu Kemerdekaan Indonesia, Masa Tuanya Merana
Bagaimana di Indonesia? Menurut catatan wartawan Rosihan Anwar, pada September 1945 atau sebulan setelah kemerdekaan, tak banyak yang dilakukan oleh para pemimpin Indonesia. Namun, pemerintahan Jepang di Indonesia sudah hilang kendali,"Pemerintah bala tentara Dai Nippon yang tiada lagi bersemangat dan pemerintah Republik Indonesia yang belum berhasil mengokohkan kekuasaannya di semua bidang," tulis Rosihan dalam buku Kisah-Kisah Jakarta Setelah Proklamasi (1977).
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV