Eropa Alami Gelombang Panas, Wilayah Iran yang Kering justru Dilanda Banjir Bandang, 21 Tewas
Kompas dunia | 23 Juli 2022, 22:11 WIBTEHERAN, KOMPAS.TV – Krisis iklim di Bumi kian mengkhawatirkan. Sementara Eropa dilanda gelombang panas hingga mengakibatkan lebih dari 1.700 orang tewas, Iran justru mengalami banjir bandang akibat hujan deras berkepanjangan.
Banjir bandang yang menerjang kawasan Provinsi Fars di selatan Iran yang selama 10 tahun terakhir kering-kerontang itu mengakibatkan sedikitnya 21 orang meninggal dunia.
Melansir Associated Press pada Sabtu (23/7/2022), hujan deras berkepanjangan pada Jumat (22/7) menyebabkan Sungai Roudbal di Kota Estahban meluap.
Gubernur Estahban, Yousef Karegar, menyatakan tim penyelamat sejauh ini telah berhasil menyelamatkan 55 orang yang terjebak banjir bandang.
“Tetapi setidaknya enam orang masih hilang,” ujar Karegar, dikutip televisi pemerintah Iran.
“Banjir juga melanda lebih dari 10 desa di provinsi kami,” imbuhnya.
Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi mengungkapkan belasungkawa pada keluarga korban tewas akibat banjir bandang itu.
Baca Juga: 45 Orang Tewas Disapu Banjir Bandang dan Tanah Longsor usai Hujan Lebat Guyur Afrika Selatan
Badan Meteorologi Iran telah memperingatkan akan kemungkinan hujan lebat musiman di seantero negeri yang telah mengalami kekeringan panjang selama satu dekade. Perubahan iklim dituding jadi penyebab tragedi cuaca.
Ancaman banjir bandang juga diperparah oleh konstruksi bangunan dan jalan di sepanjang tepi sungai.
Pada Maret 2018, banjir bandang di Provinsi Fars menyebabkan 44 orang tewas.
Sementara itu, seperti diberitakan Kompas.tv sebelumnya, krisis iklim yang kian membahayakan menyebabkan gelombang panas menerpa kawasan Eropa.
Baca Juga: Ngeri! 1.700 Orang Tewas akibat Gelombang Panas yang Menyapu Spanyol dan Portugal
Kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Eropa, Jumat (22/7/2022) mencatat, gelombang panas yang membakar Eropa sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 1.700 kematian di semenanjung Iberia saja.
Mencatat parahnya situasi, WHO menyerukan tindakan bersama untuk mengatasi perubahan iklim.
"Panas itu membunuh. Selama beberapa dekade terakhir, ratusan ribu orang meninggal akibat panas ekstrem selama gelombang panas yang berkepanjangan, sering kali disertai dengan kebakaran hutan," kata direktur regional WHO untuk Eropa, Hans Kluge, dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan Straits Times, Sabtu (23/7).
"Tahun ini, kami mencatat lebih dari 1.700 kematian yang tidak perlu dalam gelombang panas saat ini di Spanyol dan Portugal saja," tambah Dr Kluge.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press