Hari ini 77 Tahun yang Lalu, Nagasaki Dibom Atom Amerika Serikat, Dampaknya Sampai ke Indonesia
Kompas dunia | 9 Agustus 2022, 06:08 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pada 9 Agustus 1945 yang bertepatan pada hari ini, 77 tahun lalu, terjadi peristiwa bersejarah yang tidak terlupakan bagi dunia, yaitu dijatuhkannya bom atom di kota Nagasaki, Jepang.
Tiga hari sebelumnya, yaitu pada 6 Agustus 1945, kota Hiroshima telah lebih dulu dibom oleh Amerika Serikat (AS). Kedua peristiwa ini menewaskan sedikitnya 129.000 orang dan merupakan pertama kali dan satu-satunya peristiwa digunakannya senjata nuklir dalam masa perang sepanjang sejarah.
Selain menjadi peristiwa penting dalam geopolitik dan sejarah dunia, peristiwa ini juga memiliki arti penting bagi Indonesia.
Dikutip dari Evening Standard, ketegangan atara Jepang dan AS sebenarmyua telah tejadi sejak beberapa decade sebelum perang Dunia II. Pendudukan China timur oleh Jepang telah membuat perang bagi kedua negara pada 1937. Kemudian AS dan negara-negara barat lain menghentikan ekspor bahan-bahan penting ke Jepang untuk mencegah ekspansi lebih lanjut.
Jepang menganggap langkah AS dan negara-negara barat lain sebagai tindakan agresif dan kemudian melancarkan serangan ke pangkalan udara AS Pearl Harbour di Hawaii pada 7 Desember 1941 yang menewaskan 2.403 tentara AS.
Serangan itu dianggap sebagai kejahatan perang karena tanpa pemberitahuan dan dilakukan saat terjadi pembicaraan damai. Kemudian kedua negara menyatakan perang.
Baca Juga: Hari Ini dalam Sejarah: Bom Atom "Little Boy" Meledak di Hiroshima
Sebenarnya saat itu Jepang sudah melemah dan berada di ambang kekalahan, namun tak kunjung mengibarkan bendera putih. Seperti dikutip dari BBC, ketika perang Eropa berakhir pada 7 Mei 1945, pihak sekutu meminta Jepang untuk menyerah selambat-lambatnya pada 28 Juli 1945, namun tenggat waktu itu lewat dan Jepang urung menyerah.
Pada pagi 6 Agustus 1945, pukul 08.15 waktu Jepang, pesawat AS jenis B-29 yang diberinama Enola Gay menjatuhkan sebuah bom atom di Hiroshima. Bom ini Bernama “Little Boy” dan berisikan muatan setara 12.000 – 15.000 ton TNT yang mampu menghancurkan area seluas 13 kilometer persegi.
Meskipun kota Hiroshima sudah babak belur, namun Jepang masih juga enggan menyerah. Tiga hari kemudian, tepatnya pada 9 Agustus 1945 pukul 11.02 waktu setempat, satu lagi bom atom dijatuhkan ke kota Nagasaki. Bom kedua ini diberi nama “Fat Man” yang merupakan bom plutonium jenis implosi.
Setelah bom kedua ini juga memporak-porandakan kota Nagasaki, akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat pada 15 Agustus 1945.
Dampak dari kedua bom atom dirasakan cukup panjang bagi warga Jepang. Dalam waktu dua sampai empat bulan pertama setelah pengeboman terjadi, korban tewas diperkirakan sejumlah 90.000 – 146.000 orang di kota Hiroshima dan 39.000 – 80.000 orang di Nagasaki. Sekitar setengah dari korban jiwa langsung tewas pada hari pertama
Pengeboman, sedangkan korban lainnya tewas beberapa bulan setelah pengeboman. Umumnya mereka tewas karena luka bakar, radiasi, cedera, dan kekurangan gizi. Sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil.
Dampak Bom Bagi Indonesia
Tidak hanya berdampak besar bagi Jepang dan AS, bom atom ini juga memiliki dampak besar bagi Indonesia. Hanya dua hari setelah Jepang menyerah kalah, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Selain faktor perjuangan internal, tentunya faktor eksternal juga mendorong kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: NASA: Letusan Gunung Api Tonga Berkekuatan Lebih dari 600 Kali Ledakan Bom Atom Hiroshima
Seperti dikutip dari Kompas.com, Jepang masih berusaha menutup-nutupi kekalahannya pada Indonesia. Namun kabar kekalahan Jepang terdengar juga oleh salah satu tokoh muda Indonesia, yaitu Sutan Sjahrir.
Begitu mengetahui Jepang telah menyerah kalah dalam perang Dunia II, Sutan Sjahrir mendesak Sukarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Awalnya Sukarno dan Hatta tidak langsung menyanggupi permintaan golongan muda karena masih menunggu hasil keputusan siding PPKI.
Kemudian golongan muda membawa Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok, dengan tujuan mengasingkan mereka dari pengaruh Jepang. Ketika berada di Rengasdengklol, Sukarno dan Hatta terus dibujuk untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, selambat-lambatnya pada 17 Agustus 1945. Akhirnya perjuangan membuahkan hasil, Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus
Sumber : BBC, Evening Standar, Kompas.com