> >

Badai Cuan UKM Thailand, Ganja Masuk ke Produk Pasta Gigi, Teh Susu, Sabun, dan Kue Kering

Kompas dunia | 27 Juli 2022, 13:03 WIB
Dunia usaha Thailand termasuk sektor UKM dan Kreatif, kebanjiran cuan dari produk mengandung ganja ciptaan mereka, mulai pasta gigi, teh, sabun, dan makanan ringan (Sumber: Straits Times)

BANGKOK, KOMPAS.TV - Dunia usaha Thailand termasuk sektor UKM dan kreatif kebanjiran cuan dari produk mengandung ganja yang mereka buat mulai pasta gigi, teh, sabun, dan makanan ringan, seperti laporan Straits Times, Rabu, (27/7/2022).

Berkah itu membanjir tak terbendung setelah pemerintah setempat melegalkan tanaman dan ekstraknya tahun ini, membangkitkan minat yang kuat pada produk-produk yang mengandung ganja.

"Ini memberi saya tidur yang nyenyak dan nyaman," kata Pakpoom Charoenbunna, 32, yang membeli minuman mengandung ganja dari penjual teh susu biasa.

Thailand menjadi negara Asia Tenggara pertama yang melegalkan ganja tahun 2018 untuk penggunaan medis dan penelitian.

Bulan lalu, Thailand mendekriminalisasi ganja secara keseluruhan.

Mencopot ganja dari daftar narkotika menyebabkan ledakan penggunaan ganja untuk rekreasi dan relaksasi dari durjana tekanan hidup sehari-hari.

Baca Juga: Media Internasional Ramai Beritakan Pembahasan Publik Indonesia soal Legalisasi Ganja Medis

Bau asap yang menyengat tidak salah lagi berasal dari asap ganja, ketika orang-orang bersuka ria merayakannya di bawah bintang-bintang yang gemerlap di festival ganja besar Thailand. Badai cuan kini menjadi berkah sektor usaha dan UKM Thailand. (Sumber: Malay Mail)

Secara resmi, produk komersial yang disetujui oleh regulator makanan dan obat-obatan Thailand boleh mengandung cannabidiol (CBD), bahan kimia dalam ganja yang tidak membuat penggunanya mabuk.

Tetapi regulator membatasi kandungan tetrahydrocannabinol (THC), bahan aktif yang membuat pengguna terbang bahagia sampai di awan, dalam produk ganja hanya 0,2 persen.

Thailand punya sejarah panjang menggunakan ganja dalam pengobatan tradisional untuk meredakan sakit dan nyeri. Inovator masa kini datang dengan ide-ide baru nan segar dan kreatif namun berbasis ilmu.

Surawut Samphant, pemilik toko ganja Channherb, membuat pasta gigi. Ya betul, pasta gigi ganja.

"Salah satu bahannya adalah minyak biji ganja sativa yang mengandung CBD," katanya.

Surawat mengatakan pasta gigi ganja membantu perawatan gusi dan satu pelanggan yang puas mengatakan itu berhasil untuknya.

Baca Juga: Sejumlah Negara Legalkan Pemanfaatan Ganja untuk Medis, Mengapa Indonesia Tidak?

Petani ganja Thailand tampak tersenyum bahagia merawat tanamannya. Pemerintah Thailand mencatat per Kamis, (9/6/2022) sudah 150.000 orang mendaftar untuk bertani dan menanam ganja serta hasis di Thailand, negara pertama di Asia yang mendekriminalisasi ganja dalam upaya untuk mempromosikan penggunaannya yang lebih luas dalam obat-obatan, makanan dan kosmetik (Sumber: Straits Times/EPA-EFE)

"Gusi saya surut dan kadang-kadang terinfeksi," kata Nikom Rianthong yang menggunakan pasta gigi ganja selama dua bulan.

"Ini memecahkan masalah saya," ujarnya sumringah, menambahkan dia tidak akan pernah kembali ke merek dan produk pasta gigi lain.

Pemilik toko makanan dan kue serta kudapan Kanomsiam, Mr Kreephet Hanpongpipat sudah lama menjual hidangan rasa daun pandan tetapi setahun yang lalu memasukkan teh susu daun ganja atau teh ganja susu untuk menarik pelanggan baru.

Kreephet mengatakan pelanggannya bertutur makanan penutup yang mengandung ganja membantu mereka tidur nyenyak.

Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul, pendorong utama di balik legalisasi ganja untuk tujuan medis, memperkirakan industri ini bisa bernilai lebih dari 3 miliar dollar AS (setara Rp45 Trilun) dalam waktu lima tahun ke depan.

Baca Juga: PBB: Konsumsi Ganja Meningkat akibat Pandemi Covid-19

Thailand menjadi negara asia pertama yang menerapkan kebijakan deskriminalisasi ganja. Ini 5 negara lainnya yang melegalkan ganja. (Sumber: Kompas.com)

"Saya ingin melihat orang menjadi kaya dengan mengkreasikan produk ini dengan cara yang positif," katanya seperti dikutip Straits Times.

"Kebijakan saya tentang ganja hanya berfokus pada tujuan medis dan perawatan kesehatan. Itu saja. Kami tidak dapat mendorong penggunaan ganja dengan cara lain."

Produsen ganja kaya THC memanfaatkan dorongan untuk mempromosikan ganja medis, dan kios-kios yang menjual ganja bermunculan di seluruh negeri.

Anutin mengatakan ada undang-undang kesehatan masyarakat yang dapat mencegah penggunaan ganja untuk rekreasi sementara RUU ganja sedang dibahas di Parlemen.

Kreephet mengatakan perlu ada lebih banyak pendidikan publik tentang manfaat dan bahaya ganja sehingga dapat digunakan dengan aman.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU